Penulis: Chandra Widayanthi dkk.
Editor: RN
Penerbit: de Teens (Diva Press)
Tahun: Maret 2014
Hlm: 315
ISBN: 9786022791294
Harga: IDR 45000
Rating: 3/5
Sinopsis:
GROUND ZERO:
Sudah bukan rahasia lagi kalau saya paling takut sama yang namanya horor, makanya saya jarang baca apalagi review buku horor. Buku horor terakhir yang saya review adalah Penunggu Puncak Ancala yang juga kumpulan cerita horor kisah nyata dari para pendaki gunung.
Namun buku Ground Zero ini merupakan kumpulan cerpen fiksi hasil dari karya-karya para peserta Lomba #HororKotaNusantara ini memang
luar biasa. Saya benar-benar diajak menikmati kisah horor yang ada di
tiap kota di seluruh Indonesia. Kita diajak jalan-jalan mulai dari Jakarta, Sulawesi, Kepulauan Riau, Wonosobo, Surabaya, dll. Komplit.
Cerita dibuka oleh Redy Kuswanto dengan cerpen "Hantu di Ambarukmo Plaza". Pandainya Redy menulis saya serasa sedang nonton film horor yang penuh dengan penampakan hantu-hantu di tiap sudut pemeran utamanya berlari. Makasih ya, Mas Redy. Setelah baca cerita pembuka Anda saya langsung kehilangan minat untuk mampir ke 21 Amplaz untuk jangka waktu yang lama.
Kemudian beruntun cerpen "Malam di Rumah Sakit Kartika" oleh Jihan Nur Pratiwi, "Onggo Inggi" oleh Laras Wati, "Pasar Bubrah" oleh Melati P. Putri, dan "Jembatan Merah Tak Berdarah" oleh Rufin Dhi saya lahap di malam yang sama. Kalian sukses bikin saya langsung tutup bukunya dan mogok baca seminggu penuh, thanks to you lah pokoknya. I can't even sleep that night. Huuhuuu... *nangis dipojokan* *emang cemen*
"Kamu tahu? Kamar ini dipesan oleh Pak Soekarno untuk diberikan kepada sang Ratu untuk menghormatinya. Waktu terjadi kebakaran hebat tahun 1993, tidak satu pun dari perabot kamar ini terbakar. Memang dindingnya saja yang merasakan imbas panas api, tapi, percayalah, tidak ada yang terbakar! Kamar ini lolos dari kebakaran yang meludeskan seluruh bangunan hotel!""Hebat," kata Tina, bergidik. "Maksudku, itu memang hebat. Kamar 327, Hotel Inna Grand Bali Beach, satu-satunya kamar yang selamat dari kebakaran hebat. Aku merasa seperti sedang wisata mistis ketimbang studi wisata. Bukankah tujuan jurusan kita ke sini untuk belajar table manner? Bukan wisata mistis." ~p.219
Cuplikan di atas berlokasi di Hotel Grand Bali Beach. Saya sendiri sudah pernah mendengar soal kamar Ratu Pantai Selatan yang hebatnya selamat dari kebakaran, senang juga akhirnya membaca fiksinya meskipun jujur tidak terlalu seram. Bisa dibaca di "Sanur, 327" oleh Mertha Sanjaya.
Cerpen-cerpen diatas adalah cerpen yang paling menarik menurut saya. Ditambah "Perjalanan Malam" oleh Franskin Shole. "Rumah Kos 666" oleh Agustin Sudjono dan "Jarum Gantung" oleh Rizky Siregar karena selain cara penulisannya yang luwes dan plot yang rapi, ceritanya memang beneran lumayan serem. Yang paling saya suka adalah cerpen Jembatan "Merah" Tak Berdarah oleh
Rufin Dhi yang bikin saya degdegan ketar-ketir tapi ketagihan bacanya.
Sedangkan cerpen lainnya masih banyak dan tidak sempat saya ulas satu per satu, serem. Silakan baca sendiri. Saya butuh waktu lama untuk menyelesaikan buku ini, selain bikin susah tidur, saya jadi sensitif sama suara kalau pas lagi baca, maklum kaget. Takut ada yang tiba-tiba muncul gitu. But, buat kalian yang memang doyan cerita horor, it's worth to read.