Rabu, 26 Maret 2014

Grasindo Goes to Jogja: Meet & Greet at Semesta Cafe





Berawal dari ajakan Mas Yudhi Herwibowo, penulis buku Enigma, untuk menghadiri acara Grasindo Goes to Jogja di Semesta Cafe akhirnya sabtu siang itu saya pun meluncur ke shopping centre. Loh, kenapa ke shopping? Iya, soalnya Mas Yudhi mau beli beberapa buku dulu. Ketika sampai disana,  mas Yudhi yang udah sampai duluan rupanya siap mau beli 3 buku lho, wow. 

Selanjutnya setelah makan siang, akhirnya saya, Mas Yudhi dan Mas Dion @ Baca Biar Beken segera meluncur ke Semesta Cafe dan saya sama mas Dion langsung kesenengan dapat goodie bag yang isinya novel. Haha, emang penyakit blogger buku itu ya seneng banget nimbun buku, apalagi kalau buku itu gratisan.

isi goodie bag dari grasindo


pamer sekaligus narsis w/ Mas Dion @ Baca Biar Beken


Satu goodie bag berisi dua novel, satu CD, voucher belanja buku gramediana, dan kartu emm apa ya namanya.. ahaha. Mungkin lebih tepat disebut leaflet card gitu lah yang isinya tentang cara untuk menulis dan mengirim naskah ke Grasindo.


leaflet card
#PSA: Publisher Searching for Author
yang ingin masukin naskah, segera hubungi Grasindo!
klik untuk perbesar gambar diatas



Acara ini kemudian dimulai pukul 13.30 ngaret setengah jam dari jadwal. Para penulis yang bukunya dihadiahkan dalam goodie bag pun kemudian menjadi pembicara di depan. Penulis kawakan yang menjadi pembicara adalah Ari Kinoysan (@arikinoysan) penulis puluhan buku kondang, seperti novel Hot Chocolate (saya pernah baca dan punya bukunya) dan buku-buku non-fiksi lainnya. 

talkshow


Kemudian ada Mas Yudhi Herwibowo (@yudhi_herwibowo), yang mengundang saya, penulis buku Enigma, Untung Soeropati, Pandaya Sriwijaya, dll.  yang tidak usah diragukan lagi saya punya banyak buku beliau (beberapa dikasih langsung hehe, thanks mas Yudhi).

Penulis lainnya, bisa dibilang tergolong masih baru. Tapi meskipun begitu jangan diremehkan karena mereka telah berhasil mengeluarkan karya tulis yang diterbitkan salah satu penerbit besar, Grasindo. Diantara lain, Edot Herjunot (@Edotzherjunotz) bukan hanya penulis biasa, dia juga seorang stand-up comedian dan blogger, dengan buku keroyokan Asem Manis Cinta. Selain buku AMC itu, Herjunot rupanya sudah akan menerbitkan satu buku lain yang dalam waktu dekat akan direlease Grasindo. 

Lalu ada Tafrid Huda (killtafrids) dengan bukunya Dear Gita yang terinspirasi dari kisah pribadinya. Kemudian penulis fantasy, Eldar, nama pena-nya Violin (@ianstormn) tapi jangan tertipu, dia asli cowok. Tapi saya lupa nama aslinya huehe, maaf ya. Dan terakhir novel romance, Phobia oleh Glazia (@nonalangit) dengan setting korea yang kerennya sudah beberapa kali terbit ulang sehingga menjadi bestseller.

buku-buku yang saya dan mas dion dapatkan


Awalnya masing-masing menceritakan bagaiman perjalanan menulis buku-buku yang mereka terbitkan di Grasindo. Kemudian perjalanan menjadi penulis. Lalu dibuka sesi tanya jawab. Menurut saya yang paling seru justru sesi tanya jawab. Banyak sekali calon penulis yang bersemangat menanyakan tips-tips menulis dari para penulis sukses diatas.

kelima penulis dengan buku karyanya masing-masing




Salah satu pertanyaan yang saya ingat adalah bagaimana cara mengatasi writer block, yang saya ingat betul dijawab dengan indah oleh Mba Ari Kinoysan, bahwa setiap orang memiliki waktu yang sama banyaknya, yaitu 24 jam. Tergantung tiap orang bagaimana akan memanfaatkannya. Yang terpenting adalah bisa disiplin dengan jadwal dengan membuat deadline untuk diri sendiri. 

Mba Arie Kinoysan


Manajemen waktu menjadi sangat penting. Dan yang membuat saya salut karena selain menulis puluhan buku, Mba Kinoysan masih sempat mengasuh grup menulis di FB, sedang mengambil S2 dan sekaligus menjadi Ibu rumah tangga. Luar biasa menurut saya. Banyak yang bisa saya petik dari Mbak Kinoysan, apalagi sekarang saya sedang menghadapi masalah tentang manajemen waktu nih.

Kemudian, pertanyaan dari Steven @ Haremi Book Corner, tentang mana yang terbaik untuk seorang penulis, menjadi penulis yang idealis atau realistis? Dan dijawab Mas Yudhi bahwa penulis harus bisa balance antara realitas dan idealisme. 



Berdasarkan pengalamannya pribadi, Mas Yudhi tidak ingin menjadi sekedar penulis idealis yang kemudian saking idealisnya, membuat dirinya jadi hippie, tidak. Beliau, dengan tetap memegang idealismenya, perlu menelurkan karya sastra yang berbobot. Namun, disela-sela menulis berat itu, ia selingi dengan tulisan-tulisan ringan yang lebih ngepop, yang menghasilkan pemasukan. 

dari kiri ke kanan: Mas Yudhi & Herjunot


Kesimpulan yang saya dapatkan, dan sering banget ditekankan oleh para penulis sekaligus pembicara di depan ini adalah, menulis itu butuh proses yang panjang. Mulai dari mencari ide cerita, menulis kerangka, membangun karakter, dan hingga setelah segala proses itu berakhir dan menghasilkan karya sastra, penulis harus melewati proses menerbitkan buku tersebut. Mulai dari mengirimkannya ke penerbit, menunggu giliran dibaca editor, lalu vonis diterima/ditolak. Setelah diterima pun belum tentu diterbitkan karena masih harus melewati masa revisi berkali-kali hingga kemudian masuk antrian cetak. Setelah cetak pun masih harus promosi.. fiuuuh.

Yang jelas tidak boleh ada kata menyerah. Semua itu bisa dilewati asal tidak menyerah. Mbak Kinoysan pernah harus menunggu naskahnya dibaca editor selama satu tahun lebih. Jadi para penulis baru yang merasa tidak mendapat kabar tentang nasib naskahnya walau cuma sebulan dua bulan tidak boleh mengeluh dulu. Caranya, setiap bulan telepon editor untuk menanyakan naskahnya sudah sampai antrian ke berapa. Dan kemudian harus sabar menunggu hingga vonis datang. Oke, para penulis baru, semangat!!

dari kiri ke kanan: Steven, Dion & me


Sepanjang acara saya mider kemana-mana jadi tukang foto dadakan. Maklum, kamera DSLR Canon mas Yudhi nganggur sih, jadinya ya saya pake jeprat jepret. Meskipun saya yakin banyak yang hasilnya ancur, maklum baru pertama kali itu saya beneran pegang DSLR lama.. huehe. Biarpun saya jadi tukang potret dadakan, saya masih sempet narsis kok, tenang saja..

Anyway, diantara beberapa buku yang kami dapat, saya paling tertarik baca Dear Gita - Tafrid Huda. Kenapa? Karena Mas Tafrid ketika menceritakan asal ide cerita buku ini dengan penuh perasaan dan masih terasa sedikit emosional. Jadi nggak heran dong kalau saya jadi penasaran sama kisah sakit hatinya.

foto saya (sebagian pengunjung) bersama dengan para penulis

Acara diakhiri dengan sesi tanda tangan dan foto bersama. Seperti biasa, ditengah keriuhan saya jadi juru potret pun saya masih sempat narsis. Iyalah, sayang banget dong masa saya nggak ikut nampang, huhu.










I also had a great chat with Grasindo Editor, Mba Anin Patrajuangga. Sayang mba anin pemalu, jadi fotonya cuma dapat dikit Salam kenal, mba Anin :)

 left: Mba Anin Patrajuangga


Sekian laporan dari saya. Dokumentasi berasal dari kamera Mas Yudhi, katalog lebih lengkap bisa dilihat sendiri ke blog Enigmanya Mas Yudhi. Can't wait to have another meet & greet like this. It was a blast and please wait for my book reviews to come :)

Senin, 24 Maret 2014

Mr. Ambassador: Dari Wartawan Foto Menjadi Duta Besar

Judul: Mr. Ambassador: Dari Wartawan Foto Menjadi Duta Besar
Penulis: M. Indro Yudono
Setter: Fitri Yuniar
Hlm: 274
Tahun: Agustus 2013
ISBN: 9789792298031
Harga: IDR 49.500
Rating: 4,5/5
Mr. Ambassador:
JUDUL SPOILER:   
Tiga perjalanan besar telah kulalui...
Perjalanan lokal: dari Yogya menuju Bali, ketika masa sekolah.

Perjalanan nasional: menjelajah hingga tepian Tanah Air, ketika menjadi wartawan foto.

Perjalanan internasional: sebagai “Anak Garuda” terbang ke negeri orang, ketika menjabat sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh di Bern, Swiss.

M. Indro Yudono, seorang mantan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh yang pernah bertugas di KBRI Swiss ini membawa kita ke dalam kisah petualangan hidup dan karier yang unik nan mengagumkan. Berawal dari pembuktian kepada sang Bapak, ia berhasil keluar dari rasa tidak mampu yang sering kali membendung potensi manusia.

Sebuah kumpulan kisah nyata yang inspiratif dari seorang petualang, dengan politik sebagai latar belakangnya.


M. Indro Yuwono memang berasal dari keluarga berada, namun beliau membangun karirnya mulai dari nol. Meskipun orangtua Pak Indro sangat mampu, mereka dengan tegas menyuruh Pak Indro untuk tidak bermanja-manja seperti anak kaya lainnya yang selalu dituruti apa maunya. Segala usaha yang dilakukan tidak lain untuk menunjukkan kepada Bapak Pak Indro bahwa beliau bisa. 

Berawal dari keinginan untuk berlibur ke Bali ketika SMA dengan usaha sendiri, modal nekat menumpang disana-sini akhirnya kesampaian juga. Kemudian pekerjaan pertama sambil kuliah menjadi wartawan foto IPPHOS (sebuah profesi yang saat itu masih langka karena kamera mahal) dimana Pak Indro selalu berpakaian rapi, kemeja dan jas, yang rupanya menjual sehingga sering mendapat orderan dari Gedung Putih untuk meliput acara-acara besar kenegaraan dan kesempatan untuk berkeliling ke berbagai tempat di Indonesia.

Hingga akhirnya Pak Indro berjuang keras untuk bisa diterima di Departemen Luar Negeri. Persiapan untuk masuk ke Sekolah Dinas Luar Negeri (SEKDILU) tidak mudah. Pak Indro mempersiapkan diri selama setahun dan akhirnya diterima. Setelah menjalani pendidikan yang tidak sebentar akhirnya Pak Indro perlahan mulai meniti karir hingga mencapai pencapaian tertinggi, yaitu sebagai 

Selama membaca buku ini saya dihadapkan pada informasi yang sungguh tidak ternilai harganya mengenai kehidupan yang dialami para diplomat dan seluruh pegawai dept. luar negeri disana. Memang tidak ada yang mudah, namun reward dan pengalaman yang mereka dapatkan selama berada di negeri orang dengan membawa nama baik negeri Indonesia itu sungguh luar biasa dan tidak akan tergantikan.

Untuk mencapai sesuatu yang kita cita-citakan itu perlu persiapan yang matang dan usaha sangat keras. Pak Indro menunjukkan pribadi yang luar biasa tekun dan tak pantang menyerah. Poin penting lainnya adalah agar kita jangan terjebak di zona nyaman dan terus belajar untuk mengembangkan diri kita. Itulah yang membuat seorang Pak Indro hebat.

Bahkan di mata seorang pianis, Jaya Suprana, kehebatan Pak Indro itu adalah kemampuannya dalam berdiplomasi dan menjalin relasi baik dengan para dubes lainnya. Mengutip kata pengantar dari Jaya Suprana, "Kalau Pak Indro bukan diplomat yang hebat, mustahil begitu banyak dubes berkenan menghadiri pagelaran festival resital saya di Bern."

Terlepas dari perjalanan hidup seorang negarawan dan duta besar yang sangat dihormati, buku ini memberikan gambaran penting mengenai dunia diplomasi. Pentingnya seorang diplomat adalah untuk menjaga nama baik di mata negara luar. Namun untuk mewujudkan sebuah diplomasi yang kuat diperlukan pemerintahan dalam negeri yang sama kuatnya. Well, tidak heran mengapa dulu Indonesia sangat dihormati di mata dunia, selain karena pemerintahan dalam negeri yang kuat (Soekarno yang kharismatik dan pandai, serta Soeharto yang otoriter) kita memiliki diplomat yang luar biasa.

Akhir kata, buku ini sungguh menginspirasi dan sangat informatif. Penuturan yang ditulis secara personal menjadikan buku ini menyenangkan untuk dibaca dan mampu menghadirkan keakraban yang anehnya saya rasakan terhadap penulis, yakni Pak Indro. What a great read!

Jumat, 14 Maret 2014

Giveaway Hop BBI 2014


3rd GIVEAWAY HOP
BBI Anniversary Project


Alhamdulillah pada tahun ini BBI sekarang sudah memasuki usia ke-3nya. Kalau melihat di tahun awal saja BBI nggak nyampe 100 anggota, tapi sekarang siapa sangka sudah sebesar ini. 

Sementara itu, blog saya ini sudah memasuki tahun ke-7 nya, tapi blog saya berkembang pesat setelah saya menjadi member dan pengurus Komunitas Blogger Buku Indonesia.

Nah, untuk merayakannya seperti biasa, kita mengadakan event rutin tahunan Giveaway Hop dimana para member BBI secara serentak bersama-sama mengadakan Giveaway di blognya. Dalam arti lain, waktunya pemburu buku gratis bergerilya dan berpesta pora. Siapa tahu kamu beruntung mendapatkan hadiahnya, yaaaay...

Hadiah yang saya sediakan kali ini ada 3 kategori hadiah dari beberapa sponsor dan sisanya saya sponsori sendiri.

  1. Buku terbitan DIVA PRESS (dan imprint) @ Rp50.000 pilihanmu sendiri, tidak termasuk ongkir
  2. Buku terbitan SERAMBI (dan imprint) @ Rp50.000 pilihanmu sendiri, tidak termasuk ongkir
  3. Menanti Cinta by Adam Aksara, sponsored by Adam Aksara


Setiap peserta memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan salah satu dari ke-3 kategori diatas. Urutan berdasarkan undian yang muncul pertama kali melalui random.com dalam rafflecopter.


How to get those books? 
you simply need to fill out this Rafflecopter form below

  • Sign in: masukkan email atau username facebook kamu
  • Wajib isi nama dan identitas yang bisa di hubungi
  • Wajib meninggalkan komentar 
  • Lainnya Optional (follow GFC, subscribe email, follow twitter, tweet giveaway, dll) 
  • Semakin banyak mengisi entry, maka kesempatan menang semakin besar
  • Giveaway berlangsung tanggal 14-03-2014 pukul 09.00 WIB s/d 10-04-2014 pukul 12.00 WIB
  • Pemenang akan diumumkan tanggal 14 April 2014
  • Saya akan mengecek seluruh entry dan entry yg tidak valid akan dianggap gugur
  • Ada yang mau di tanyakan? [contact me]
  • Goodluck (^________^)


a Rafflecopter giveaway


BONUS!!

Saya tahu event GA Hop ini sudah setengah jalan, tapi saya yakin kalian nggak akan keberatan dengan additional GA bonuses. Akan ada tambahan hadiah buku untuk dua pemenang, sponsored by Steven @ Haremi Book Club

  1. The Negotiator by Frederick Forsyth + poscard gambar Jl. Malioboro
  2. Satu set buku yang terdiri dari (a) Karni Ilyas: Lahir Untuk Berita by Fenty Effendy; (b)  This is America, Beibeh! by Dian Nugraheni; dan (c) Edisi Khusus: Merayakan 50 Tahun Intisari

a Rafflecopter giveaway


Untuk kamu yang ingin berburu buku gratisan lainnya jangan lupa kunjungi para host Giveaway Hop dibawah ini~

Rabu, 05 Maret 2014

Penunggu Puncak Ancala

Judul: Penunggu Puncak Ancala
Penulis: Indra Maulana, Sulung Hanum, Ageng Wuri, Acen Trisusanto, Dea Sitohang
Penyunting: Astri Apriyani & Elly Afriani
Proofreader: Widyawati Oktavia
Penata Letak: Irene Yunita
Desain Sampul: Gita Mariana
Ilustrator: Nana Naung
Penerbit: Redaksi Bukune
Hlm: 208
Tahun: 2013
ISBN: 602-220-113-6
Harga: pinjam mas Dion @ Baca Biar Beken
Rating: 4,5/5
Sinopsis:
Penunggu Puncak Ancala:   
Aku dan teman-teman penasaran akan keberadaan komplek makam Prabu Siliwangi di puncak Gunung Tampomas. Sesampainya di sana, perasaanku jadi tidak enak. Ingin rasanya segera kembali ke tenda. Aku merasa… ada yang mengawasi.

Sesosok anak perempuan terlihat mengintip rombongan dari balik pohon. Siapa itu? Kulitnya hitam, bajunya lusuh, dan…. Ah, aku dibuatnya gemetaran, tapi kami saling berjanji untuk tetap diam jika menemukan keganjilan.

Perlahan, anak perempuan itu keluar dari persembunyiannya. Sepertinya tidak ada yang sadar bahwa kami tidak lagi bersepuluh, melainkan sebelas. Karena dia kini mengikuti kami di barisan paling belakang. Dan…, selama berjalan… lehernya yang hampir putus juga ikut bergoyang….
***

Alam tidak hanya menyuguhkan keindahan, tapi juga menyimpan banyak misteri. Dan ini adalah kisah kami, para pencinta alam yang ingin mengalahkan rasa takut.

Dalam perjalanan mendaki gunung, menelusuri gua, menapaki hutan, kami bersentuhan dengan “mereka”—penghuni alam lain yang membuat nyali ciut. Namun, bagi para petualang, ketakutan harus dihadapi. Sebab, ke mana pun kami pergi, mereka akan selalu mengikuti….


Saya pada dasarnya adalah orang yang sangat penakut dengan hal-hal ghaib, terutama makhluk ghaib. Sebisa mungkin saya menghindari membaca buku maupun film horor, apapun yang ada hantunya. Tapi, yang namanya manusia itu kan pasti punya rasa ingin tahu. Jadi biar pun takut kadang tetep aja baca/nonton karena penasaran haha.

Penunggu Puncak Ancala ini ditulis oleh Indra Maulana, Sulung Hanum, Ageng Wuri, Acen Trisusanto, Dea Sitohang. Semuanya pernah mendaki gunung dan satu per satu menceritakan pengalaman mistisnya masing-masing dalam kumpulan cerpen Penunggu Puncak Ancala (PPA) ini. Gunung yang diceritakan antara lain Gunung Sitombing, Gunung Salak, Gunung Merbabu, Gunung Gede Pangrango, Gunung Sumbing,Tampomas, Gunung Tjakrabuana dan Sanghyang Gelung.

Selain gunung ada juga cerita di Danau Singkarang, Ujung Kulon dan Goa Pindul yang membawa kemistisannya masing-masing. Which is nggak akan saya ceritakan detailnya disini karena.. saya takut mengingat-ingatnya. Saya cuma berani baca buku ini di siang hari dan mereview di pagi hari. Bahkan karena cuaca pagi ini masih gelap, saya merinding hanya dengan membuka halaman yang uniknya berwarna hitam. Menambah kengeriannya saja.

Anyway, inilah mungkin mengapa saya nggak pernah tertarik dengan gunung dan lebih menyukai pantai. Selain karena saya nggak kuat dengan hawa dinginnya, nggak ada minat untuk capek-capek menaikinya, sudah pasti saya nggak mau repot-repot diajak kenalan sama penunggunya. Iya, saya emang penakut.

Tapi dengan membaca PPA saya jadi tahu cerita-cerita di gunung. Bahwa masuk gunung itu sama aja dengan masuk ke rumah orang. Dimana-mana kita memang harus beri salam di tempat baru dan jaga sikap untuk menghormati pemiliknya. Terlebih lagi di gunung, yang apabila penunggunya merasa terganggu dengan sikap dan pikiran, bisa mencelakakan kita dan rombongan. Saya beri 4,5 bintang karena sukses bikin saya keder merinding nggak bisa tidur.

Senin, 03 Maret 2014

The Girl With The Dragon Tattoo

Judul: The Girl with the Dragon Tattoo
Penulis: Stieg Larsson
Penerjemah: Nurul Agustina
Penyunting: Nur Aini
Penerbit: Qanita
Tahun: January 2012
Hlm: 784
ISBN: 9786029225341
Rating: 4/5
Harga: IDR75000
Sinopsis:

TGWTDT:   
Harriet Vanger, putri salah satu keluarga paling berpengaruh di Swedia, hilang 40 tahun lalu.

Kasusnya tak terpecahkan. Tak ada mayat. Tak ada saksi. Tak ada bukti. Semua petunjuk mengarah ke jalan buntu.

Henrik Vanger, sang paman, yakin keponakannya itu dibunuh dan pelakunya adalah salah seorang keluarga Vanger. Ia menyewa Mikael Blomkvist, seorang jurnalis investigatif sekaligus pemilik majalah Millenium, untuk menyelidiki kasus Harriet.

Dalam investigasinya Blomkvist mendapat bantuan dari Lisbeth Salander, gadis punk asosial yang jenius dan memiliki memori fotografis serta keahlian hacking.

Mereka menemukan kaitan antara hilangnya Harriet dengan sejumlah kasus pembunuhan berantai yang tak terpecahkan. Berdua mereka berupaya menguak rahasia kelam keluarga Vanger yang hampir membuat nyawa Blomkvist hilang.

Pernah diterbitkan dengan judul yang sama pada tahun 2008 dengan cover yang berbeda.


Kita diajak berpetualang dengan seorang jurnalis kolom ekonomi dan bisnis yang sangat teguh dalam memegang prinsip etika jurnalisme. Karena prinsipnya itu ia berusaha mengungkap kasus penipuan dilakukan Wennerström Coorporation dan malah berakhir dijebak oleh Wennerström. Akibatnya kredibilitas dan karirnya hancur. Saat itulah tiba-tiba datang tawaran dari Henrik Vanger seorang konglomerat Swedia, yang memintanya untuk mengungkap kasus pembunuhan keponakannya, Harriet Vanger. Kasus yang tidak pernah terungkap selama 40 tahun lebih.

Akhirnya ia menerima tawaran tersebut dan tinggal di desa yang mayoritas tanahnya dimiliki keluarga Vanger. Kalau pernah lihat filmnya sih digambarkan satu pulau itu isinya rumah dan pondok-pondok yang ditinggali seluruh keluarga Vanger. Wow, kaya raya banget lah pokoknya, udah nggak satu kompleks lagi tapi satu pulau lho!

Cerita bergulir.. akhirnya Mikael dibantu oleh Lisbeth Salander yang super jenius tapi juga super ansos. She's just... weird. Weird, but brilliant. Long story short mereka mengumpulkan informasi, memetakan pola, memecahkan dan mengumpulkan kepingan puzzle yang berceceran dan hampir nggak ada sangkut pautnya. Semua itu akhirnya menguak sebuah rahasia yang sama sekali tak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Maaf, saya sengaja nggak menceritakan plot secara mendetail karena jujur saja, buanyak dan puanjang buanget. Lagipula, bagi kalian yang malas baca buku tebal ini bisa langsung nonton filmnya, which IMO picturing the book pretty well. Apa-apaan ini saya malah nyaranin nggak baca bukunya *ditampar rame-rame*. Buat yang niat baca, saya akui buku ini sama sekali nggak membosankan kok, serius percaya deh. Terjemahannya enak dibaca, salut sama penerjemahnya.

Anyway, ada dua plot utama dalam buku ini yang dibagi menjadi 4 bagian. Pertama, plot konflik pribadi Mikael dengan Wennerström. Kedua, plot misteri lenyapnya Harriet. Ketiga, plot Lisbeth dengan aneka ketidaknormalan dan masalah dalam hidupnya. Kemudian keempat, misteri masa lalu keluarga Vanger yang akan kalian ketahui sendiri ketika kalian baca buku atau nonton filmnya.

Plot pertama, konflik pribadi Mikael dan hancurnya karirnya membuka cerita di buku ini yang kemudian melibatkan Lisbeth sebagai, hm apa ya istilahnya, semacam detektif swasta gitu. Kemudian masuk ke dalam keluarga Vanger yang menurut saya plot yang paling seru di buku ini, mulai dari mencari jejak hilangnya Harriet sampai akhirnya ketika terbuka masalah lain yang jauh lebih kotor. Nah, terakhir setelah Mikael mengungkap misteri lenyapnya Harriet akhirnya ketegangan berkurang dan agak antiklimaks.

Bagian terakhir ini berisi pembalasan dendam Mikael untuk mengungkap pelanggaran bisnis Wennerström Coorporation sekaligus mengembalikan nama baiknya dalam dunia jurnalistik. Menurut saya agak membosankan dan terlalu datar. Sayangnya, membosankan dan datar ini ngambil 1/3 bagian buku. Mungkin juga karena saya sudah pernah nonton filmnya dan sudah tahu bagaimana endingnya sehingga bagian akhir ini jadi nggak menarik.

No surprises since I've seen the movie both the original version and the Hollywood version. Anyway, what impressed me the most is the way the story was told in a very detailed manner. Kadang malah banyak detail nggak penting yang nggak sesuai dengan plot cerita, kayak bosnya Lisbeth yang fall in love with Lisbeth, menurut saya nggak ada hubungannya sama sekali sama kasus pembunuhan. Well, mungkin cuma dipakai untuk memperkuat karakter Lisbeth yang dingin dan ansos. 

Anyway, deskripsi ditulis dengan sudut pandang pengarang sebagai orang yang serba tahu. Jadi, terlepas dari misteri kasus 'pembunuhan' segala hal termasuk deskripsi penokohan karakter diceritakan panjang lebar. Saya rasa itu yang bikin buku ini jadi super tebal. Saya nggak tahu harus suka atau enggak suka dengan model buku seperti ini. Di satu sisi, saya sudah sangat terbiasa membaca novel-novel yang to-the-point dari sudut pandang orang pertama maupun sudut pandang orang ketiga yang penokohannya diperkuat oleh setiap tingkah laku, dialog dan adegan-adegan sesuai dengan plot sehingga kita bisa ambil kesimpulan sendiri bagaimana sebenarnya karakter dari tokoh tersebut. 

Sedangkan disini rasanya seperti digurui dan kadang muncul perasaan, "ah, saya nggak butuh tahu banget karakter tokoh ini, buang-buang waktu ajah sih." haha.. I know, I think I need to read this kind of books more so I don't have to sound so sarcastic like this. Tapi secara keseluruhan saya menikmati proses membaca buku ini. I don't stop for anything, soalnya udah lama banget nggak baca buku bantal, rasanya nyaman sekali baca satu buku tebal yang sukses bikin immersed like this.

Ups, almost forgot one thing. Buku ini Novel Dewasa. I watched it back in 2010 when I was just turn 17 and it was bleh.. Saya nyewa film 1, 2, dan 3 sekaligus (versi asli, bukan yang Hollywood). Amat sangat visual dan sangat dewasa, ah saya nggak berani menjelaskan detailnya disini. Saya nonton ketiga film ini dalam sehari. Bad idea. Ketika nonton film yang kedua saya sudah mulai mual dan masuk film ketiga saya sudah nggak tahan jadinya nggak nonton sampai tamat.

Filmnya Rated R for disturbing violent content including rape, grisly images, sexual material, nudity and language (imdb). See what I mean? Kalau perlu be 21+ before you read or even watch the movie!  Watch it at your own risk!

Film versi Hollywoodnya nggak separah versi Swedia, lebih halus deh dalam penyampaiannya tapi intinya sama aja. Dan IMO, lebih bagus dan real versi Swedianya. Bahkan aktornya pun lebih intense, saya lebih dapet karakter Lisbeth di versi Swedia. Lebih ngena. Keren lah aktingnya, Kalau di tanya serem mana buku sama filmnya, saya berani jawab serem filmnya karena lebih visual jadi huks, serem ah pokoknya. Jangan bilang saya nggak memperingatkan kalian lho ya. ;)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...