Senin, 29 April 2013

Pecinan: Suara Hati Sang Wanita Tionghoa

Judul: Pecinan: Suara Hati Sang Wanita Tionghoa
Penulis: Ratna Indraswari Ibrahim
Penyunting: Elis W. dan A. Elwiq Pr
Penerbit: DivaPress
Tahun: Juli 2011
Hal: 246
ISBN: 9786029787153
Harga: IDR 35000, hadiah dari Dion @ Baca Biar Beken
Rated: 3.5/5
Sinopsis :
Pecinan:   
"Saat aku lahir, Papa memberikanku nama Tan Ling-Ling. Setelah dewasa, namaku menjadi Lely Kurniawati. Aku memang orang Indonesia keturunan Tionghoa." ,

***

Lely Kurniawati, gadis kecil yang selalu berada di antara toples-toples kue jualan orang tuanya merasa tidak memiliki siapa pun. Sampai kemudian, pada suatu hari, saat usianya beranjak dewasa, ia bertemu dengan Gunaldi, lelaki yang kemudian menjadi suaminya. Lelaki itu, bagi Lely, bukan hanya seorang suami. Tapi, lebih dari itu, sebab darinyalah dia merasa "ada" dan memiliki "sesuatu".

Sayang, kebahagiaan Lely tiba-tiba terhenti oleh sebuah kenyataan bahwa ternyata Gunaldi tidak cukup dengan satu cinta! Lantas, apa yang terjadi kemudian?

Dalam waktu yang bersamaan, Anggraeni, teman masa kecil Lely bertemu kembali. Ia pun mencoba berusaha membantunya dengan mencari kebenaran tersebut. Sayang, Anggraeni justru malah menemukan keraguan, baik terhadap apa yang dilakoni Lely maupun dirinya sendiri. Bahwa, kendati keduanya sama-sama datang dari keluarga etnis Cina, ternyata mereka memiliki perbedaan dalam memandang sisi kesetiaan dalam sebuah institusi perkawinan. Lalu...? Selanjutnya...?

Sungguh, sebuah novel yang sangat menarik. Membongkar sisi terdalam batin perempuan Tionghoa di Indonesia. Menyentuh, penuh kejutan, dan layak baca!

Anggraeni berasal dari keluarga peranakan Cina-Indonesia yang dibesarkan sebagai orang Indonesia. Tidak seperti teman masa kecilnya, si Lely yang keturunan Cina Totok dan dibesarkan dengan menganut tradisi-tradisi cina daratan. Pertemuan mereka kembali di Jakarta tahun 2002 yang tidak terduga akhirnya membawa Anggraeni menguak siapa sebenarnya Lely itu.

Lely meminta tolong kepada Anggraeni untuk menuliskan biography tentang dirinya. Mulailah Anggraeni dibawa menelusuri masa lalu, tahun-tahun 1960an Malang tempo dulu, Paris Van Javanya Indonesia. Masa-masa Kota Malang masih sejuk, nyaman dengan tatanan kota yang indah hasil desain arsitek Belanda, Herman Thomas Karsten.

Kisah hidup Lely rupanya tidak sesempurna yang Anggraeni bayangkan selama ini. Gadis kecil yang dulu berada di balik toples-toples ini rupanya mengalami diskriminasi gender sejak kecil. Ketika saudara-saudara lelaki Lely dijemput pulang sekolah naik becak, Lely harus pulang jalan kaki sendirian.

Ketika Anggraeni kecil bermain, lely harus membantu membuat kue-kue sejak pagi, berdagang seharian dan membungkus kue-kue lagi hingga larut. Ketika Anggraeni sibuk dengen hobi menulisnya, Lely terpaksa diam-diam les menjahit agar tidak diusir ayahnya. Rupanya budaya patriarki yang kental juga terjadi di keluarga Tionghoa pada tahun 1960an.

Tak hanya membahas mengenai diskriminasi gender, Ratna Indraswari Ibrahim juga mengangkat tema sejarah dan politik sebagai setting ketika mereka tumbuh besar sebagai orang Cina-Indonesia. Ketika Lely kelas 3 SMP, sekolahnya terpaksa ditutup semenjak peristiwa Gerakan 30 September. Akibatnya Lely harus putus sekolah.

"...Sekolah Tionghoa ditutup dan diambil alih. Aku tidak mengerti kenapa sekolah kami dituduh sebagai antek-antek Partai Komunis Indonesia. Seingatku, guru-guru tidak pernah mengajarkan tentang teori komunisme. Aku ingat guru sejarahku, Pak Han, menangis. Dia bilang pada kami, yang kuingat sampai kini, 'Aku kira kalian harus belajar dimana pun, dan aku bersumpah tidak pernah mengajarkan komunisme pada kalian. Apalagi, aku tidak merasa sebagai orang Cina, melainkan orang Indonesia.'" - Lely, p.44

Sementara Lely putus sekolah, Anggraeni yang bersekolah di SMP Negeri 3 Malang masih bisa melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi karena ia berwarga negara Indonesia. Sedangkan Lely hanya bisa menangis karena tidak bisa terus sekolah. Sayang sekali sebagai keturunan Cina Totok, statusnya adalah sebagai warga negara asing.

Akibatnya Lely harus membantu orang tuanya berjualan di toko. Sementara itu Anggraeni, didesak ayahnya untuk merantau ke Jakarta karena ketidakstabilan politik.di Indonesia. Status mereka yang selalu tidak jelas akibat ketidakstabilan politik tergambar jelas di sepanjang perjalanan hidup mereka.

Selain peristiwa Gerakan 30 September, keturunan Cina juga merasa sangat tidak aman ketika peristiwa 1998 terjadi di Jakarta. Mungkin keputusan adik-adik Anggraeni untuk migrasi ke Australia sudah tepat. Ayahnya ingin jika terjadi hal genting terjadi dan status mereka sebagai orang Cina membahayakan, Anggraeni harus segera pindah ke luar negeri.


"Sejak peristiwa Gerakan 30 September, sekalipun kita warga negara Indonesia, kita tidak punya kepastian bisa tinggal terus di negeri ini. Makanya kamu dan adik-adikmu harus merantau ke Jakarta.Hanya kota itu yang paling gampang aksesnya untuk pergi ke negeri lain." p.23

Anggraeni, menskipun keturunan Cina tapi dari garis ayahnya masih ada keturunan Jawa, maka dari itu, wajahnya pun lebih Jawa daripada adik-adiknya yang sekarang merantau ke Australia.
"Kamu ingat sewaktu masih kanak-kanak dulu, kau digoda oleh saudara-saudaraku, 'Kamu anak Jawa atau Cina?' Dan dengan jengkel kamu membalas, 'Apakah kalian tidak tahu aku ini anak Indonesia? Aku hapal Pancasila!'" - Rahman, p.108

Sebagai anak dokter gigi, Anggraeni tidak dibesarkan untuk berdagang. Ketika besar ia disuruh belajar keras. Iapun menikah dengan orang Jawa dan menjadi dosen. Lain halnya dengan Lely. Setelah putus sekolah, di usia 17 tahun sudah menikah dengan Gunaldi dan membangun kehidupan dari nol dengan berdagang.

Sekarang Lely sudah kaya, berbeda dengan Anggraeni yang hanya seorang PNS. Namun kenapa Lely tidak tampak bahagia?


Tak beda dengan perempuan lainnya yang secara kultur masih berada di bawah laki-laki. Lely tumbuh besar untuk dinomorduakan oleh ayahnya, kemudian ketika sudah menikah ia pun sangat berbakti kepada suaminya.

Menurut saya Lely tak berbeda dengan perempuan Jawa lainnya. Sebagai perempuan ia sangat menjunjung tinggi harkat martabat suami, bahkan ketika ia direndahkan oleh keluarga suaminya sendiri, ia terima saja karena rasa hormatnya terhadap suami. Lely, dengan bakatnya berdagang bisa berdiri dan kaya atas usahanya sendiri, namun disis lain ia masih seorang istri, dan seorang perempuan yang hidupnya diabdikan untuk suami.

Berbeda dengan Anggraeni yang seorang aktivis perempuan, seorang feminis. Semakin ia menguak Lely, semakin ia paham tentang masalah Lely. Betapa berbeda cara pandang mereka berdua. Meskipun Anggraeni telah mapan tapi ia tetap mengejar pendidikan hingga jenjang S3, karena ia ingin menunjukkan pada anak-anaknya, bahwa perempuan seusianya ini masih memiliki impian untuk meraih tingkat pendidikan setinggi mungkin.

Konstruksi sosial mengenai bagaimana seorang perempuan harus bersikap tidak lepas dari budaya dan nilai-nilai yang ditanamkan dalam keluarga saat ia dibesarkan. Namun satu yang membedakan keduanya, yaitu akses terhadap pendidikan. Anggraeni yang dapat mengenyam pendidikan lebih lama tentu daripada Lely tentunya lebih berpandangan terbuka dan maka dari itu sanggup mendukung prinsip-prinsip feminisme. Berbeda jika dibandingkan dengan Lely yang sejak kecil diajarkan nilai-nilai untuk selalu menjungjung suami dalam rumah tangga.

Uniknya disini, kedua tokoh kita, Lely dan Anggraeni sama-sama perempuan keturunan Cina yang tinggal di Jawa. Meskipun disatu sisi mereka masih menganut adat Cina tapi sudah terasimilasi dengan budaya Jawa. Meskipun begitu, posisi perempuan, baik di Jawa maupun Cina rupanya tidak jauh beda. Sama-sama diatur oleh budaya patriakal.

Pada akhirnya, buku ini menyimpulkan bahwa apapun nilai-nilai yang di pegang perempuan, kita harus menghargai pilihan mereka. Selama mereka tidak merasa direndahkan dan tidak dianiaya, I think it's fine either way.. as long as you're happy.



PS: Buku ini untuk posting bareng BBI bulan April dengan tema Perempuan

Sabtu, 27 April 2013

Are you the winners of BBI Giveaway Hop 2013?



Hola,

Maaf terlambat untuk mengumumkan siapa pemenang dari BBI Giveaway Hop di blog Kumpulan Sinopsis Buku 2013 hari ini. Tadinya sih saya mau posting pagi banget tapi karena telat bangun saya jadi keburu-buru ngejar kereta dan akhirnya lupa sama sekali. *I know, I'm a reckless blogger*

Anyway, saya sudah melihat data para peserta dan ada beberapa yang rupanya masih belum valid. Entah kelewatan atau kalian bohong pada saya, hiks. Jadi ada beberapa peserta yang terpilih sebagai pemenang via random.org tapi pas saya cross chek ulang ternyata ada yang belum kalian penuhi. Maaf ya, peserta yang datanya nggak valid akan dianggap gugur.

So, langsung aja. Siapakah para pemenang yang beruntung kali ini?

Jeeeeeng jeeeeeng

Congratulation 

Nurmawati Djuhawan
you win an Apartemen 666

Arline Safitri
you win an Apartemen 666

Indah Stewart
you win a Satu Masa di Cielo

Citra Apsara 
you win a Sea of Trolls

(Pemenang harap segera konfirmasi dalam waktu 2x24 jam jika tidak akan dipilih pemenang baru.)



Terima kasih kepada semua teman-teman yang sudah berpartisipasi meramaikan BBI Giveaway Hop di blog saya tahun ini. Juga tidak lupa, saya ucapkan terima kasih kepada Sybill Affiat serta Nugraha Sugiarta yang mau menjadi sponsor untuk event kali ini XD

Bagi yang belum beruntung jangan kecewa soalnya saya akan mengadakan Monthly Giveaway tiap tanggal 10 setiap bulannya. So, subscribe and stay tuned biar nggak ketinggalan infonya.

Semoga tahun depan kita bisa bertemu kembali dalam acara BBI Giveaway Hop 2014, until then.. see you!!

Jumat, 26 April 2013

Paper Romance

Judul: Paper Romance
Penulis: Lia Indra Adriana
Penyunting: Tia Widiana
Desain Cover & Illustrator Isi: Bambang 'Bambi' Gunawan
Penerbit: Penerbit Haru
Tahun: April 2013
ISBN: 978-602-77442-13-0
Hlm: 376
Rated: 4/5
Harga: IDR 52000
Sinopsis:

Paper Romance:   
KEV MIRROW, PENULIS BESTSELLER PULANG KE INDONESIA DAN MENEMUKAN INSPIRASINYA KEMBALI DARI SEORANG WANITA!

To : Arie@majalahStarIndonesia.com
From : Kev@kevmirrow.com

Mengenai artikel yang Anda tulis, saya ingin meluruskan beberapa hal:
1. Saya tidak pernah kehilangan ide menulis, saya hanya vakum menulis sementara
2. Eliana Candra, cewek yang mengaku sebagai saya sebenarnya adalah asisten saya. Namanya saya gunakan sebagai tokoh utama di novel terbaru saya karena ingin menghukumnya (Saya tidak ingin membahasnya).
3. Saya masuk ke rumah sakit karena kecelakaan mobil beruntun, bukan karena tidak konsentrasi saat menyetir!

Kev Mirrow membaca ulang email yang hendak ia kirim. Dahinya berkerut, ia berpikir keras. Lalu sambil mendengus ia menghapus semua hasil ketikannya, mengganti dengan sebaris tulisan:

Terima kasih telah menepati janji Anda mengirimkan hasil wawancara. Tidak ada yang salah. Anda boleh memuatnya di majalah.

Kev Mirrow


Kev Mirrow seorang penulis ternama yang bertemperamen tinggi dan bersifat buruk. Sudah tiga orang asistennya yang pergi karena tidak tahan dengan tingkahnya. Nah, Eliana Candra ini sebenarnya staf di perusahaan kakaknya Kev, tapi ia direkrut secara tidak resmi untuk menjadi asisten penulis. Dan percaya tidak percaya, si Eli ini tahan lho sama penindasan si Kev. 

Mungkin lebih tepatnya pasrah sih, soalnya Eli ini suka mengalah. Jadi ia diam saja ketika diperlakukan kasar dan seenaknya seperti itu. Bahkan akhirnya nama Eli pun di pakai untuk jadi tokoh utama dalam novel yang sedang digarap Kev, sebagai bentuk hukuman terhadap Eli. Tapi kok enak sih hukumannya, kan lumayan tuh jadi numpang beken. Kalau saya sih seneng-seneng aja asal tokohnya bukan yang aneh-aneh gitu.

Bencana dimulai setelah Kev menjalani operasi saat aneurismanya pecah. Ia mengalami gejala hilang ingatan dan imajinasi yang tertukar pasca operasi. Sifatnya jadi berubah 180 derajat. Yang tadinya jutek sekarang jadi ramah banget. Udah gitu, Kev mengira Eli sebagai pacarnya. Hiii, merinding nggak sih dengernya. 

Atas desakan Hadri, manajer Kev, si Eli setuju untuk berpura-pura jadi pacar Kev sampai penulisan novelnya selesai. Soalnya menurut Kev, si Eli ini inspirasinya. Jadi sekali lagi Eli pasrah aja deh diberitakan sebagai pacar bosnya itu. 

Rupanya Kev sudah 'normal' lagi, tapi karena terlanjur dipublikasikan yah akhirnya ia sengaja diam saja dan terus membiarkan segalanya berjalan seperti biasa. Maksudnya ia tetap berpura-pura pacaran sama Eli dan nggak bilang kalau sebenarnya ia sudah ingat.

Tapi.. mau sampai kapan begini terus?

Apalagi ketika si tokoh 'Eli' yang sebenarnya, 'Eli' yang jadi inspirasi Kev, mulai muncul. Posisi Eliana Candra jadi serba salah. Antara masih berstatus pacar dan bukan. Antara cemburu dan nggak pantas cemburu karena ia bukan siapa-siapa. Serba salah deh pokoknya.

Nah, disini saya gregetan sama si Eli. Aduh, jadi orang kok pasrah amat ya. Saking baiknya atau bego sih. Kenapa terima aja ditindas, udah tahu tersiksa tapi masih nggak bisa bilang 'tidak'. Menurut saya karakter Eli ini paling nggak kerasa auranya karena dia banyak diamnya dan cenderung 'ngikut' kemana tokoh lain bercerita, dengan Eli sebagai sidekicknya.

Tapi makin lama makin terlihat perkembangan karakter Eli. Mulai dari dia yang cuma jadi bayangan hingga lama-lama dia mulai berubah jadi percaya diri dan mampu untuk berkata 'tidak' ke orang lain. But still, menurut saya porsi Eli disini masih kalah dibandingkan Kev dan Nathan.

Nah, tokoh paling kuat tentu saja Kev. Mungkin karena Kev memang tokoh utama kita ya. Soalnya di sinopsis singkat pada cover belakang kan pakai sudut pandang si Kev. Cuma pas di Bab awal, saya mendapat kesan karakter utama kita si Eli ini. Tapi tetep tokoh paling mendominasi di sini ya si Kev dengan karakternya yang digambarkan dengan dialog dan deskripsi yang kuat..

Belum lagi tokoh pembantu lainnya seperti Hadri, Nathan, Tiffany, dan Nadia yang semuanya kuat menonjol, bikin Eli yang kalem dan ngalahan jadi tenggelam. Saya bahkan lebih suka karakter Nathan dan Tiffany yang care banget sama Eli, soalnya mereka nggak pernah merendahkan Eli.

Terlepas dari pengkarakterisasian, saya merasa karya Lia Indra Adriana makin lama makin luwes. Saya merasa lebih nyaman baca Paper Romance dari pada seri Seoulmate. Mungkin karena setting dan karakter Indonesia jadi rasanya dialognya lebih ngena dan familiar. Juga nggak sebaku gaya bahasa di Seoulmate ya, 

Karena itu saya rasa interaksi para tokohnya jadi lebih mengalir. Saya nggak berhenti ngakak kalau sudah baca interaksi dudul antara si Kev yang 'nyentrik' dengan Hadri yang udah kebal sama segala keegoisan dan keeksentrikan sifat Kev. I think they have a very solid friendship karena Hadri ini mau terima Kev apa adanya sementara yang lain nggak betah deketan dengan sifatnya dia. 

Both Kev and Hadri won my best couple award deh pokoknya! Gelar best couple kedua saya hadiahkan untuk Eli dan Kev. Jadi Kev menang dua kali ya, soalnya saya suka banget pas Kev ngerasa cemburu kalo lihat Eli deket-deketan sama Nathan. Berasa nonton drama comedy korea deh, haha. Kadang si Kev ini kalau cemburu sering norak gitu, suka pamer kayak anak kecil untuk nunjukin siapa yang berkuasa disana. 

Gara-gara lucu gini saya baca habis sejak midnite sampai jam 3 pagi. Apalagi endingnya twisted. I didn't know that was coming. I got dumbstruck! Can't stop laughing and cannot bear to put the book before I finish it. It was a blast. Ini review buku ke-7 Lia Indra Adriana yang pernah saya tulis. Buat yang ngefans dan juga koleksi karya Lia Indra Adriana kayak saya, Paper Romance ini wajib masuk rak bukumu.


PS: Saya suka sama covernya, pemilihan warna hijau jeruk nipis ini seger banget. Aku tunggu karya-karya selanjutnya, ya mba Lia!

Kamis, 25 April 2013

Close Up Interview : Truly Rudiono, Seorang Blogger Buku Indonesia



Pertama kali mendengar konsep Close-Up Interview dari Mia @ Mia Membaca saya langsung excited, nggak sabar ingin segera memulainya. Thanks for this brilliant idea

Mau tahu apa itu Close-Up Interview? Baca disini.

Anyway, saya pun rupanya mendapat target sasaran, yaitu Mba Truly. Saya pun deg-degan, bingung mau tanya apa ya ke Mba Truly. Beberapa hari setelah dapat nama target saya sudah menyusun bermacam-macam pertanyaan keren nan mendetil. 

Tapi karena nervous saya menunda-nunda. Alasannya lagi UTS. Tapi begitu waktunya mewawancarai saya malah blank, hilang sudah pertanyaan yang uda saya susun dalam kepala. *eaa, ngeles* #plakk

Nah, jadilah saya mepet-mepet deadline (itu pun masih belum sadar kalo waktu sudah menipis) baru bisa mengirimkan pertanyaan via email. Nah, berikut ini pertanyaan cemen yang saya tujukan kepada Mba Truly.

Biar keliatan serius dikit, saya tentunya melemparkan pertanyaan-pertanyaan standar dulu lah ya, buat pemanasan.
Q (Question, of course from me)
A (Answer from mba Truly)
Me: side note

Q: Sejak kapan suka membaca? Apa yang selalu bikin mba Truly tertarik dengan buku?

A: Sebenarnya dari kecil sih. Mungkin karena dulu alm papa suka banget baca. Buku paling menawan saat kecil itu Tintin. Kebetulan sebelum masuk sekolah aku sudah tahu huruf. Walau sedikit, rasanya happy aja bisa mengerti bacaan dari majalah bobo atau buku yang selama ini cuma aku lihat gambarnya. 

Saat semua anak les membaca, aku les yg lain. Guru SD Ku sampai sekarang masih ingat aku yang paling pintar membaca katanya. Makanya saat les aku harus dikasih bacaan yang lain biar teman-teman enggak nyontek.

Q: Genre buku yang disuka apa aja? Kenapa?

A: Waktu kecil sampai kuliah hobi banget baca kisah petualangan, detektif. Makin gede ditambah kisah fantasi. Sebenarnya apa saja asal bukan roman galau ala Dion @ Baca Biar Beken. Semangat aja baca petualangan, adernalin seakan terpacu. Baca kisah detektif bikin kita makin pintar menelaah banyak hal, memperhatikan hal-hal kecil. Baca kisah fantasi bikin makin kreatif berlogika.

Q: Di keluarga siapa aja yg suka buku? Bisa tolong disertakan foto lemari bukunya mba? Haha, aku diceritain mas Dion @ Baca Biar Beken katanya mba Truly punya ruangan khusus penuh buku.

A: Semua pada dasarnya suka. Tp yg jelas koleksi buku ya aku dan adikku yang bungsu, dia koleksi  komik dan cergam. Foto ada di FB ku

Me: Saya masih belum berhasil nemu fotonya. Ada yang bisa bantuin? Heheh

Q: Bagaimana rasanya kerja di bidang yang selalu dekat dengan buku, mba? Bisa tolong diceritakan bagaimana kok bisa berkecimpung di dunia buku, apalagi sekarang bekerja di Perpustakaan UI, idealismenya apa?

A: Menyenangkan!

Kalau baca ulasanku di Aku dan Buku Sastra Pawon tergambar kenapa aku sampai pindah ke perpustakaan. Senang aja mencium bau apek buku, menyentuh debu di sana.

Me: Here you go link to related post Aku dan Buku

Q: Bisa tolong diceritakan awal mulanya ngeblog di trulyrudiono.blogspot.com ?

A: Biasanya aku nggak pernah suka ikutan lomba berhadiah buku. Suatu saat menang. Buat ucapan terima kasih aku buat review. Eh jadi dikirimi lagi. Sejak itu jadi hobi bikin review. 

Blog karena desakan teman-teman penerbit. Yang buat juga anakku, maklum emak gaptek

Q: Biasanya ciri khas/ ramuan ngereview ala mba Truly itu bagaimana?

A: Biasanya reviewku selalu dibuka dengan kalimat yang menurutku paling HEBOH, BERKESAN, NENDANG dari buku itu. Review selain timbangan buku harus memuat tambahan informasi.

Q: Bisa tolong diceritakan soal grandnie dan sang cucu kesayangan yang terkadang ikut muncul diulasan review blog? Itu terinspirasi dari siapa sebenarnya?

A: Itu impianku di masa depan. Punya cucu tersayang, jenis kelamin apa aja. Punya perpustakaan canggih dibiayai oleh anak tunggalku. Belakangan, sosok belahan jiwaku masuk sebagai tokoh eyang. Tadinya kan enggak ada. 

Rahasia, sis, kalau yang ngerti ini menjawab apa hubunganku dengan Bonmedo Tambunan, he he he.

Me: Aaaah~ aku KEPO nih. #plakk


Q: Sebulan biasa dapat berapa buntelan mba? Biasanya dari penerbit mana aja?

A: Tergantung, Sis. Semakin rajin aku bikin review, semakin banyak buku yang mendarat. Tahun ini aku mulai membatasi. Sedikit review yang berbobot dari pada review sekadarnya tapi jumlahnya banyak. Pernah dalam 1 hari aku ngebut bikin 2 review. Bisa sih tapi kurang merasa puas.

Kalo timbunan sudah menggunung, penebusan dosanya yah itu buat review singkat dalam 1 paragraf. Tapi dalam 1 review ada 2-3 buku.

Q: Biasanya standar policy / disclosure dari mba Truly yang diberikan kepada penerbit yang minta buku mereka di review apa aja?

A: FUN

Aku akan bikin review versiku, menurutku, gayaku tak ada campur tangan penerbit. Pesan sponsor sekadarnya OK. Tapi kalo harus begini-begitu, enggak aja deh. Paling pesan sponsor ke penerbit kapan-kapan nodong buat kuis yah!

Q: Trus kalau buku yang nggak disuka dari penerbit bagaimana, mba? Apakah bukunya dikembalikan?

A: Enggak sih, aku berusaha mereview buku yang dikirim.

Kalo enggak bisa, aku akan berikan ke siapa yang bisa bantu, nanti aku kirimkan ke mereka. Lalu aku kasih tahu penerbitnya buku itu di review oleh si X

Q: Kalau dapat review pesanan biasanya dapat reward apa dari penerbit? Pernah menerima review pesanan yang berbayar dan wajib promosiin bukunya habis-habisan ga? Tolong ceritain dong ya mba utk pembelajaran bg BBIers lainnya

A: Pernah sih aku diminta promosikan sebuah buku. Karena memang bagus akunya sih happy-happy aja. Nggak dibayar, cuma dapat kaos sama beberapa buku buat kuis, plus bisa merokemendasikan teman buat dapat buku ini.

Review yang dibayar biasanya kalau di kantor lamaku ada yang nerbitin buku. Maklum buku akademis perlulah di cuap-cuapin. Rada bertentangan dengan hati nurani kalau yang gini.

Pengalaman buruk

Gara-gara komentar nggak nyaman tentang terjemahan, salah satu penerbit marah-marah. Dia bahkan bilang nyesel ngirim buku ke aku. Kalo gitu lebih baik nggak usah komentar aja. 

Langsung buku aku balikin. Sejak itu enggak bakalan mau baca buku terbitan penerbit itu. Apa lagi beli. Soalnya berprinsip kalo baca harus ada komentar di GRI. Rugi amat aku komentarin buku dia. Konon gara-gara itu ada 2-3 temanku yang juga mengembalikan buku kiriman penerbit itu.

TRIVIA

  1. Kebiasaan buruk saat membaca? Sambil makan-minum atau pas lagi di jalan. Bisa ketumpahan makanan, minuman ataur kena lisptik saat kendaraan ngerem mendadak
  2. Tempat favorit saat baca buku? kasur
  3. Jam-jam aneh saat baca buku kapan aja? After ½ malam gara-gara nggak bisa bobok
  4. Apa yang menginspirasimu untuk merekomendasikan suatu buku? Jika 1 bab pertama membuatku terbuai pasti kisahnya bagus dan layak dibagikan.
  5. Cemilan/minuman favorit untuk menemani membaca? Teh manis hangat, teh merek P. Softdrink merek C
  6. Genre buku apa yang biasanya di bawa pas liburan? Biasanya buku yang tertunda dibaca dalam waktu lama apapun genrenya. Soalnya di tempat liburan adanya kan buku itu mau nggak mau harus dibaca. Kecuali disana ada toko buku, batal deh nuntasin PR
  7. Biasanya apa yg paling bikin mba terganggu pas baca buku? Ada yang maksa ngajak ngobrol
  8. Apa hal-hal yang bikin mba berhenti baca ketika baru setengah buku yang selesai? Ceritanya tulalit banget!




Wow, keren! 

Terima kasih ya Mba Truly sudah mau meluangkan waktu untuk berbagi pengalaman tentang buku. Saya jadi merasa mengenal lebih dekat nih dibandingkan beberapa bulan yang lalu saat kita kopdar di Yogyakarta dan belanja bareng di D. Haha.

Beberapa pelajaran yang bisa saya petik dari hasil Close-Up Interview bersama Mba Truly.
  • Blogger buku harus punya prinsip
  • Blogger buku harus punya karakteristik khas masing-masing
  • Makin rajin mereview, makin banyak buntelan yang akan datang padamu (touche!)
Saya harap teman-teman Blogger Buku lainnya juga bisa merasa lebih mengenal Mba Truly ya dari hasil CUI diatas. Dan mulai sekarang jangan sungkan untuk saling menyapa.

Pengen mengenal BBIers lebih dekat? Silakan mampir ke Close Up Interview BBIers lainnya DISINI 



PS: Posting Bareng dalam rangka Blogger Buku Indonesia 2nd Anniversary
PS: Ada yg penasaran sama hasil Close-Up Interview bersama saya *ya kali ada gitu yg penasaran*? Mampir aja ke Dyta @ Fingerprint Tale

Sabtu, 13 April 2013

BBI, Let's Start Rocking Giveaway Hop!!

April 13th
you are 2 years old now :3


It's April 13th already, yippie. Might as well wish you a merry happy birthday Bebi. Kali ini divisi events akan menjadi host untuk Giveaway Hop untuk memeriahkan ultah BBI yang ke-2. 

Apa itu giveaway hop? 

Artinya para blogger buku secara serentak mengadakan giveaway, bagi-bagi buku untuk semua orang yang berpartisipasi. Seru kaaaan, kalian bisa hunting buku-buku dengan cara mampir ke blog para host Giveaway Hop. Siapa tahu kalian beruntung dan menang. Daftar host giveaway hop bisa dilihat di bawah post ini.



Waktu dan Tema:
  • Waktu posting: 13 April 2013 pukul 9AM
  • Waktu giveaway: 13 April s/d 26 April 2013
  • Pengumuman Pemenang: 27 April 2013

Kali ini saya pun menjadi host akan memilih 4 pemenang dan menyediakan 4 buku sebagai hadiahnya.

*Klik link untuk membaca review buku diatas


Gimana cara ikutan giveaway ini?

  • Sign in: masukkan email atau username facebook kamu
  • Wajib isi nama dan identitas yang bisa di hubungi
  • Wajib meninggalkan komentar dan follow GFC
  • Lainnya Optional (subscribe email, like fanpage, tweet giveaway, dll) 
  • Semakin banyak mengisi entry, maka kesempatan menang semakin besar
  • Giveaway berlangsung s/d 26-04-2013
  • Pemenang akan diumumkan tanggal 27 April 2013
  • Saya akan mengecek seluruh entry dan entry yg tidak valid akan dianggap gugur
  • Goodluck (^________^)


a Rafflecopter giveaway

Pengen mampir ke Giveaway 
yang diadakan para blogger buku lainnya? 
Langsung aja cek satu per satu link di bawah ini.




PS: Pengen ambil kode linky untuk dimasukkan ke blog kamu? Ambil disini
get the InLinkz code

PS:  BBIers yg sudah posting ttg ulang tahun BBI bisa mampir ke blog kak Mia disini

PS: nah, karena kemeriahan event BBI Giveaway Hop ini saya membatalkan Monthly Giveaway April 2013, maaf yaa. Semuanya saya jadikan satu di event ini. Hehe, tapi janji bulan depan saya adakan lagi Monthly Giveaway Mei :D 

Rabu, 10 April 2013

OpenTrolley: Beli Buku Impor


Pernah nggak ngalamin masa lagi gemes pengen baca buku terbaru pengarang favorit tapi bukunya nggak diterbitin atau dijual di Indonesia? 

Atau sudah nggak sabar pengen baca lanjutan buku berseri eh tapi ternyata harus nunggu terjemahannya dulu? 

Well, saya sering. Terutama biasanya buku genre Fantasi dan beberapa genre lain yang jarang ditemukan di toko buku impor macam Periplus sekalipun.

Alternatifnya tentu saja ke toko buku online luar semacam Amazon dan The Book Depository. Sayangnya di Amazon saya kehalang masalah pembayaran yang pake paypal ituh, hiks. Biasanya saya beli di The Book Depository (TBD) selain harganya lebih murah sudah gratis ongkos pula.

Nah, di Indonesia sendiri saya paling demen belanja pritilan via online. Maksudnya pritilan disini tuh saya sering beli satu-dua buku tiap dua minggu sekali via online. Kalau mau borongan sih saya biasa ngacir ke TogaMas, Gramedia atau pas ada pameran. Untungnya sekarang saya sukses puasa jadi jarang tergoda sama diskon-diskon menjebak itu.

Bulan Maret kemarin saya dapat voucher sebesar Rp50.000 dan gratis ongkos kirim untuk dibelanjakan di OpenTrolley

Saya sudah lama sih punya account OpenTrolley Indonesia waktu nyari Boxset Pretty Little Liars english edition. Tapi sayang setelah saya bandingin harga ternyata masih murah kalau beli di TBD jadi saya batal belanja di OpenTrolley, hehe.

Kali ini setelah mendapat suntikan dana eaaa (maksudnya voucher) saya kembali menyambangi OpenTrolley untuk mencari-cari buku langka. Eh, sebenernya nggak langka-langka amat sih, di TBD juga ada cuma cover yang saya inginkan nggak tersedia di TBD. Rupanya di OpenTrolley malah ada lho, ya wes langsung deh saya beli 


by Charles Webb



Sebenernya saya pengen beli The Bonfire of the Vanities by Tom Wolfe tapi sayangnya karena keterbatasan dana jadi saya pilih The Graduate yang lebih murah beberapa puluh ribu. Meskipun begitu, harga The Graduate di OpenTrolley masih lebih mahal daripada TBD, hiks. Itu pun belum termasuk ongkos kirimnya. Sebagai mahasiswa saya langsung mengetatkan ikat pinggang.

Kebetulan saat itu saya pesan hari Sabtu tanggal 23 Maret dan mendapat email notifikasi bahwa pembayaran ditunggu paling lambat 3 hari kerja, kalau tidak pesanan hangus. Alamak, kalau sampai voucher Rp50.000 itu hangus mampus aja, eman-emaaan. Mau nggak mau waktu saya cuma sampai hari Selasa.

Itu pun saya segera sadar bahwa pilihan pembayaran hanya ke BCA (waktu itu via CC belum tersedia). Oh my, kapan saya sempat setor ke BCA ya, secara lokasi jauh dan jadwal saya dari pagi sampai sore full. Untungnya Senin saya bisa minta tolong nitip ke temen yang bisa transfer ke BCA via ATM Mandiri (saya juga nggak punya rek. di Mandiri). 

Oh, seandainya OpenTrolley buka rekening di BNI dan Mandiri saya nggak akan sebingung ini.

Setelah saya konfirmasi pembayaran via email, segera saya dapat notifikasi lagi. Karena saya bayarnya Senin sore via ATM Mandiri, jadi statusnya pending sampai 24 jam karena belum tercatat di BCA gitu. Tapi no problemo lah, saya sudah bayar ini yang penting. 

Akhirnya hari Selasa, 26 Maret pembayaran baru diterima pihak OpenTrolley dan saya dapat notifikasi bahwa bukunya langsung di kirim di hari yang sama dari gudang mereka di Kebun Jeruk.

Eh, ternyata di Kebun Jeruk ya gudangnya. Saya pikir di Singapura sono. Soalnya menurut status dari RPX ini mulai di kirim sejak tanggal 4 April diambil dari Kebun Jeruk gitu. Atau mungkin sebenernya jeda waktu 26 Maret - 4 April itu buku saya sedang dikirim dari Sg? IDK.


*klik untuk memperbesar gambar*

Karena menggunakan nomor pengiriman tercatat jadi jelas deh status buku pesanan saya. Bisa di cek di website RPX-nya. Total waktu pengiriman hanya 9 hari saja. Itu pun sudah terpotong Libur Paskah dan weekend. Kalau dibandingkan dengan TBD yang makan waktu pengiriman 3-4 minggu jelas OpenTrolley yang lebih mantap.

Setelah sampai ke tangan saya pun saya dibuat kagum sama pengemasan paketnya yang super duper aman. Seneng boxnya bisa disimpan buat keperluan lain, hehe.


Tapi nggak kayak temen-temen lain, saya sudah nggak ada bungkus plastiknya lho, 
langsung kardusnya aja gitu.



Lihat, ada penahan di keempat sisi biar nggak terkena guncangan. 
Super save packaging


The Graduate saya dibungkus bubble wrap. 
Lumayan bisa diletusin pas lagi bengong



Kelebihan:
  1. Pilihannya lengkap dan beragam, banyak wish-list buku yang nggak saya temukan di Periplus ada semua disini. Contohnya ada buku edisi cover yang saya suka tersedia di OpenTrolley. Bahkan buku-buku lama macam The Bonfire of the Vanities pun ada. Di TBD belum tentu mau restock cover yang ini.
  2. Ada keterangan in stock, low stock dan re-stock sekaligus jumlah copy-nya. Jadi kita bisa buruan beli kalo ternyata statusnya low-stock dan hanya tersisa 1 copy. 
  3. Ada keterangan pilihan paperback atau hardcover.
  4. Keterangan harga sudah dalam Rupiah
  5. Flat Delivery, jadi berapa pun jumlah buku yang kamu beli ongkirnya nggak bertambah
  6. Respon pelayanan cepat dan tanggap
  7. Ada nomor tercatat untuk semua pengiriman via RPX dan JNE
  8. Paling lambat 14 hari kerja buku sudah sampai
  9. Packaging super duper aman dan mewah, IMO

Kekurangan:
  1. Harga buku relatif mahal. Jujur aja, sebagai mahasiswa bagi saya memberatkan, masih murah ke TBD atau langsung ke Periplus.
  2. Metode pembayaran terbatas, hanya melalui BCA dan Credit Card. Saya nggak punya rek. BCA maupun CC, semoga kedepannya dibuka pembayaran ke rekening lainnya seperti Mandiri dan BNI.
  3. Nggak ada dashboard account pelanggan untuk mengecek status order, konfirmasi pembayaran, dll. Semua dilakukan via email. Saya pribadi sih merasa lebih nyaman kalo semuanya bisa di cek jadi satu di akun pelanggan daripada via email.
  4. Nggak ada kolom review pembeli, jadi cuma tersedia sinopsis bukunya ajah

Secara keseluruhan saya puas lah dengan servisnya. Tapi kalau untuk disuruh beli lagi disana saya mau pikir-pikir dulu. Soalnya kemahalan buat kantung. Meksipun harga mahal tapi memang setimpal dengan servisnya sih. 

Tapi tetep ajah saya pilih TBD deh biarpun pengirimannya lama, haha. Cuma kalau saya nggak nemu buku pilihan di TBD, Periplus dan Gramedia sementara lagi sakaw pengen banget itu buku, terutamacover buku terbitan yang saya mau, tanpa ragu saya pasti akan kembali ke OpenTrolley (apalagi kalo dikasih voucher belanja yg banyak, haha).

OpenTrolley jadi pilihan bagus untuk berbelanja buku impor bagi teman-teman di Indonesia yang nggak sempat belanja di toko buku impor atau memang kesulitan mencari buku impor yang diinginkan. Selain karena kemudahan pembayaran (melalui ATM lokal) juga terjaminnya pengiriman secara cepat (gudang dekat). Akhir kata, selamat berbelanja di OpenTrolley Indonesia XD
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...