Jumat, 12 Desember 2008

Winter in Tokyo

Judul : Winter in Tokyo
Pengarang : Ilana Tan
Penerbit : GPU
Tahun: 2008
Jumlah Hlm: 313
ISBN: 9789792239836

Sinopsis

Ishida Keiko, blasteran Indonesia-Jepang yang tinggal di sebuah apartemen kecil dua lantai di pinggiran Tokyo mendadak kedatangan tetangga baru. Nishimura Kazuto, nama tetangga baru itu. Dia kembali ke Tokyo setelah 10 tahun lamanya tinggal di Amerika dan tidak pernah pulang ke Jepang. Alasan kepulangannya satu, untuk melupakan Yuri—sahabat, tetangga, dan wanita yang dicintainya—yang akan menikah dengan sahabatnya sendiri. Perlahan, Keiko mulai akrab dengan Kazuto. Apartemen mereka yang berhadapan, semakin mempererat hubungan keduanya.

Keduanya tidak sadar ketika cinta perlahan menelusup di hati. Keiko yang masih terbayang akan cinta pertamanya, Kitano Akira, mencoba memungkiri perasaannya. Apalagi setelah ia pada akhirnya bertemu dengan Kitano Akira yang sesungguhnya. Seolah melupakan Kazuto, Keiko terbuai dalam angannya sendiri. Kazuto di pihak lain, lebih ekspresif, mengingat pekerjaannya sebagai street photografer, ia lebih cepat menyadari perasaannya terhadap Keiko. Fokus kameranya selalu membidik sosok Keiko. Mengejar sosok Keiko, dan frustasi karena Keiko tidak pernah bisa melihatnya. Semua berjalan begitu salah.

Kemudian, Kazuto kehilangan ingatan. Meninggalkan lubang besar dalam dadanya. Ia masih bisa mengingat hingga hari sebelum kepulangannya ke Tokyo—saat ia masih di Amerika. Celakanya ia melupakan bagian terbaik kenangannya selama sebulan di Tokyo. Saat itulah Keiko menyadari bagaimana perasaannya terhadap Kazuto. Ia merasa begitu kehilangan. Dan sangat sakit hati ketika Yuri datang ke Jepang. Namun perasaan tidak bisa bohong. Kendati lupa akan kenangannya bersama Keiko, Kazuto tetap jatuh ke dalam perangkap cinta yang sama. Ia sekali lagi jatuh cinta pada Keiko. Namun, Kazuto tidak bisa berkutik ketika hubungan Keiko dengan Kitano Akira semakin intim. Semua terasa begitu salah. Bagaimana takdir bisa mempermainkan keduanya sedemikian rupa?

Review

Hai. Saya kembali dengan karya Ilana Tan. Pernah denger Summer in Seoul? Autumn in Paris? Yup, itu karangan Ilana Tan. Kali ini Ilana Tan kembali mengeluarkan bukunya yang berjudul Winter in Tokyo. Hampir lengkap lho. Kita hitung aja, sudah ada tiga buku bertemakan masing-masing musim. Winter, Autumn, Summer. and next on, saya yakin judulnya bakalan Spring in Somewhere. Hohoho... Nggak perlu orang jenius untuk nebak, ya kan? 

Sebelumnya saya sudah pernah mengulas sedikit mengenai Summer in Seoul (klik untuk membaca reviewnya). Buku pertama atau keduanya mbak Ilana ya? Yah, pokoknya saya melewatkan Autumn in Paris karena belum sempet aja. Dan ketika saya menemukan ada Winter in Tokyo nganggur di rentalan, langsung saya ambil deh. Berikutnya, ketika saya membaca, saya agak sedikit menyesal karena tokoh dalam novel ini masih memiliki sedikit korelasi dengan buku sebelumnya (Autumn in Paris, red). Tapi semoga tidak begitu banyak karena saya akan merasa sangat bersalah telah melompati urutan.

Dalam Winter in Tokyo, ceritanya bersetting di Tokyo. Sama seperti Summer in Seoul, tokoh wanitanya dibuat sebagai seorang gadis blasteran Indonesia (mungkin hal yang juga sama terjadi dalam Autumn in Paris). Winter in Tokyo menggunakan sudut pandang pengarang sebagai orang ketiga seperti novel Summer in Seoul. Setiap karakter memiliki pemikirannya sendiri. Istilahnya, apa yah. Saya sendiri kurang tahu mengenai istilah seperti ini. 

Masing-masing tokoh diberi kesempatan untuk mengekspresikan pikirannya namun Ilana Tan tetap menggunakan sudut pandang pengarang sebagai orang ketiga. Gaya bahasa Ilana Tan dalam Winter in Tokyo ini mirip novel terjemahan. Kata-kata baku dan kalimat khas novel terjemahan. Tidak memiliki ciri khas seperti Andrea Hirata dengan tetralogi Laskar Pelanginya atau ciri khas penulis-penulis teenlit yang menggunakan bahasa sehari-hari. Tapi, alurnya enak diikuti. Ide ceritanya menarik. Setting yang lain dari novel produk negeri kebanyakan. Dan saya sekali lagi jatuh cinta pada karya Ilana Tan. Dan lebih dari itu semua, saya sangat suka dengan penuturan kisah menggunakan kalimat baku yang terstruktur. Entah kenapa, walau saya juga menikmati teenlit, saya agak kurang sreg dengan gaya bahasa tanpa EYD itu. Poin plus buat Ilana Tan dari saya.

Meski begitu, tidak dapat dipungkiri, penokohan Ilana Tan dalam Winter in Tokyo kali ini, walau pun lebih baik dari penokohan dalam Summer in Seoul, saya rasa masih kurang kuat. Karakter seorang Keiko yang memiliki imajinasi berlebihan hingga menimbulkan kecemasan cukup kuat, namun lainnya itu saya merasa semua tokoh serupa tapi tak sama. Cuma samar. Tidak ada yang membekas di hati. Profil Kazuto—dari segi fisik—juga tidak jelas, berapa tingginya, warna kulitnya, ciri khas fisiknya (apakah bercodet, memiliki lesung pipi, tampan, bermata coklat, dsb) tidak di deskripsikan Ilana Tan dengan baik. Begitu juga dengan penggambaran dari sisi fisik tokoh lainnya. Memang Ilana Tan memberi gambaran mengenai warna rambut, mata lebar, dan sebagainya, tapi saya merasa masih ngambang (maksudnya kurang kuat dan tidak berkesan). Jadi saya hanya melihat cetak samar abu-abu pada gambaran tokoh lain selain Keiko. Hanya sekedar serentetan nama dan sosok kabur saja.

Ide cerita Ilana Tan selalu menarik. Hanya saja kurang di gali lebih dalam. Pernah tidak membaca novel yang saking dalamnya penulis menceritakan alurnya dengan kata-kata yang tepat, hati kita meringis bagai di peras dan ingin menangis? Well, saya pernah. Tidak perlu saya sebutkan judulnya apa saja. yang pasti, ketika saya baca, saya langsung tenggelam dan dapat menyelemai karakter tokoh. Bagaimana perasaan saya teriris, hancur, terenyuh pada saat yang bersamaan saat membacanya. Hingga butiran air mata merembes dan jatuh dari pelupuk. Padahal dari segi cerita biasa saja, katakanlah umum. Tapi pengarang mampu mendeskripsikannya sedemikian rupa hingga mampu membawa pembaca menyelami perasaan tokoh itu. Saya rasa, pengarang yang bisa melakukan itu (menghanyutkan perasaan pembaca, red) sudah pasti pengarang yang hebat sekali. Semoga Ilana Tan bisa lebih baik lagi dan mampu membuat saya terhanyut dalam novel berikutnya. Karena saya sangat suka dengan karangan Ilana Tan. :D

Winter in Tokyo ini saya beri tiga bintang dari lima bintang. Untuk pembaca yang lain, jika ingin mengetahui apakah Mbak Ilana Tan mampu membawa Anda menyelam ke dalam tokohnya, silakan baca sendiri bukunya. Hehehe..

-okeyzz-

Senin, 03 November 2008

Chicklit: Hissy Fit


Judul Buku : Hissy Fit - Ngambek Berat
Pengarang : Mary Kay Andrews
Kategori : Non-Fiction
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama


Keeley Murdock Desainer Interior profesional di Madison Georgia memergoki calon suaminya A.J. Jernigan sedang bercinta dengan sahabat baiknya, Paige Plummer, pendamping mempelai wanita. Keeley langsung mengamuk, siapapun akan mengamuk jika melihat calon suamimu bercinta dengan pendamping mempelai wanita yg juga menjadi sahabatmu di malam pengantinmu. Tapi, ini Keeley Rae Murdock yang logis, seorang wanita terhormat, sopan berkarier sukses dan dihormati masyarakat, mengamuk dengan hebat. Ia membuat ballroom di Country Club seperti terkena terjangan badai. Setelah berhasil menerobos keluar, ia masih sempat menulisi mobil A.J. Jernigan dengan cat warna merah.

Will Mahoney dengan Cadillac kuning vintagenya mengantar Keeley pulang setelah kejadian di ballroom itu. Siapa yg tahu kalau pria itu membawa masalah yg lebih besar. Keesokan harinya, Keeley mendapati masalah semakin buruk. Keluarga Jernigan masyarakat terpandang di kota Madison menyabotase semua klien Keeley, mengeluarkan ayahnya dari Oconee Hills Country Club dan keadaan akan menjadi lebih buruk lagi jika saja ia tidak menerima tawaran proyek besar dari Will untuk merenovasi Mulberry Hill salah satu dari rumah tua peninggalan sejarah di Madison. Dengan tenggat waktu yg tak masuk akal namun diimbangi dengan anggaran tak terbatas. Will ingin Keeley membangun rumah itumenjadi Taj Mahoney untuk dihadiahkan pada seorang wanita yg bahkan tidak dikenalnya atau ditemuinya.

Keeley menyelidiki wanita mana yg dimaksud Will, karena proyek itu di kerjakan untuk dipersembahkan kepada yg bernama Stephanie seorang pengacara terkenal yg terobsesi dengan fashion dan merek. Dan hampir membuat Keeley gila setengah mati karena ikut campur dalam renovasi Mulberry Hill. Dengan mudahnya Stephanie membuat Will menyetujui segala furniture yg telah susah payah dipilih dan dipesan Keeley. Dan itu terjadi berulang kali.

Bersama dengan Austin LeFleur, tetangganya yg gay, Keeley disibukkan dengan penyelidikan menghilangnya Jeanin Murdock, ibunya selama 25 tahun lebih. Jeanin Murdock menghilang tanpa jejak dan diduga kuat kabur bersama Darvis Kane, selingkuhannya yg bekerja di perusahaan ayahnya. Semua upaya penyelidikan yg telah dilakukan kepolisian dan detektif menemui jalan buntu. Namun, Keeley dan Austin mampu menyelesaikannya dengan baik. Meskipun itu berarti mengungkap semua rahasia perselingkuhan yg melibatkan Drew Jernigan, ayah A.J. Jernigan, Vince Bascomb mantan orang kaya di Madison yg sekarat, Sonya Wrick sepupu ibunya, dan Lorna Plummer ibu Paige Plummer.

Beda dengan chicklit lain yg pernah aku baca sebelumnya, karena Mary Kay Andrews berhasil meramu cerita romance dengan thriller dengan baik. Membuat aku jadi penasaran terus ingin membaca hingga akhir cerita. Ending untuk bagian romance memang gampang ditebak. Namun ending mengenai kasus orang hilanglah bagian terbaik dari novel ini.

Hissy Fit banyak menceritakan tentang bagian kehidupan Keeley sebagai desainer interior yg suka hunting barang2 bagus dipelelangan, bagaimana royalnya Keeley menghamburkan puluhan dollar membeli barang yg cocok untuk Mulberry Hills, hal itu dipermudah Will yg mengucurkan dana tanpa batas demi terciptanya Taj Mahoney, untuk Stephanie. Lihat betapa manisnya seorang pria menghamburkan uang demi wanita yg dicintainya. Dalam kasus ini, Will jatuh cinta pada pandangan pertama pada Stephanie saat menonton Stephanie ada di program acara dana di televisi suatu malam, dan BAM!! Ia membangun rumah untuk wanita itu tanpa mengenalnya, maupun bertemu. Yah, begitu melihat betapa kayanya Will, Stephanie langsung jatuh cinta itu sudah tidak aneh lagi mengingat Stephanie begitu menyukai kemewahan dan barang bermerek.

Lalu mengenai perselingkuhan yang tejadi di kota Madison, oleh sekelompok warga terhormat. Kasus menghilangnya Jeanin Murdock membuka mata Keeley. Dimana ada harga atas semua perbuatanmu. Lihatlah Vince Bascomb yg dulunya pria kaya raya dan bugar menjadi sekarat tak berdaya dan diambang kebangkrutan percaya hal itu merupakan karma atas semua kelakuannya dimasa muda. Betapa brengseknya Drew Jernigan yg ia kira lucu dan bersahabat pada mulanya, GiGi Jernigan istrinya yg selalu menutup mata tentang kelakaun suaminya. Sonya Wrick yg bertobat di jalan kristen setelah 25 tahun tak berjumpa. Dan betapa kotornya Paige sahabatnya serta Lorna Plummer yg sudah ia anggap ibunya sendiri.

Walau tebalnya 600 halaman lebih sempat bikin aku males, tapi aku langsung berubah pikiran begitu membaca bab pertama, menjadi ingin terus dan terus membaca sampai habis. Bener-bener bikin aku terhanyut.Rasanya novel ini agak terlalu berat diangkat dibanding chicklit yg biasanya di produksi, cukup aneh bagiku mengingat chicklit ditujukan bagi wanita lajang kosmopolitan yg disajikan dengan gaya bercerita santai, penuh humor konyol, sekaligus cerdas. Tapi, kisah ini diusung bagi wanita yg mau jujur pada dirinya sendiri, wanita cerdasdan modern mengenai karier dan kehidupan sehari2. Well, setelah aku pikir ulang, boleh juga pilihan gramed :P

-okeyzz-

Swanderella


Judul Buku : Swanderella - Metamorfosa si Cantik Buruk Rupa
Pengarang : Christina Tirta
Penerbit : Gradien Mediatama


Ivory berambut ikal dan berkulit gelap ia memiliki exotic beauties. Tapi sejak kecil ia terbiasa di ejek oleh kedua saudaranya. Hitam gosong, rambut kribo apapun julukannya. Ia begitu pemalu dan mendendam. Ia dendam pada Ruby, kakaknya, satu-satunya orang yg bisa disalahkan.Claudia dan cahtting dengannya. Secara perlahan, Ivory menjadi orang kepercayaan Claudia sebagai tempat curhat. Ivory berniat menjadi seperti Claudia Anastasia, model terkenal. Dan juga tetangga depan rumahnya, meskipun mereka sama sekali tidak dekat. Ivory berhasil mendapatkan ID Claudia dan cahtting dengannya. Secara perlahan, Ivory menjadi orang kepercayaan Claudia sebagai tempat curhat. Ivory tahu, Ruby sangat mengagumi Claudia karena itu ia ingin sekali menjadi seperti Claudia. Bahkan ia menggunakan nama Claudia Anastasia. Nama yang sama dengan nama si seleb untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan milik kakek Greg menanamkan sahamnya. Hanya untuk mendapatkan kehidupan Claudia yg ia idam-idamkan. Untuk mendapatkan Greg. Semua itu ia lakukan untuk membalas dendam pada Ruby. Ia ingin membuktikan bahwa ia mampu. Ia lebih hebat dari Ruby yg cantik itu. Ia meluruskan rambutnya, berpenampilan cantik dan menjadi model untuk perusahaannya sendiri. Seringkali ia bertengakar dengan Ruby, ia menolak kehadiran Ruby. Ruby menjadi individualis sejati, begitu rendah diri karena penampilannya yg berbeda. Andai ia tahu...
Balas dendam tak senikmat yg dibayangkan. Ivory seringkali di jebak dalam menjalankan tugas penting. Seperti hilangnya CD rekaman fashion show, hilangnya data rapat negoisasi dengan para supllier, dst. Siapa gerangan yg menjebak Ivory. Ivory tak habis pikir.

Novel ini bikin aku berpikir bahwa trauma psikologis saat kecil benar2 berpengaruh besar dalam pembentukan pribadi seseorang. Ejekan tentang dirinya jelek dan tidak cantik begitu membekas pada Ivory hingga ia menutup mata pada definisi cantik yang sesungguhnya. Bahwa ia cantik apa adanya, bahwa sebenarnya Ruby sayang padanya dan merasa sangat bersalah atas perlakuannya saat mereka kecil dulu.

Dan betapa kecemburuan itu berujung pada dendam dan pembalasan dendam. Balas dendam tak pernah indah karena ia selalu menyakiti banyak pihak yg tak bersalah.

Sekali lagi Christina Tirta bikin aku terbius dengan novel terbarunya. Cerita karangannya benar2 ngena. Dipenuhi konflik dan intrik. Aku suka gaya bahasanya. Novel Christina yg pernah aku baca selain ini adalah Beauty & The Bitch yang ngga kalah bagusnya.

-okeyzz-

Chicklit: Wanderlust


Judul buku : Wunderlust - Doyan Jalan
Pengarang : Chris Dyer
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama


Wanderlust menceritakan seorang wanita modern, Kate Bogart hidup nomaden karena pekerjaannya sebagai penulis kolom perjalanan di salah satu koran New York, rubrik “Wish You Were Here”. Salah satu kolom wisata yang menuntut Kate berkeliling dunia. Malam ini dia di Perancis keesokan paginya ia sudah tiba di London.

Diantara kesibukannya, Kate rutin mengirim email pada Ibunya yang gila judi, merecoki sahabatnya agar mau mengurus apartemen dan kucing kesangannya, editornya Ted Concannon, dan mantan suaminya si manusia super tampan, Jack McTavish yang suka hidup di hutan seperti tarzan. Mereka berpisah karena Jack berusaha menyeretnya ke Himalaya sementara Kate bersaha menariknya ke spa atau mengunjungi opera dan museum.

Kate berusaha mempertahankan status bercerainya dengan Jack, gaya hidupnya di antara continental breakfast, room service, dan frequent flyer memudahkannya menjauh dari Jack. Dan ia tak kekurangan teman kencan selama berpergian.
Editornya, Ted memberikan alamat email pribadinya pada seorang mantan wartawan perang dari Inggris Miles Maxwell yang beralih profesi menjadi penulis perjalanan wisata freelance. Dan sejak itulah Maxwell memasuki kehidupan Kate.
Kate mulai berkencan dengan Maxwell yang gentleman sejati, disaat yang sama Jack mantan suaminya yang super ganteng itu mengajak rujuk kembali. Antara perasaan yang mulai tumbuh untuk Maxwell dan cinta lama kepada Jack, Kate memutuskan menduakan mereka dengan seizin ibunya.

Banyak sekali perkembangan yang tak terduga muncul. Mulai dari Ted yang yang mulai merasa nyaman dengan apartemen Kate setelah diusir oleh istrinya yang lesbian, lamaran Jack, munculnya tunangan Maxwell, dan hubungan Ted dengan ibunya, dan kemunculan ayahnya yang tak disangka-sangka. Kate yang semula nyaman dengan kehidupannya yang mandiri dalam kesendirian mulai kelabakan. Belakangan ia merasa kesepian yang amat sangat.

Mulanya saya kecewa sekali begitu membuka bab pertama dan melihat novel ini ditulis dengan gaya tulisan email dan berlanjut sampai bab terakhir. Saya tak terlalu suka dengan gaya penulisan yang seperti ini. Jadinya novel ini berakhir menginap di lemari buku saya selama beberapa minggu tanpa saya baca sama sekali.

Liburan semester telah tiba, dan saya menyadari saya tidak mempunyai recana satupun untuk melewati hari-hari liburan yang cuma seminggu ini. Mulanya saya meminjam beberapa chicklit di rentalan, banyak sekali chicklit menarik yang terlewatkan untuk di review. Namun keuangan mulai menipis karena tidak adanya kucuran dana selama liburan. Saya mulai melirik lemari buku demi melihat novel-novel favorit saya untuk dibaca ulang. Dan disitulah saya menemukan beberapa novel yang belum sempat saya baca, dalam artian malas saya baca.

Pada awal saya membaca bab awal saya agak sedikit bingung dengan gaya penulisan dengan email seperti ini dan terpaksa harus mengulangi membaca beberapa paragraf awal agar dapat memahami jalan cerita yang terjalin. Setelah mulai terbiasa dengan gaya penulisannya, saya mulai masuk kedalam cerita. Benar-benar menarik. Naskah yang menggambarkan keseharian wanita yang bepergian keberbagai penjuru dunia. Cerita-cerita menarik yang secara teratur dilaporkan melalui email. Dan saya juga melihat rumitnya berhubungan jarak jauh. Teknologi disini jelas terlihat sangat berperan dan penting keberadaannya bagi semua orang di seluruh dunia.

Di pertengahan cerita saya mulai merasa jemu karena jalan cerita yang tak berkesudahan mengenai hubungan Kate dengan Jack dan Maxwell. Kate yang lemah jiak berhubungan dengan pria jelas membuat alur menjadi lambat dan membuat saya beberapa kali menelantarkan novel karena bosan dengan alur yang tidak jelas dan tidak tertebak, saya tidak mendapatkan clue mengenai ending ceritanya sama sekali Namun, ketika berada pada akhir cerita, tiba-tiba perkembanagan cerita berjalan begitu cepat.

Dan yang paling mengejutkan adalah ending cerita yang manis karena saya tidak memiliki bayangan mengenai hal tersebut sama sekali pada mulanya. Disini saya mengerti kenapa penulis memilih gaya penulsian email seperti ini, karena inilah gaya paling tepat untuk kisah mengenai seseorang yang hidup nomaden. Mereka yang hidup berpindah-pindah perlu berkomunikasi pada orang lain yang menetap untuk menstabilkan dunianya atau sebagai media refleksi. Karena dunianya berjalan begitu cepat, perlu seseorang sebagai penyeimbang yang mengikuti perkembangan dunia secara kontinu, contohnya ibu dan sahabatnya. Email merupakan media paling efisien, baik dari segi waktu dan ruang serta keekonomisannya. Dan saya pun berhenti mengeluh dan berbalik kagum karena Chris mampu merangkai cerita dengan gaya penulisan seperti ini dan hasilnya memuaskan. Saya kira 4 bintang layak diberikan untuk novel ini :D.


-okeyzz-
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...