Penulis: Hyun Go Wun
Penerjemah: Sitta Hapsari
Penyunting: Selsa Chintya
Proofreader: Dini Novita Sari
Ilustrator isi: Frendy Putra, @teguhra
Penerbit: Penerbit Haru
Tahun: September 2014
ISBN: 9786027742390
Hlm: 405
Rating: 3,5/5
Harga: IDR 67000
Sinopsis:
MOON IN THE SPRING:
Seorang Dewi Bulan bernama Dal-hee turun ke bumi karena mendengar suara seseorang yang memohon pertolongan. Gadis itu bernama Ji-Wan, ia memohon agar bisa mati saja. Rupanya tidak hanya Dal-hee yang datang, tapi Malaikat Kematian dari dunia bawah juga datang untuk menjemput Ji-Wan. Karena kejujuran dan belas kasihan, Dal-hee yang bisa merasakan kesusahan hati Ji-Wan berjanji untuk memenuhi permintaan terakhir gadis itu sebelum nyawanya dicabut. Yakni, secara paksa bereinkarnasi ke dalam tubuh kosong Ji-Wan.
--- Yang pasti, aku sama sekali tidak takut menghadapi apa pun. Aku sudah pernah merasakan mati, dan aku hidup lagi. p.95
Sang Dewi Bulan sekarang terlahir kembali dalam tubuh seorang manusia, ia melanggar peraturan dan menyebabkan kekacauan di langit. Malaikat Kematian yang merasa bertanggung jawab karena tidak mencegah Dewi pun akhirnya ikut tinggal di bumi. Lalu mereka berusaha untuk memanusiakan manusia, Kang Min-Hyuk, pria yang tidak punya hati.
Kisah awal dibuka dengan bab khusus bagaimana latar belakang Dal-Hee sebelum menjadi seorang calon Dewi. Menurut saya, ini salah satu pengetahuan kearifan lokal Korea yang tak jauh beda dengan budaya Jawa.
Dalam cerita Moon in the Spring, Dal-Hee dan kakaknya dikejar oleh Harimau, mereka berdoa meminta pertolongan, lalu turun tali dari langit. Kakak beradik itupun memanjat tali sehingga selamat dari terkaman Harimau. Mereka terus memanjat hingga sampai langit dan menjadi calon Dewa/Dewi. Untuk menjadi seorang Dewa/Dewi yang seutuhnya, mereka harus menjalani reinkarnasi hingga tujuh kali berturut-turut. Tujuannya agar sisi manusia mereka yang penuh dengan nafsu, egois, dan hal-hal duniawi musnah sehingga layak disebut sebagai Dewa/Dewi.
Tidak banyak yang tahu, tapi mitos reinkarnasi hingga tujuh kali pun pernah saya dengar dalam kepercayaan kejawen. Selain soal reinkarnasi, juga ada istilah menitis. Saya nggak tahu bedanya apa. Bahkan apabila masih banyak menanggung dosa, reinkarnasi pun tidak hanya sebatas manusia, tapi bisa menjadi hewan sebelum akhirnya dosanya terbayar dan bisa bereinkarnasi menjadi manusia kembali atau pada akhirnya jiwanya diterima oleh Yang Maha Kuasa. Well, betapa miripnya nilai-nilai moral yang membudaya diseluruh dataran Asia.
Yang paling saya suka tentu karakter Ji-Wan (a.k.a Dal-Hee/ Dewi Bulan). Ji-Wan yang ini polos, berprinsip tegas, penuh belas kasih, sabar dan mudah memaafkan. Sungguh terpuji sekali ya sifat-sifatnya, yang tentu saja sifat penuh kebaikan khas seorang Dewi. Hanya saja, terkadang saya merasa Ji-Wan terlalu jahat terhadap Kang Min-Hyuk, karena dalam dialog kedua karakter tersebut Ji-Wan lebih sering menyindir dan bersikap sarkastik (meskipun apa yang ia bicarakan benar adanya).
"Berbahaya"
"Kalau begitu aku sendiri saja yang melompat. Kau di sini saja."
"Tidak bisa. Aku tidak mungkin membiarkanmu dalam keadaan berbahaya seperti itu, sendirian." p.209
Hal tersebut terlihat sangat kontras dengan karakter Min-Hyuk yang
digambarkan dingin, licik, kejam. Namun dalam interaksinya kepada Ji-Wan
sangat lembut dan penuh cinta. Tapi tentu saja diluar semua itu,
apabila keduanya tidak sedang berinteraksi, karakternya akan kembali
seperti premis semula. Perkembangan karakter Min Hyuk yang perlahan berhasil dimanusiakan kembali oleh Ji-Wan pun sangat manis. Lelaki itu mulai peduli, perhatian, dan tentu saja perlahan mencintai Ji-Wan.
Yang sangat saya sayangkan disini adalah tokoh Malaikat Kematian. Pada awal kisah kehadirannya cukup penting dan saya menantikan peran besarnya, secara di sinopsis cover bukunya Malaikat Kematian disinggung-singgung, tentu membuat saya berharap lebih. Tapi semakin kebelakang, peran Malaikat Kematian cenderung berkurang. Ah, too bad. Seandainya bisa dieksplore lebih banyak, tentu akan sangat menarik karena menurut saya karakternya mirip si alien dalam You Who Came From Another Star.
Yang sangat saya sayangkan disini adalah tokoh Malaikat Kematian. Pada awal kisah kehadirannya cukup penting dan saya menantikan peran besarnya, secara di sinopsis cover bukunya Malaikat Kematian disinggung-singgung, tentu membuat saya berharap lebih. Tapi semakin kebelakang, peran Malaikat Kematian cenderung berkurang. Ah, too bad. Seandainya bisa dieksplore lebih banyak, tentu akan sangat menarik karena menurut saya karakternya mirip si alien dalam You Who Came From Another Star.
"Anda tidak bisa tidur bukan karena saya, tetapi karena keegoisan Anda sendiri. Sejak lahir, Anda merasa tidak pernah mendapatkan yang Anda mau. Jadi... saya yakin kalau Anda juga tidak akan bisa memahami perasaan yang paling mulia di dunia ini."
"Tetapi aku tidak pernah melakukan kesalahan apa pun."
"Ya Tuhan! Dengan hanya melihat, memikirkan, dan mencintai saya seorang saja, sudah menjadi wujud dari keegoisan Anda. Dan menurut saya itu salah." p.191
Biasanya saya jarang menyukai buku genre fantasy-romance, tapi
dengan sukses Hyun Go-Wun menulis layaknya drama korea sehingga membuat
saya teringat drakor You Who Came From Another Star, Arang and the
Magistrate, dll. Mungkin pecinta drama korea yang juga suka membaca novel bisa lebih relate dengan kisah cinta terlarang dua dunia.
Saya mengkoleksi buku-buku Hyun Go Wun terbitan Haru, dan seluruh karyanya selalu penuh pesan moral. Tidak sekedar cerita romance saja. Sejauh ini favorit saya masih 4 Ways to Get a Wife (sayang sampai sekarang belum kesampaian pengen nulis reviewnya). Tapi untuk cerita yang 'berbeda' dari yang lain tentu saya angkat empat jempol untuk Moon in the Spring. Sedangkan, untuk buku Always With Me (sudah saya review disini) juga bagus, terutama penuh dengan pesan moral, buku yang mengesankan menurut saya.
Secara keseluruhan, saya sangat menikmati kisah cinta terlarang antara manusia dengan Dewi Bulan. Saya bahkan terhanyut dalam ceritanya dan ikut merasakan bagaimana cinta itu tumbuh walaupun sang Dewi sudah berusaha keras untuk menghalanginya. Hiks, hiks.. lalu apakah kisah mereka berakhir bahagia? I really hope so.. *elap umbel*
Aku baru baca Always With Me sih, karena bacanya setengah-setengah jadi kurang greget *salah aku juga, iya iya*
BalasHapusKalau dilihat dari review-nya, keren juga kalau Dewi Bulan ini sampai bisa bereinkarnasi dengan manusia. Ah, coba aja Kang Min Hyuk itu juga dapat reinkarnasi sama si Malaikat Kematian, atau manusia yang jadi Malaikat Kematian itu kemana?
Aku malah terpikir dengan drama Korea terbaru, Hi! School Love On, ceritanya malaikat yang jadi manusia. Kak Oky kalau suka drama juga, boleh dicoba lho ini...
Ya ga salah kamu juga syif. Kalau emang kurang greget bagimu, ya tetep bakalan kurang greget dibaca berapa kali pun wkwkwk..
HapusSayangnya kisah Dewi Bulan ini kurang dieksplore lebih dalam say, cuma pemanis cerita semata.
Hi! School Love On ini siapa pemainnya? Berapa eps? Uda tamat belum? Mauu donlot ah kalo bagus.
Aku setuju sama bagian malaikat kematian itu. Aku juga merasa (sedikit) kecewa karena kehadirannya seperti dipaksakan dan tidak berpengaruh besar dalam keseluruhan cerita :D
BalasHapusNah.. itu diaaaa. Agak sayang yaa. Padahal kalo digarap lebih baik, ceritanya bisa lebih seru.
Hapus