Kamis, 04 Agustus 2011

Pride and Prejudice

Judul: Pride and Prejudice: Keangkuhan dan Prasangka
Penulis: Jane Austen
Penerjemah: Yunita Chandra
Editor: M. Syarif Mansyur
Penerbit: Bukune
Tahun: 2011
Hlm: 452
ISBN: 602-8066-88-5

Review:


Pride and Prejudice ini gaungnya sudah kemana-mana. Tapi saya baru baca sekarang. Telat? Ah, nggak juga. Better late than never. Yang jelas novel klasik ini untuk sepanjang masa. Tidak ada tanggal kadaluarsanya. Siapa pun boleh baca. Pamor novel klasik karya Jane Austen ini mau tidak mau membuat saya tertarik membaca bukunya. Walaupun sebenarnya rasa tertarik ini lebih karena adaptasi filmnya yang dibintangi Keira Knightly sulit saya pahami. Serasa ada yang missed, yah problematika umum yang selalu dialami film adaptasi novel.

Terjemahan novel Pride and Prejudice ternyata ada dua versi dari dua penerbit yang berbeda. Dengan alasan ekonomis saya akhirnya membeli terbitan yang dimensinya lebih kecil. Covernya manis, desainnya menampakkan lukisan siluet pria dan wanita era abad 19, classy. Bahkan covernya glow in the dark lho, lovely.
Dengan semangat saya mulai membaca dan langsung kecewa. Gaya bahasa yang dipilih pengarang menurut saya bagaikan terjemahan langsung dari kamus. Mungkin penerjemahnya ingin setia pada gaya bahasa asli Jane Austen secara ini novel klasik. Tapi menurut saya malah terkesan kaku dan bertele-tele alih-alih nyastra. Ibarat kata guru bahasa Indonesia saya, kalimatnya tidak efektif. Hasilnya, sukses membuat saya bosan setengah mati dan tersiksa.

Sempat saya tinggalkan untuk membaca novel Khokkiri, menonton 5 judul film dan saya bawa bolak-balik Madiun-Yogyakarta. Saya sempat duduk bersebelahan dengan mbak-mbak yang membaca versi penerbit lain, yang covernya pakai model. Saat itu saya baru baca 5 halaman, jadi tak punya ekspektasi atau rasa iri. Tapi sekarang jadi bertanya-tanya, apakah terjemahan penerbit itu lebih membosankan atau tidak yaaa?
Terlepas dari gaya bahasa yang dipilih penerjemahnya, cerita Pride and Prejudice ini rupanya juga tidak konsisten dengan sinopsis di cover novelnya. Berdasarkan sinopsisnya, kisah ini merupakan kisah cinta antara Mr. Darcy dengan Elizabeth tapi ternyata kisah mereka berdua sangat sedikit. Justru yang diceritakan malah kisah cinta saudara-saudara perempuan Elizabeth, tetangganya, sepupunya, ibunya, dst. Mungkin lebih cocok jika dimasukkan dalam family drama abad 19 ya. Terlalu banyak drama keluarga disini meski yang diusung adalah tema pernikahan era Victoria—tepatnya pencarian suami era Victoria.

Saya masih lebih respek sama filmnya yang fokus pada Elizabeth dan Mr.Darcy lalu dengan pintarnya membuang plot yang tidak perlu. Bahkan karakter Elizabeth yang katanya witty pun tidak saya rasakan karena setiap dialog terasa berat, panjang, dan bertele-tele.
Jika dilihat dari kacamata abad 19 mungkin kisah romance ini menggebrak dunia pernovelan dan sangat menginspirasi. Tidak salah kalau sekarang sering disebut sebagai novel klasik populer. Namun bagi saya pecinta penikmat historical-romance, novel yang ditasbihkan sebagai penginspirasi novel-novel romance ini terlalu mengecewakan.

Entah kenapa saya sama sekali tidak bisa menikmatinya dan tersiksa saking bosannya. Masalah plot atau cara gaya bahasanya? Mungkin novel klasik memang bukan genre yang tepat untuk saya. Lain kali saya akan baca edisi penerbit yang lain, mungkin saya bisa mendapat pencerahan. Jane Austen lovers please don't hate me. I think 2 of 5 stars would be fine.

23 komentar:

  1. saya membaca yang versi terbitan Qanita, mbak. dan sukses terkantuk-kantuk membacanya *halah*

    mungkin karena namanya novel klasik, ceritanya juga 'klasik'. jujur aja, ini bikin bosan banget. kayaknya masalahnya berputar-putar gitu -,- cerita Lizzy sama Darcy paling kelihatan dibagian akhir.

    ngomongin film vs novel. di novel deskripsi Bingley itu kayaknya pria pintar, tapi kenapa di film dia kayak orang tolol? /plak

    BalasHapus
  2. Hi Yuni, you are really know what I'm talking about!

    Iya, jadi kamu baca versi tebel itu ya? Denger2 sih terjemahan versi Qanita far, far more easier to understand than Bukune.

    Tapi kalo emang bikin ngantuk, ya berarti kesalahan terletak pada alur dan plot cerita itu sendiri. Ohohoho, senanganya ada teman yg mengerti.

    Iya, kalo aku bilang sih mereka salah casting.

    Si Bingley di film keliatan kayak cowok dangkal yg cuma modal tampang ya~

    Yg meranin Darcy juga.. Bukannya terkesan kaku malah gloomy ya gak sih. Tapi untungnya pas adegan Lizzy nglabrak Darcy (pas adegan ujan2 itu loh trus Darcy) aktingnya bagus. Jadi batal marah deh. Hehe.

    Eh, kok aku jadi ngritik filmnya sih :P

    BalasHapus
  3. Aku lebih suka bukunya daripada filmnya. Emang bukunya agak berbelit-belit dan boring di awal sih, tapi feelnya lebih kerasa, apalagi mulai di bagian tengah. Yang biasanya aku baca buku sampai berbulan-bulan, ini cuma 2 hari gara-gara ketagihan haha. Kalau masalah cast, menurutku bagusan tv serinya yg tahun 90an. Yg meranin Mr. Darcy (Colin Firth) sm Lizzy pas :)

    BalasHapus
  4. @Mba Naura
    Iya kah? Hm, mungkin saya memang kurang bisa menikmati seri klasik ya jadi nggak bisa selapang dada mba Naura *perlu belajar lebih lanjut*
    Eh, aku cari2 tv serinya dimana ya *pengen donlot*

    BalasHapus
  5. ini pertama kalinya aku komen di blog kamu. salam kenal ya :)

    sebenernya aku belum baca novel ini jadi gk bisa bandingin sama filmnya.

    btw udh ketemu blm tv serinya? kalo boleh, post link nya dong. thank you

    BalasHapus
  6. Halo, sama kenal juga Dian.

    Hm, berarti kamu harus baca dulu dong buat bandingin sama filmnya :D

    Aku nyari dan blm ketemu TV serinya. Saking lamanya kali ya jadi agak susah..

    BalasHapus
  7. Kalau temen2 baca novel aslinya yg pake b.inggris lebih keren lho, bener2 brasa bgt sastra klasiknya, dripd novel terjemahnnya, kurang gmn gt..
    hehe,
    tapi tetep paling bagus y versi filmnya tuh.. keren abeeeeezzzz . .
    eh, tau profilnya bang M. Syarif Mansyur (penerjemah novil ni) ga?

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  9. @About Ydhistira
    Iya, aku dengar juga begitu, bahasa aslinya lebih indah. Kalau filmnya yg Keira Knightly itu ya.. :D

    BalasHapus
  10. sempet galau mau beli bukunya apa gak dulu, untung aja ga beli...sebenernya uda beli cd-nya, dan galau mau beli apa gak soalnya cerita di cd-nya bagus, untung aja sempet baca sinopsisnya di sini:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo film yg Keira Knoghtly itu bagus kok. Aku pengen baca bukunya juga karena nonton filmnya :D

      Hapus
  11. aku punyanya yang versi ringkas dlm bhasa english tpi blum lnjut lagi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh, versi simplified ya? Itu bedanya apa sama versi ori?

      Hapus
  12. Saya udah baca ini kak, tapi versi terbitan Qanita. Kalo untuk cover sih saya lebih suka cover di atas, tapi kalo untuk terjemahan, katanya bagus yang Qanita. Alurnya memang lambat sih, dan juga nggak sering menceritakan Elizabeth dan Mr. Darcy. Tapi jadinya malah penasaran, akhirnya bisa tuntas deh baca ini :D Ayo baca yang versi terbitan satunya kak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi.... aku kok ga tertarik baca ulang yaa.... not my cup of tea

      Hapus
  13. salah satu buku fave ku..dari smp sampe sekarang...gak puas2 nya baca dan nonton pelem remake nya..
    luv mr. darcy so much sampe namain kucingku mr. darcy dan lizzy ^^

    BalasHapus
  14. baru tahu kalo bukune juga ngeluarin terjemahan P & P -,-a
    soalnya aku bacanya yang terjemahan Qanita. Oke aja sih menurutku, terjemahannya.
    sekarang aku lagi baca graphic novelnya. adaptasi bahasa aslinya yang klasik sih bagus :)

    BalasHapus
  15. Karena saya suka film dan novel yang berbau klasik Jadi menururt saya film dan novelnya sama bagusnya. Kalo disuruh memilih lebih suka sama novelnya karena penggambaran karakter dan situasinya lebih jelas Nikmati membaca alur ceritanya maka tidak akan terasa bosan. Karena memang seperti itu kalo novel klasik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehhe iya kalo cocok sama yg klasik emang lebih mantab baca nobelnya yah drpd filmnya.

      Hapus
  16. wah, kebetulan pertama kali kenal novel terjemahan punya kakekku, ntah dari jaman kapan, yang bukunya udah coklat gitu kertasnya. awalnya liat sekilas kayak ngebosesin, tapi begitu baca aku ngerasa novelnya bagus, dan pas nyampe endingnya kerasa bagus yang banget2..bisa terhayati alurnya. terus slama ini cb ngehindar buat nonton filmx, takutnya kecewa, tp akhirnya penasaran juga, & nonton juga.. awalnya sih kelihatan gak banget, tp lama-lama lmyan sih, setting tempatnya bagus..

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...