Senin, 12 Desember 2011

Anak Rembulan

Judul: Anak Rembulan
Penulis: Djokolelono
Penerbit: Penerbit Mizan
Tahun: Agustus 2011
Hlm: 350
ISBN: 9789794336373



Sejak membaca review anak Rembulan dari oom htanzil saya langsung kepengen banget baca buku ini secara genre favorit saya genre fantasi, ga afdol dong kalo belum baca novel fantasi lokal yg katanya oke banget ini. Tapi sayang setelah dicari-cari di toko buku masih belum ada karena novelnya tergolong baru. Jadi ketika saya beruntung memenangkan buku ini setelah ikutan Kuis Komentar "Novel Fantasi Lokal" di mizan.com (thanks mizan!!) saya langsung baca habis buku ini. Memang baru sempat di review sekarang, agak terlambat, but better late than never ya kan? Hehe.

Pemeran utama kita kali ini anak lelaki bernama Nono yang pulang ke rumah Mbahnya di Desa Wlingi saat liburan sekolah. Bocah kelas lima SD ini tiba-tiba terlempar ke dalam dunia lain yang penuh dengan keanehan. Mungkin masa lalu, atau mungkin masa yang lain ketika di tanah jawa masih ada perebutan kekuasaan di kerajaan, ada Ratu kejam dan prajurit-prajurit setianya, orang Belanda yang menginvasi demi harta, ada geng pencuri dan bahkan demit yang menyaru jadi Dewi. Semuanya berbahasa Jawa tapi memakai bahasa Jawa kuno, memakai pakaian zaman dulu dan orang-orangnya memiliki aji-aji sakti.

Selama tersesat di dunia aneh itu, Nono menghadapi berbagai petualangan seru. Mulai dari bertemu dengan Trimo--anak yang kabarnya hilang saat ikut berjuang melawan penjajah, hampir mati dipenggal pasukan Belanda gara-gara kaus merah Manchester Unitednya, sempat dikejar-kejar Macan Kumbang hitam jelmaan mbah Padmo dan berakhir jadi jongos Mbok Rimbi yang sadis dan memaksanya kerja rodi. Ia bahkan berkenalan dengan geng pencuri, si Kangka, Jagal, Jlamprong, Pinten dan Tangsen (hayo yang suka sama pewayangan pasti familiar dengan nama-nama ini).

Petualangan Nono belum berakhir lho. Ia masih nyaris di umpankan ke kolam buaya oleh si Setan Merah--sebutan untuk Ratu yang kejam. Dan tiba-tiba saja ia terlibat dalam peperangan antara Sri Ratu Kejam, pangeran Mahesasuro, pangeran Lembusuro, geng pencuri Semut Hitam, Kapitan Belanda, Mbah Padmo, dan Non Saarce yang semuanya orang-orang sakti. Mampukah Nano menyelamatkan diri dari perang dan kembali ke dunianya?

Membaca buku ini seperti menelan mentah-mentah komentar sok tahu yang membuat saya memenangkan kuis, "Novel fantasi lokal belum bisa mencuri hati pembaca negeri sendiri karena penulis lokal seringkali berkiblat pada mitos-mitos dan gaung fantasi dunia barat. Seandainya penulis lokal mampu mengolah apa yang sudah disediakan budaya lokal dengan apik dan imajinatif, saya yakin pembaca akan datang sendiri."

Jujur, novel Anak Rembulan ini memiliki segala hal yang saya sebut dengan "olahan mitos budaya lokal" yang membuat novel ini sangat spesial. Sejak kecil saya merasa mitos-mitos lokal itu tak kalah mistisnya dengan dongeng dan mitos barat. Malah saya penasaran sekali dengan aji-aji sakti orang-orang zaman dulu, tentang kerajaannya, tentang sejarahnya, tentang lakon-lakonnya~ semua diceritakan dengan apik dalam novel ini. Paket komplit!

Meskipun begitu saya masih merasa ceritanya menggantung pada plot kedua ketika Nono terbangun dan mendapati kemiripan-kemiripan nama dan orang disekitarnya. Ada sedikit gaung kosong yang menciptakan tanda tanya. Mungkin jika diolah lebih mendalam dan rapi bisa terasa lebih lengkap. Tebal halaman saya rasa bukan masalah sepanjang kisahnya menarik, pembaca tidak akan keberatan. Saya masih merasa kekosongan di akhir cerita ini ada kelanjutannya. Apakah buku ini akan dibuat sekuelnya?

Yah, meskipun ada dua tiga hal yang dianggap Bloopers (istilah dalam film) dalam novel ini tapi okelah, masih bisa di toleransi. Sepanjang plotnya jelas, karakternya kuat dan hampir tidak ada yang istilahnya kebetulan disini (ada sih, tapi itu masih bisa ditoleransi karena dalam batas logika dan saya maklum) saya sih enjoy aja. Dan menurut saya, novel fantasi lokal yang secara sederhana menjejakkan imajinasinya dengan budaya lokal, karya Djokolelono ini bisa bersaing mantap jika disandingkan dengan novel-novel fantasi luar. Saya  sangat berharap sekali ada lanjutannya. Atau kalau tidak ada sekuelnya, boleh dong karya sejenis dengan tema mitos lokal yang sederhana seperti ini diterbitkan.

Sabtu, 10 Desember 2011

SeoulVivor + Giveaway!

Judul: SeoulVivor
Penulis: Lia Indra Andriana & Tats
Penerbit: Penerbit Haru
Tahun: November 2011
Hlm: 210
ISBN: 978-602-98325-2-5



Pertama kali membaca sinopsis dibelakang bukunya saya langsung tertarik sekali untuk segera membaca buku ini. Fangirl mana sih yang nggak kepengen tahu seluk beluk K-pop dan K-Drama langsung dari pengalaman penulisnya sendiri yang sempat menjejakkan kaki di Korea?

Jadi, disini mba Lia dan Tatz melakukan perjalanan ke Korea walaupun tidak bersamaan namun kisah mereka saling melengkapi buku ini. Mulai dari lokasi-lokasi syuting K-Drama terkenal seperti K-drama Dream High, Secret Garden, dan Beethoven Virus. Kemudian kunjungan ke museum Teddy Bear yang sudah jadi ikon nasional korea dan akrab buat pecinta K-Drama Princess Hour. Mampir ke Namsan Seoul Tower yang pernah jadi lokasi syuting Boys Before Flower dan super duper terkenal karena mitos gembok cintanya. Lalu berwisata ke Pulau Nami yang keindahannya sempat kita nikmati dalam K-Drama Winter Sonata. Ada pula kunjungan ke Petite France--desa perancis yang sangat indah dan seringkali jadi tempat syuting K-Drama dan venue berbagai variety show populer seperti Running Man.

Setelah puas menikmati Korea sebagai turis, akhirnya kita diajak untuk menjadi menikmati pengalaman menjadi fangirl K-Pop. Kita diajak mengikuti tour ke kantor JYP Entertaintment, sayang untuk kantor SM Entertaintment dan YG Entertainment tidak begitu banyak dijelaskan disini. Lalu pengalaman Tatz selama memuaskan hasrat fangirlingnya di Korea membawa kita mengunjungi tempat-tempat  belanja yang ramah dompet untuk membeli berbagai pernak-pernik K-pop.
 
Bahkan ada juga sesi 'Aji Mumpung' mampir ke toko pizza-nya Junsu JYJ, toko ice cream-nya Yoochun JYJ, atau toko kaca mata papanya Taeyeon. Sebelum ini kita selalu bertanya-tanya bagaimana sih rasanya menonton idol kesayangan kita beraksi di panggung dalam acara musik. Nah, dibuku ini akan dijelaskan caranya seorang fans untuk mendapatkan tiket masuk sebagai penonton music show yang rupanya lumayan berat sekali syaratnya.

Buku ini bagaikan Lonely Planet-nya fangirl K-popers yang ingin berwisata ke Korea sekaligus fangirling. Banyak sekali cerita menarik tentang tempat-tempat wajib dikunjungi selama di Korea. Adanya informasi-informasi seperti estimasi biaya yang diperlukan, rute yang dituju, serta tips-tips menarik untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang tidak diperkirakan membuat saya tergoda untuk langsung backpacking ke Korea--sayangnya belum bisa terwujud dalam waktu dekat, doakan saja ya, amiiin.

Pengalaman mba Lia, dkk dalam buku ini menjawab tanda tanya besar saya mengenai budaya asli korea yang selama ini hanya bisa kita lihat dari balik layar kaca. Bagaimana budaya itu terasa berbeda dan lebih realistis setelah diceritakan kembali dari kacamata orang Indonesia menurut saya itu sesuatu yang sangat istimewa. Salah satu bagian dari buku ini selain kupon diskonnya adalah bab 'Random Facts' yang memuat fakta-fakta kecil tak terjawab yang selama ini sering saya pertanyakan dalam hati. Akhir kata, buku ini hanya memuaskan 40% keingintahuan saya sebagai K-popers dan saya tahu 60% sisanya akan terpenuhi apabila saya benar-benar pergi dan mengalaminya sendiri. 

All K-popers, you should read this book!
And now I have a giveaway for only 1 book of Seoulvivor by Lia Indra Andriana & Tatz
*bertandatangan pengarangnya!!*
Enter Rafflecopter


CLOSED!!


The Winner is Natasha

Karena Natasha tidak membalas saya 2 hari ini maka dipilih pemenang baru
Congratulation Tia Aulia 

(segera balas saya plg lambat tanggal 27 Desember, jika tidak akan dipilih pemenang baru)






Minggu, 04 Desember 2011

80 Hari Keliling Dunia

Judul: 80 Hari Keliling Dunia—Around the World in 80 Days
Penulis: Jules Verne 
Penerjemah: Rahmani Astuti
Penerbit: Serambi
Tahun: 2008
Hlm: 367
ISBN: 978-979-024-154-1





The Synopsis
Novel klasik yang saya pinjam dari Mba Ari dan terbit pertama kali tahun 1873 silam ini mengisahkan tentang perjalanan keliling dunia seorang pria bujang kaya yang super tenang, Phileas Fogg, bersama pelayannya yang setia nan ceria, Passepartout. Bermula dari surat kabar yang memberitakan bahwa perjalanan keliling dunia—dengan teknologi dan transportasi yang tersedia saat itu—dapat ditempuh dalam 80 hari saja. Teman-teman bermain kartu Mr. Fogg tidak yakin atas berita tersebut. Sebaliknya Mr. Fogg sangat yakin bahwa keterlambatan, badai, dan segala hal yang menghambat keberangkatan telah diperkirakan dan termasuk dalam estimasi 80 hari tersebut. Maka, untuk membuktikan bahwa ia bisa kembali ke London dalam 80 hari setelah keliling dunia dengan taruhan sebesar 20.000 pound, berangkatlah ia ditemani pelayannya yang setia, Passepartout.

The ‘World’
—atau lebih tepat dikatakan The Countries kali ya. Mr. Fogg mengikuti rencana perjalanan yang dikeluarkan oleh The Daily Telegraph dengan sangat yakin—sesuai dengan kepribadiannya yg serba pasti. Mr. Fogg dalam perjalanannya mengelilingi dunia merekam kisah-kisah menarik. Kapalnya pernah mengalami keterlambatan, keretanya dibajak, nyaris dibunuh kelompok fanatik di India dan bersinggungan dengan kaum Mormon yang menghalalkan poligami.

Tentunya kisah tak akan menarik tanpa bumbu dong ya. Jadi dalam buku ini tokoh antagonisnya adalah Detektif Fix yang mencurigainya sebagai pencuri uang bank. Detektif Fix membuntutinya dan menghalalkan segala cara yang mungkin dilakukan untuk menunda perjalanan Mr. Fogg. Tapi berkat kebetulan dan keberuntungan serta perhitungan cermat Mr. Fogg yang matematis usaha Detektif Fix berkali-kali gagal. Benarkah Mr. Fogg adalah pencurinya? Mampukah ia mengelilingi dunia sebelum tertangkap Detektif yang mati-matian berusaha menjebloskannya ke penjara?


The Characters
Phileas Fogg digambarkan sebagai karakter pendiam dan sangat tenang. Memiliki pengetahuan luas dan suka megoreksi kata-kata serta melakukan aktivitas pada jam-jam yang secara matematis tepat. Julias Verne menyebutnya seorang yang eksentrik. Saya menyebutnya, gentlemen yang kompulsif. Sebenarnya saya ingin mengkategorikan karakter ini sebagai seorang OCD--Obsessive Compulsive Disorder tapi karakter Mr. Fogg jauh dari definisi obsesif. Ia hanya secara matematis tepat waktu dan menyukai rutinitas yang sama.

"...dan menapakkan kaki kanannya di depan kaki kiri sebanyak 575 kali, dan kaki kirinya di depan kaki kanannya sebanyak 576 kali, sampailah ia di Reform Club," hlm.28

Sedangkan karakter Passepartout secara menyenangkan sangat riang, berbanding terbalik 360 derajat dari Mr.Fogg. Kesetiaannya buta dan karakternya menyenangkan. Secara keseluruhan novel ini lebih nikmat dibaca karena tingkah menarik Passepartout yang menghidupkan novel ini. Saya berani jamin novel ini akan sangat datar dan membosankan tanpanya. Tahu sendiri kan bagaimana humor garing Inggris itu. Dia adalah karakter kunci yang menyemarakkan suasana.

Perjalanan Mr. Fogg dalam novel klasik 80 Hari Keliling Dunia ini sangat revolusioner pada zamannya dan hingga sekarang masih menyenangkan untuk dinikmati para pembacanya. Bahkan sudah berkali-kali diadaptasi ke layar lebar. Seperti tipikal kisah klasik lainnya, novel ini diceritakan dari sudut pandang orang ketiga dan nyaris tidak terasa kedalaman karakter Bahkan semakin kebelakang karakter Mr. Fogg semakin tenggelam oleh sinar riang Passepartout. Meskipun begitu tetap ada sedikit humor yang tertangkap dalam setiap perjalanannya. Sedikit twist juga menambah spesial kisah ini. Dan tentunya ending yang manis~ so classy.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...