Judul: Pillow Talk
Penulis: Christian Simamora
Penyunting: Gita Romadhona
Penerbit: Gagas Media
Tahun: Januari, 2010
Hlm: 459
ISBN: 978979780933
Harga: IDR47500 (pinjem noninge)
Rated: 3.5/5
Sinopsis:
Pillow Talk:
Emi dan Jo itu satu paket. Bersahabat sejak kecil membuat mereka tidak terpisahkan. Dimana ada Emi, pasti disitu juga ada Jo dan sebaliknya. Mereka berbagi segalanya, kecuali.. mungkin, rahasia hati.
Emi, dengan latar belakang keluarganya, membuat gadis itu nggak percaya dengan yang namanya monogami relationship. Dia malas punya pacar, jadinya ia lebih suka gonta-ganti cowok untuk sekadar ONS--One Night Service Stand. Karena itu dia juga benci Pillow Talk--ngobrol after.. you know.
Satu-satunya hubungan antar jenis yang langgeng ya sama si Joshua itu. Itu pun hubungan persahabatan, not a a relationship, she can't ever be his girlfriend setelah pengalaman pahit dulu itu. Sampai Dimas datang, akhirnya Emi mau settle down, kenal konsep monogami dan bahkan mempertimbangkan lamaran pernikahan!
Jo sendiri sudah lama diam-diam naksir Emi. Tapi saking pengertiannya dia tentang prinsip bebas bersyarat yang dianut Emi, dia sengaja nggak pernah keluar batas zona nyaman persahabatan mereka. Padahal Jo sering jadi tempat curhatan Emi, bahkan curhatan paling intim sekalipun.
Begitu terus keadaannya, kebayang dong gimana perasaan Jo. Nah, bisa nggak ya kira-kira Jo terusan jadi keset doang sementara Emi yang takut berhubungan serius tetap lari kemana-mana, ke cowok mana pun, kecuali lari ke pelukan Jo.
Man and woman can never be best friends's rule applied.
Dari yang awalnya temenan akhirnya jadian memang klise. Tapi Christian Simamora pinter nih ngeramu jamunya jadi buku setebel 400 halaman nggak bikin pembaca bosen.
Saya sangat menikmati interaksi Emi dan Jo. Disini Emi itu versi ceweknya Harris Risjad dari Antologi Rasa itu loh, lucu, bebas, dan seenaknya sendiri. Sedangkan Jo disini sekeren Harris lah minus sifat free willnya. Jo lebih bertanggung jawab, kalem dan konvensional. Dia beda banget dari Emi, meskipun beda Jo nggak munafik.
Dialognya mengalir lancar, ceplas-ceplos, lucu dan seringkali agak vulgar. Mungkin kita masih maklum ya kalau adegan vulgar itu hasil terjemahan buku asing, tapi untuk sebagian penganut aliran tradisional pasti kurang setuju dengan detail blak-blakan yang dianut Emi di muka bumi pertiwi ini.
Hidupnya Emi serba bebas, dari awal sampai akhir dia tetap bebas sebebas-bebasnya. But somehow kita harus mengakui bahwa sebagian dari masyarakat kita melakukan hal tersebut. Yang bisa kita lakukan adalah menoleransinya dan usahakan agar anak-anak kita kelak tetap jadi anak yang santun dan nggak meniru kehidupan bebas Emi.
Jadi buat anak-anak yang belum punya KTP, please ya jangan sentuh buku ini dulu. Sabar ajah nunggu status kalian jadi legal. Ini buku tulisannya juga Novel Dewasa gitu, jadi tahu diri ajah ya. Gimana pun kalian adalah generasi penerus bangsa yang harus menjunjung nilai-nilai pancasila *gua sok alim banget deh* *prett cuiih*