Selasa, 29 Desember 2009

Invicible City - Kota yang Hilang (The Joshua Files #1)


Judul : The Joshua Files: Invisible City/Kota yang Hilang
Pengarang: M. G. Harris
Penerbit: GPU
Genre: Thriller/Fiksi/Teenlit

Sinopsis (Spoiler!):
Joshua Garcia sang tokoh utama hanyalah remaja berusia 13 tahun yang tiba-tiba mendapatkan kabar saat sedang berlatih Capoeira bahwa ayahnya, Andres Garcia, seorang dosen arkeolog meninggal karena kecelakaan pesawat saat sedang melakukan riset di Meksiko. Yang mengerikan lagi, polisi menyimpulkan bahwa ayahnya dibunuh oleh suami dari wanita selingkuhannya. Hal itu membuat Ibu Joshua shock dan harus masuk rumah sakit. Joshua yang cerdas tidak mau memercayainya begitu saja. Dia yakin ayahnya masih hidup. Selain itu banyak sekali bagian-bagian yg hilang dalam analisis para polisi. Maka ia harus membuktikan bahwa kesimpulan polisi Meksiko salah.

Joshua mulai membuat blog dan menceritakan hasil penyelidikannya sendiri disana. Analisis kejadian pertama dari Joshua Files: Ayahnya diculik para alien! Tentu saja hal itu terdengar kekanak-kanakan. Tapi bukti adanya penampakan UFO di sekitar daerah jatuhnya pesawat ayahnya memperkuat dugaan Joshua. Dan hanya TopShopPrincess, yang aslinya bernama Ollie, seorang pembaca blog setianya yg selalu memberikan komentar pada setiap entri blognya--percaya pada ceritanya mengenai UFO. Mereka bertemu, lalu Ollie yang ternyata berumur 16 tahun itu bersemangat sekali membantunya memecahkan misteri pembunuhan Andres Garcia. Kemudian, bersama Tyler Marks, temannya dari Capoeira mereka mulai mempelajari hieroglif Maya untuk menemukan kota yg hilang.

Dari sana mereka sepakat untuk pergi ke Meksiko bertiga untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai kota yg hilang ini dan mencoba menemui Camilla--wanita yg diisukan sebagai selingkuhan ayahnya. Hanya saja Joshua belum tahu petualangan apa yang menantikan dirinya, Joshua tak tahu tentang Takdirnya.

Sanggupkah Joshua menemukan kota yang hilang dan menyingkap tabir kematian ayahnya?

Komentar Penulis:
Pertama kali saya tertarik dengan Joshua Files: Invisible City karena covernya sangat unik. Pepatah yang paling sering kita dengar, "Don't Judge Book by its Cover." itu tidak ada dalam kamus saya. Katakanlah saya dangkal, tapi saya nggak mau munafik juga. Kesan pertama yang menarik itu perlu! Termasuk sinopsis yg menarik dan endorsement di cover belakang. Kalau selanjutnya ternyata isinya berbeda jauh dengan cover, yah, emang lagi apes ajah. Tapi itu resiko. Dan saya suka ambil resiko.

Kemudian hal kedua yg saya lihat adalah nama pengarangnya. Never heard M.G. Harris before. Tapi nama pengarang terkenal juga bukan jaminan buku bagus, ya kan? Karena semua itu tergantung selera pembaca sukanya jenis cerita semacam apa.

Kalau kamu suka Film Indiana Jones, The Mummy Trilogy, dan Journey to the Center of the Earth? Kisah-kisah berbau advanture-arceology yang seru abis namun tak lupa menyisipkan kisah fiksi sejarah. Suka nggak? Kalau suka, berarti kamu juga akan menyukai Joshua Files: Invicible City ini.

Saya sangat suka dengan ide cerita dari Joshua Files: Invisible City. Sangat menarik dan unik. Mungkin tidak begitu unik bagi sebagian penggemar penikmat fiksi teori konsipirasi dan pernah membaca novel yg bobotnya lebih 'berat' seperti karangan Dan Brown dengan keempat bukunya yg menakjubkan itu (The Da Vinci Code, Angels and Demons, Deception Point, dan Digital Fortess). Well, saya akui Joshua Files: Invisible City ini masih jauh dari itu. Namun yang saya katakan unik disini adalah cerita teori konspirasi ini dikisahkan melalui sudut pandang seorang remaja dan ditujukan untuk young-adults. Joshua Files: Invicible City ini beda! Diantara kumpulan teenlit yg topik utamanya tentang kisah cinta pra-remaja, Joshua Files: Invisible City berdiri tegak dengan cover dan ide cerita unik. Sesuatu yang jarang sekali kita temukan di toko buku, kan?

Selain dari sisi konspirasinya yg melibatkan agen NRO, kelompok/sekte fanatik, dan para suku Mayan sendiri, ada satu hal yg sangat-sangat menarik hati. Fiksi Sejarah suku Maya dan isu global tentang kiamat 2012. Benarkah akan terjadi kiamat pada tanggal 22 Desember 2012? Who knows. Dan disitulah akar permasalahan dari semua kisah petualangan ini. M.G. Harris sukses memuaskan rasa penasaran saya tentang kisah bangsa Maya yg terkenal memiliki peradaban tinggi dan rasa tertarik mereka terhadap astronomi yg besar. Meskipun tidak diceritakan secara mendetail demi keegoisan sisi fiksinya, namun cukuplah sebagai pengantar bagi orang yg awam mengenai keberadaan bangsa Maya serta ramalan.

Dari semua aspek diatas saya tanpa ragu ingin memberikan 5 bintang untuk Joshua Files: Invisible City. Namun sungguh sayang, saat membaca semakin kebelakang saya semakin sesak napas dan hampir saja memaki penulisnya dalam hati karena merasa banyak sekali plot-plot yg hilang atau sengaja disembunyikan. Kata lain ceritanya nanggung. Banyak sekali yang belum selesai, seperti plot gelang Itzamma yg hilang, misteri pembunuhan ayahnya yg belum tuntas, mengapa ada NRO dan sekte fanatik yang sangat bernafsu untuk membunuhnya, dan Ixcel--gadis misterius yg kabur dari rumah. Usut punya usut, ternyata akan ada sekuel dari novel ini yang judulnya Joshua Files: Ice Shock. Can't hardly wait to read this one. Semoga pihak GPU bisa menerbitkannya lebih cepat dari perkiraan saya.

Akhir kata, saya beri total 4 bintang untuk Joshua Files: Invisible City karena novel ini bersambung. Haha.



ETA: Saat saya berkunjung ke Official Blog M.G. Harris, saya menemukan banyak cover novel Joshua Files: Invisible City yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Dan diantara semua cover itu hanya cover dari Indonesia yang paling menarik.





My Review of the series:
2. The Joshua Files #2: Ice Shock
3. The Joshua Files #3: Zero Moment
4. The Joshua Files #4: Dark Parallel
5. The Joshua Files #5: Apocalypse Moon 


Kamis, 03 September 2009

Seoul Cinderella



Judul : Seoul Cinderella

Pengarang: Lia Indra Andriana
Penerbit: Penerbit Andi
Genre: Fiksi/Chicklit

Novel ke 5 mbak Lia ini berlatar negeri Korea. Novel ini setipe Summer in Seoul yg pernah saya review sebelumnya (kesamaannya cuma dalam latar negeri gingsengnya aja kok).

Sedikit saya beri sinopsis disini (dan semoga nggak nyeleweng hingga jadi spoiler) tentang Seoul Cinderella;

Nia, gadis lulusan sarjana dari Indonesia terpaksa berangkat ke Korea untuk menjadi pembantu rumah tangga yang lebih sering kita sebut TKW. Nia beruntung bisa mendapatkan pekerjaan karena majikannya secara kebetulan sangat menyukai Indonesia, terutama masakannya. Mereka berharap dengan dipekerjakannya Nia yang asli Indonesia, Nia bisa memasak masakan Indonesia untuk keluarga mereka. Tapi, masalahnya Nia sama sekali tidak bisa memasak!!

Konflik menjadi lebih seru ketika majikannya menyuruh Nia untuk pindah ke apartemen Hyun-Jun (adik majikannya yang masih lajang). Hyun-Jun ini setiap hari menyuruh Nia memasak masakan Indonesia. Mulai dari sini pertikaian-pertikaian khas drama korea muncul. Seolah-olah kita disajikan drama korea yang berunsur Indonesia. Wew, gimana sih istilahnya? Intinya kita bisa ngerasain ke-khasan negeri gingseng itu seperti drama korea yang kita tonton di TV. Hanya saja karena ditulis oleh sudut pandang pengarangnya yang asli Indonesia, ya kita jadi akrab deh dengan yang namanya kultur Indonesia.

Namun yang namanya suatu kisah apabila tidak memiliki konflik pasti rasanya bagai sayur tanpa garam. Hambar. Begitulah, meski pun pada bab-bab awal sungguh menghibur dengan cekcok-lucu khas drama Korea, pada akhirnya toh masing-masing tokoh punya masalah mereka sendiri-sendiri yang harus diselesaikan. Mulai dari Hyun-Jun yang di desak kakaknya untuk segera menikah, Nia yang keluarganya bermasalah sehingga ia harus merengek pada Hyun-Jun agar dipinjami uang untuk pulang ke Surabaya hingga pada akhirnya mereka menyadari masalah mereka sama. Yaitu MEREKA HARUS MENIKAH!

Tema yang diangkat Mbak Lia ini sangat ngepop. Tipikal drama korea pada umumnya. Namun justru itulah kelebihannya. Tidak banyak pengarang kita yang mengambil latar negeri gingseng ini padahal Indonesia sudah dilanda Korean Wave sejak tahun 2000. Sehingga Seoul Cinderella memiliki daya tarik yang berbeda.

Selain ide cerita yang ngepop dan asyik, novel ini dipenuhi oleh istilah-istilah Korea seperti yang sering kita dengar macam "Ajushi - Paman"; "Soju - Sake Korea"; "Onni - Kakak perempuan"; "Yoboseyo - Sapaan saat menelepon"; "Jinja? - Benarkah?", dst. Kita jadi bisa belajar bahasa korea deh..

Untuk gaya penulisan pun saya suka banget. Dengan penggunaan kalimat semi-EYD seperti novel terjemahan namun tidak terkesan kaku sama sekali. Gaya tulis rapi-semi-EYD-mirip-novel-terjemahan ini sedikit sekali saya temukan dalam novel karangan anak bangsa. Cuma ada satu pengarang (malah, dia pengarang pertama yang saya kenal karena gaya penulisan ini selain mbak Lia), yang membuat saya ih-wow karena gaya penulisannya yang keren abis. Yaitu mbak Okke Rizka, pengarang Miss-J dan The truth About Fforever.

Saya bilang mirip tapi bukan berarti persis. Mereka setipe tapi tak sama. Yang setipe kan cuma gaya tulis semi-EYDnya doang. Gaya bahasanya udah beda lagi dooong... tiap orang punya ciri khasnya masing-masing yang jadi kelebihan mereka XD

Bisa dibilang gaya penulisan mbak Lia ini bagus banget. Dibandingkan Summer in Seoul, pembawaan mbak Lia lebih oke karena lebih smooth dan nggak patah-patah kayak Summer in Seoul. Saya jauh lebih mudengngeh dalam sekali baca Seoul Cinderella. Hal yang tidak saya rasakan saat membaca Summer in Seoul. Mungkin karena mbak Lia lebih sukses dalam mengasimilasi unsur Indonesia dengan Korea sehingga rasanya kayak gado-gado asli Indonesia. Joss! dan

Novel ini ditujukan bagi pembaca yang suka dengan All-About-Korea atau siapa pun yang menyukai kisah ngepop tapi nggak asal pop karena latar kisahnya yang ih-wow. Nggak terlalu berat buat remaja juga nggak bisa disebut ringan buat pecinta chiclit.

Akhir kata, novel ini sangat menghibur dan dapat memuaskan para korban Korean Wave yang pemimpi ini *tunjuk diri sendiri*
Kalau saya bisa segini excitednya, apalagi kalian ;)

Ayo buruan baca sendiri!


Selasa, 17 Februari 2009

All American Girl

Judul: All-American Girl (Pahlawan Amerika)
Pengarang: Meg Cabot
Penerjemah: Monica Dwi Chresnayani
ISBN: 979-22-0982-4
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama



Sinopsis (Spoiler!):
Samantha merasa dirinya gadis yang biasa saja. Dia anak tengah dari tiga bersaudari. Kakak perempuannya, Lucy, adalah ketua tim cheerleaders yang sangat cantik dan populer. Sedangkan adiknya, Rebecca adalah gadis dengan kejeniusan setara profesor berumur 40 tahun dan sekolah di tempat khusus anak-anak jenius. Dibandingkan dengan segala kelebihan kedua saudarinya, Sam merasa dia anak paling biasa dan tidak memakan banyak biaya hidup. Lucy, jelas, butuh banyak pengeluaran untuk mempertahankan status populernya. Sedangkan Rebecca, biaya laboratoriumnya saja setara dengan penghasilan kotor negara kecil. Jadi, Sam ingin memberontak. Ia mencelupkan seluruh pakainnya ke dalam cat warna pakaian hitam sebagai bentuk keprihatinannya akan nasib generasinya. Selain penampilan gothicnya, Samantha juga diam-diam naksir, Jack, pacar Lucy. Tapi, diatas itu semua, masalah sebenarnya ada pada les menggambar.

Samantha Madison tertangkap basah menjual gambar-gambar artis yang ia buat di kelas bahasa jerman. Orang tuanya kemudian berpikir bahwa bakat Sam harus disalurkan supaya nilai bahasa jermannya tidak jeblok. Kemudian Sam di daftarkan ke tempat les menggambar milik seniman terkenal, Susan Boone. Sam berpendapat Susan Boone tampak seperti ratu peri pada pertemuan pertama mereka tapi ternyata tidak mirip sama sekali. Pelajaran menggambar pertamanya berlangsung sangat buruk. Well, disana dia ketemu cowok keren bernama David, tapi tetap saja, Sam yang sensitif itu merasa tidak betah. Pasalnya, menurut Susan, Sam menggambar dengan apa yang ia tahu dan bukan apa yang ia lihat. Sam yang tidak mengerti merasa tersinggung karena kreativitasnya di kekang. Akhirnya, menuruti saran dari Jack, pacar Lucy, Sam memberontak dengan cara memboikot dari les menggambar. Jadi, ketika Theresa, pembantu rumah tangga, menurunkan Sam di depan tempat les, Sam tidak segera masuk tapi malah menuju Capitol Cookies, tempat yang menjual kue-kue lezat dan murah dan kemudian bersembunyi di toko musik sampai jam les berakhir.

Di dalam toko musik, Sam bertemu dengan orang aneh, bernama Billy Joel, yang memutar lagu berjudul “Uptown Girl” berkali-kali. Kemudian, saat Sam keluar dari toko musik dan berdiri di depan Capitol Cookies untuk menunggu jemputan, ada konvoi mobil kepresidenan berhenti tepat di depannya. Rupanya Presiden Amerika Serikat suka dengan kue-kue yang dijual di Capitol Cookies. Saat Presiden memasuki toko kue itu, Mr. Uptown Girl, atau Billy Joel, mulai merogoh jas hujannya yang ternyata berisi pistol panjang yang kemudian akan digunakan untuk menembak Presiden saat beliau keluar dari Capitol Cookies. Sam, tanpa pikir panjang, segera menerjang punggung Mr. Uptown Girl dan sialnya Mr. Uptown Girl itu malah jatuh menindihnya, akibatnya, pergelangan tangan Sam retak. Namun, yang paling penting adalah Presiden baik-baik saja.

Keesokan harinya, saat Sam terbangun di kamar rumah sakit, tiba-tiba saja ia kedatangan puluhan bingkisan berupa karangan bunga dan boneka dari orang-orang penting di seluruh dunia karena telah menyelamatkan Presiden. Lalu, banyak orang jadi memujanya dan menyebutnya sebagai pahlawan. Dia punya penggemar dan paparazi mulai membuntutinya kemana-mana. Bahkan, Presiden beserta istri dan anaknya mengundangnya makan malam di Istana negara secara pribadi dan mengangkatnya sebagai Duta Remaja PBB. Yang lebih heboh dari itu semua, anak Mr. Presiden ternyata David yang jadi teman sekelasnya dalam les menggambar. Lebih parah lagi, cewek-cewek populer yang ia benci, terutama Kris Parks, mulai bermanis ria di depannya karena mau numpang beken. Bahkan, sahabatnya, Catherine yang tidak pernah memakai rok di atas lutut mulai berpacaran dan ingin pergi ke pesta anak-anak populer.

Sam diundang ke pesta Kris Parks, Sam tidak mau pergi tapi, Catherine memaksanya ikut karena Paul, pacar baru Catherine, mengira Catherine anak populer, lagipula Catherine penasaran bagaimana rasanya pergi ke pesta anak populer. Sam, dengan terpaksa, mengajak David untuk pergi bersamanya ke pesta itu. Gara-gara Lucy, semua anak mengira Sam berpacaran dengan David dan akan mengajak putra persiden itu ke pesta Kris Parks. Lagipula, Sam juga ingin membuat Jack, pacar Lucy cemburu. Entah bagaimana David menyadari niat Sam yang sesungguhnya dan dengan kecewa berkata, “Kupikir kau berbeda dari cewek-cewek lain.”

Sebagai duta remaja PBB, Sam punya tugas sendiri. Ia akan menjadi juri dari kontes lukisan yang bertemakan “Dari jendelaku” dimana para remaja di seluruh dunia boleh berpartisipasi dan melukis apa yang ada di balik jendela mereka. Sam menyukai lukisan Maria-Sanchez yang sedikit kontroversial tapi sangat realistis, namun Mr. Presiden menentangnya. Sam jadi bingung, hubungannya dengan David maupun Mr. Presiden sama-sama memburuk. Dan hal yang terpikirkan olehnya adalah menggunakan haknya sebagai rakyat yang bebas berpendapat. Ia mengumumkan di TV Nasional bahwa Mr. Presiden tidak setuju untuk memenangkan lukisan Maria-Sanchez sekaligus menyatakan perasaan sukanya pada David.


-okeyzz-

Senin, 12 Januari 2009

ga-gi-gu giGi


Judul : ga-gi-gu giGi
Pengarang : Lia Indra Andriana
Penerbit : Gradien Mediatama
Tahun terbit: 2008
Sinopsis :

FKG (Fakultas Keliling Gang). Pernah dengar istilah itu? Well, yang pertama terlintas dipikiran saya sudah pasti Falkutas Kedokteran Gigi. Tapi di buku ga-gi-gu giGi ini dijelaskan arti lainnya dari FKG (Fakultas Keliling Gang). Mahasiswinya juga mahasiswi FKG (Fakultas Kedokteran Gigi). Lho kok bisa? Bisa saja. Buktinya dalam ga-gi-gu giGi ini dibahas bagaimana mahasiswi yang sedang dalam tahap meraih gelar ‘drg’ menjadi mahasiswi yang suka keliling gang. Sejarahnya juga nggak singkat untuk menuju gelar menjadi Fakultas-Keliling-Gang. FKG yang awalnya memang Falkutas-Kedokteran-Gigi sempat menjadi Fakultas-Kebanyakan-Gadis lantaran dalam statistik mahasiswanya kebanyakan ditemukan makhluk berkelamin cewek, namun bagaimana bisa berubah jadi Fakultas-Keliling-Gang?

Ceritanya, untuk melakukan praktek, mereka harus punya bahan percobaan. Karena yang namanya dokter itu sudah pasti berhubungan dengan makhluk hidup, mereka juga butuh bahan percobaan yang hidup. Manusia. Uwo, untuk mendapatkan pasien mereka harus nyari sendiri. Nah, gimana cara menjaring pasien? Satu-satunya cara ya dengan keliling gang untuk nyari pasien. Itulah asal muasal mereka berubah julukan menjadi mahasiswi Fakultas-Keliling-Gang.

Dunia kedokteran—terutama FKG—sekarang semakin bertambah maju. Mereka tidak saja sanggup membedah mulut, menggergaji rahang, mengebor gigi, sampai nge-bleaching gigi kayak di salon-salon nge-bleaching rambut pelanggan, mereka mulai merambah dunia perdukunan. Sejauh yang saya tahu, saya ke dokter gigi Cuma buat cabut gigi dan masang behel. Tapi sumpah, seumur-umur saya baru tahu kalau kedokteran gigi mengajarkan pada siswa mereka mengenai pengetahuan susuk. Oke, jangan berburuk sangka dulu mengira FKG melakukan hal yang ghaib, kabarnya... sst.. kita bisa tahu orang pake susuk atau enggak lewat gigi mereka. Nggak percaya? Coba deh tanya sama dokter gigi langganan kalian. Wow... nggak nyangka kan kalau kedokteran gigi saat ini sudah menerbangkan sayapnya sejauh itu? ck, ck.

Ga-gi-gu giGi juga mengisahkan bagaimana para mahasiswa seringkali di beri banyak pertanyaan oleh senior PPDGS (dokter yang kuliah untuk mendapatkan gelar spesialis Bedah Mulut) sebelum mereka di perbolehkan mencabut gigi pasien klinik dan seringkali mahasiswa yang lupa—atau nggak tahu—jawabannya akhirnya memberikan jawaban konyol bin gokil dengan tampang serius dan sangat meyakinkan—padahal terang-terangan salah—hanya agar tidak jatuh pamor.

Ah, satu yang paling berkesan di antara kisah-kisah dalam ga-gi-gu giGi ini. Alkisah ada seorang bapak-bapak jadi pasien di klinik FKG ingin menyabut gigi belakangnya. Mulai dari mahasiswa tingkat tiga, kemudian di gantikan PPDGS karena nggak sanggup nyabut, sampai PPDGS nyuruh juniornya yang lain menggantikannya mencabut gigi, sungguh—anehnya—gigi itu tetap betah nangkring di gusi. Ternyata, di dalam gigi bapak itu ada jimatnya!

Kalau mau nyabut gigi, yang kita lakukan biasanya apa? Pergi ke puskesmas atau ke rumah sakit. Yang sudah punya langganan biasanya langsung datang ke tempat praktek dokter. Yang deket klinik FKG, pasti mampir kesana dong. Yang biasanya saya lakukan kalau sakit gigi atau mau nyabut gigi pasti segera ambil SIM lalu tancap gas sendirian ke tempat praktek dokter gigi langganan (kalau zamannya SD, izin keluar sekolah pas jam istirahat trus sambil ngontel sepeda atau naik becak—dengan mengorbankan uang jajan—langsung jalan ke puskesmas deket kecamatan).

Nah, kebayang nggak apa yang dilakukan oleh para dokter/calon dokter ini? Pernah kebayang nggak apa yang ada di pikiran dokter/calon dokter ini saat akan berinteraksi dengan calon pasiennya? Kalau nggak baca ga-gi-gu giGi ini saya pasti nggak akan tahu kalau mahasiswa FKG menganggapnya sebagai MEDAN PERANG. Mereka ini punya strategi untuk para pasiennya. Mulai dari menyiapkan lokasi medan perang mengategorikan siapa lawan siapa kawan siapa sekutu, menentukan kriteria pemenang, mengasah senjata yang digunakan, jadwal kerjasama dengan sekutu, meneliti jadwal tugas musuh, sampai jadwal perang. Semua sudah diatur sesempurna mungkin. Gila!

Mau tahu lebih lanjut?

Ga-gi-gu giGi merupakan karya non-fiksi pertama dari mbak Lia. Mbak Lia sebagai mahasiswi FKG dengan sangat berani telah membeberkan fakta. Fakta dibalik perdukunan gigi. Semua kisah-kisah mbak Lia sebagai mahasiswi FKG (bersama kawan-kawan) di rangkum dan diceritakan dengan gaya bahasa yang lucu nan gokil. Mbak Lia nggak ragu untuk menulis dengan bahasa gaul, penuh istilah anak muda dan tidak terpaku pada EYD seperti cerpennya yang biasa. Justru di sinilah kelebihannya. Pembaca bisa mudah terbawa suasana gokilnya mbak Lia dan dapat membayangkan bagaimana lucunya saat kejadian itu benar-benar terjadi. Dijamin nggak akan bosen deh bacanya. Gaya bahasa mbak Lia ngalir dan bikin nggak inget waktu.

Ga-gi-gu giGi ini juga makin meriah dengan tambahan ilustrasi pada tiap babnya. Yang paling menonjol dan jadi favorit saya adalah ilustrasi pada bab dua yang berjudul GIMME YOUR S**T, PLEASE! Simple sih. Cuma gambar pintu yang dilabelin papan TOILET. Namun tulisan-tulisan yang di taruh di sekeliling gambar itu yang bikin saya suka. Terutama tulisan yang di tulis—seolah—diatas kertas tepat di bawah label papan TOILET tadi. Tulisannya bikin ngakak—atau minimal nyengir dah bagi yang nggak punya selera humor—karena isinya.. umm.. tulisannya: YANG MAU MENGELUARKAN E’EK HARAP TINGGALKAN PESAN, PELASEE... THX. Ugh, yang belum baca jalan ceritanya pasti nggak ngerti dimana lucunya.

Selain ilustrasi-ilustrasi lucu itu, setiap babnya pasti disisipkan juga humor gigi:


TRIK NGUSIR PASIEN
Dokter: Bisa tolong saya, Pak? Saya ingin Anda berteriak ketakutan sehisteris mungkin.
Pasien: Lho, kenapa? Saya kan baik-baik saja.
Dokter: Begini Pak, diruang tunggu masih ada 10 orang pasien, sementara saya tidak mau ketinggalan menonton siaran langsung Piala Eropa sepuluh menit lagi
—credit to ga-gi-gu giGi


Patut diacungi jempol karya mbak Lia yang satu ini karena keberaniannya mengungkapkan fakta dibalik FKG yang—percaya nggak percaya—super gokil. Ada satu-dua kisah pernah saya baca di blog mbak Lia, namun, yang saya kagumi adalah mbak Lia tidak jaim baik dalam cara menceritakannya maupun kisahnya sendiri. Dan dengan caranya sendiri, hal-hal yang tampak biasa bisa jadi lucu di ga-gi-gu giGi. Sukses terus buat mbak Lia ;)

-okeyzz-
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...