Penulis: Asai Ryo
Penerjemah: Faira Ammadea
Penyunting: Tia Widiana
Proofreader: Dini Novita Sari
Penerbit: Penerbit Haru
Tahun: November 2013
Hlm: 428
ISBN: 9786027742260
Harga: IDR 58000
SINOPSIS:
Cheer Boy:
REVIEW:
"Selama ini pikiran yang selalu menggangguku adalah, apakah aku layak berada di tim judo Meishi'in? Padahal banyak orang yang jauh lebih mampu, tapi justru aku yang diterima karena status sebagai anak pemilik Dojo Banjo. Saat bahuku cedera, aku merasa itu semacam hukuman. Akhirnya, aku bisa berhenti dari judo, pikirku. Tapi kau tidak perlu sampai mengundurkan diri, kan?"
....
"Kalau Haru berhenti dari judo, aku juga berhenti. Sudah lama sih sebenarnya aku memikirkan ini. Dan ini waktu yang tepat."
"Kau bicara apa? Kazu... kau... ."
"Kita mulai sesuatu yang baru, yuk." Kazuma menimpali Haruki.
Kisah dalam buku ini mengalami pergantian berbagai sudut pandang tokoh, namun tokoh utama yang paling sering dipakai sudut pandangnya adalah sudut pandang dari Haruki. Kazuma dan Haruki sudah 10 tahun bersahabat. Sebelum Haruki sempat bilang ke Kazuma kalau dia ingin keluar dari klub Judo, Kazuma justru sudah mendahuluinya keluar dari klub Judo dan mengajak Haruki untuk membuat klub baru.
Kemudian dimulailah pencarian anggota klub cheerleading mereka. Mulai dari menyusup ke kelas olahraga, sampai menyusup ke klub tenis demi mencari anggota baru. Akhirnya, terkumpulah 7 orang, mulai dari Kazuma dan Haruki sendiri, lalu Mizoguchi yang pintar dan suka mengutip kalimat-kalimat orang terkenal, Ton yang gendut tapi nggak ada tenaganya sama sekali, Ichiro dan Gen duo sahabat yang rame berhasil diculik dari klub tenis, dan terakhir Sho yang tampan tapi selera berpakaiannya sangat buruk.
Biarpun hanya 7 orang saja, tapi mereka memiliki tekad keras untuk bisa tampil di festival kampus dan berhasil mengumpulkan 9 anggota baru yang kemudian sama-sama berjuang untuk mengikuti pertandingan Cheerleading Nasional. Perjalanan mereka menuju nasional tidak selalu mulus. Dengan bertambahnya anggota baru, maka muncul pula konflik-konflik di dalamnya.
Yang saya suka dari karya literatur jepang, plotnya selalu rapi dan penyampaiannya yang sederhana namun bermakna dalam. Begitu juga yang saya dapatkan dari Cheer Boy. Saya bisa melihat betapa orang-orang jepang selalu mengupayakan yang terbaik dan bekerja keras, tidak pernah setengah-setengah untuk hal-hal sederhana. Bahkan disaat serius pun sering diselipkan komedi yang komikal jadi buku ini nggak melulu serius.
"Kau ini ya... sudah jago, serbabisa, tubuh langsing, kaki panjang, wajah tampan, populer di kalangan cewek, tapi masih juga protes!? Terus aku harus bagaimana!?" - Cheer Boy, p.241
Setiap hari mereka tidak pernah absen latihan handstand, lari, backflip, elevator, dll. Apabila mereka masih belum bisa, mereka pasti bilang, "Saya akan berusaha keras." lalu mencoba lagi sampai bisa.
Setiap hari pula, pelatih Takagi menyuruh mereka menulis apapun yang telah mereka terima hari itu di Buku Catatan sebagai salah satu bentuk latihan dan untuk memantau perkembangan teknik masing-masing. Rupanya, anggota tim juga mencurahkan perasaan mereka lewat buku itu. Seiring berjalannya hari, terkuaklah perasaan-perasaan terpendam mereka, kekesalan mereka, harapan mereka untuk tim. Dan disitulah terlihat bahwa mereka yang selalu berlatih tiap hari jadi care satu sama lain dan saling mendukun.
"Sebelum menyemangati seseorang saat tampil, rekan-rekan satu timlah yang lebih dulu melakukannya pada kita. Gabungan semangat itu yang membuat kita bisa menyemangati seseorang.""Jadi...," kata Ton. Suaranya terdengar lebih hangat dan lebut dari biasanya, seakan-akan membelai punggung Kazuma, "Jadi, tidak apa-apa kok kalau Kazu merasa ingin menyerah, kami yang akan mendukungmu. Sama seperti yang kau yang mendukungku musim panas lalu, sekarang giliranku, kan?"
Hal yang memorable itu di bagian akhir. Ketika tim tampil di panggung Nasional, pelatih Takagi membagikan buku catatan mereka untuk dibaca seluruh anggota. Haruki teringat setiap curahan hati teman-teman satu timnya melalui fragmen-fragmen di sela pertunjukan. Hal-hal yang tidak bisa mereka ungkapkan secara langsung terekam dalam buku catatan pribadi masing-masing.
Tapi aku salah. Justru manusia menjadi lebih kuat karena tidak bisa. Manusia itu, semakin tidak bisa, mereka akan semakin berusaha menjadi lebih baik. Aku tidak tahu mengenai hal itu. Aku tidak berusaha mencari tahu, Aku harus berhenti menganggap diriku yang paling benar. Aku harus berusaha mendekat kepada orang yang berbeda denganku. Dengan begitu, barulah sebuah tim terbentuk. ~~ Ichiro, p.408
Mereka mendewasa dari interaksi antar anggota satu tim. Semua orang berubah menjadi lebih baik karena tidak pernah berhenti berusaha memberikan yang terbaik. Kapan terkahir kalinya saya berusaha sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik ya? Hm, lupa.
Rasanya seperti nonton dorama saja. Ah, indah sekali plot Asai Ryo ini. Hampir seluruh plot karya Jepang rapi dan indah, saya sampai nggak bisa ngasih kritik saking bagusnya haha. I love this book, dan salut sama penerjemahannya yang halus sehingga saya bisa menikmati membaca buku ini.
PS: Thanks Penerbit Haru telah memberikan saya kesempatan yang luar biasa bersama tim Breakers!
Cheerleader yang terdiri dari para cowok? unik,. Belum pernah sih baca novel fiksi penulis jepang, tapi setuju bahwa "plot karya Jepang rapi dan indah", ini pengalaman dari dorama jepang yang suka ditonton. Pasti selalu ada pembelajaran di setiap episodenya ..^_^
BalasHapusIya mba Siti, benar bgt, setiap eps dorama Jepang pasti ada pesan moralnya. Begitu juga tiap bab dalam buku ini ^^
HapusWanna read this book! >.<
BalasHapusBukunya komikal banget lho kang opan :D
Hapusudah baca.. memang banyak banget pesan moral dari buku ini :)
BalasHapusSetuju! *toss
HapusWaduh, baru tahu ternyata bukunya menyentuh dan banyak banget pesan moralnya, aku kira ceritanya bakal agak menye-menye mengingat tentang cheerleading gitu. Awesome :D
BalasHapusSempet bingung awalnya dengan judulnya... apa ni cerita ttg cowo melambai gitu, tp ternyata keren ^^
BalasHapus