Jumat, 31 Agustus 2012

The Count of Monte Cristo

Judul: The Count of Monte Cristo
Penulis: Alexandre Dumas
Penerjemah: Nin Bakdi Soemanto
Penyunting: Dhewiberta
Perancang Sampul: Edi Jatmiko
Pemeriksa Aksara: Nunung Wiyati, Inta Ren
Penata Aksara: Supardi
Penerbit: Bentang
Tahun: 2011
Hlm: 568
ISBN: 9786028811248
Harga: IDR 73000
Rated: 3.5/5

Sinopsis:
The Count of Monte Cristo:
Terpuruk dalam dinginnya dinding penjara bawah tanah yang gelap, Dante bagai menghitung hari. Ulah satu komplotan jahat telah menghancurkan hidup kapten kapal pemberani itu. Tak ada lagi kapal megah beserta awak yang siap melayaninya. Ayahnya menanti ajal dalam kemiskinan tanpa kehadirannya. Wanita yang dicintainya pun turut dirampas. Masih layakkah dia berharap pada hidup?

Namun, hidup yang dia benci masih menyimpan kejutan. Secuil harapan muncul justru dari sosok tak terduga: seorang pria renta yang sekarat. Dari tubuh rapuhnya, terlontar sebuah rahasia yang bisa membuat Dante keluar dari tempat terkutuk itu; lebih dari itu, balas dendam! Mata bayar mata, gigi bayar gigi.

Ditulis oleh sang maestro, Alexandre Dumas, The Count of Monte Cristo merupakan novel klasik yang dibaca luas di seluruh dunia. Heroik dan penuh intrik.

Kisah ini di mulai pada tanggal 24 Februari 1815. Kondisi saat itu Bonaparte diasingkan ke Elba oleh Raja Louis  XVIII. Banyak Bonapartis (pendukung militan Bonaparte) yang bergerak secara diam-diam, sehingga tidak jarang orang dituduh sebagai Bonapartis lalu ditangkap dan dipenjarakan.

Edmond Dantes, pelaut muda yang punya masa depan cerah. Ia cerdas, sigap, di hormati, punya jiwa pemimpin, dan diusianya yang masih 19 tahun sudah akan diangkat jadi Kapten kapal. Selain itu dalam tiga hari ia akan segera menikahi gadis paling cantik, Mercedes. 

Namun, tidak ada orang yang disukai semua orang. Selalu ada satu-dua orang yang tidak suka dengan kesuksesan kita. Begitu juga dengan Dantes, temannya Danglars tidak menyukai kemungkinan Dantes jadi Kapten kapal. Sedangkan Fernand yang juga menyukai Mercedes tidak rela mereka menikah. Lalu, keduanya berkomplot untuk menjebak Dantes ke penjara.

Malang bagi Dantes, Monsieur de Villefort yang ambisius melihat Dantes sebagai batu lompatan karirnya. Ia menjebloskan Dantes ke penjara atas tuduhan sebagai pengkhianat Bonapartis. Dantes menghabiskan 14 tahun hidupnya dalam penjara. Disana ia bertemu seorang pendeta bernama Abbe Faria yang jenius dan menganggapnya sebagai anak sendiri. Ia mengajarkan Dantes banyak hal termasuk memberikan hartanya.

Dantes berhasil kabur dari penjara dan menjadi kaya raya akibat harta karun yang diberikan Abbe Faria yang dipendam di pulau Monte Cristo. Setelah itu ia menghabiskan waktu 10 tahun berikutnya utuk keliling dunia sambil merencanakan pembalasan dendam. 

Ketika ia muncul di Paris sebagai Count of Monte Cristo, banyak hal berubah. Danglars sekarang menjadi bankir sukses dan kaya raya dan bergelar Baron. Fernand yang dulunya nelayan menjadi seorang Count de Morcef dan menikahi Mercedes. Lalu Monsieur de Villefort yang ambisius sudah menjadi penuntut umum yang amat disegani. Paris menjadi panggung hidup dimana Dantes memulai skenario pembalasan dendamnya.


Cute-mentary

Butuh waktu lama buat saya untuk menyelesaikan buku ini. Bukan karena buku ini jelek, justru ini karya yang bagus sekali. Cuma karena terlalu banyak detail, saya yang suka fast-paced jadi cepet bosan. Rasanya setiap karakter punya kisahnya yang mungkin bisa jadi satu buku sendiri. Gaya penulisan tentunya berbeda zaman jadi ya sudah berbeda selera, untuk sebagian orang. Saya maklum, ini buku klasik. Saya saja yang kurang bisa menikmatinya.

Salah satu yang bikin saya kurang menikmati buku ini antara lain karena banyaknya typo. Entah kenapa ada banyak penata aksara dan pemeriksa aksara (yang bedanya aja saya nggak tahu) tapi kok masih banyak sekali kalimat yang tidak lengkap, kurang kata sambung, kadang dobel kata yang nggak ada maknanya, dan kayak masih belum selesai di terjemahin. Mungkin penerjemah lupa mau ngedit (nambah atau ngurangin) kata, dan itu terlewat. Yah, saya maklum aja. Memang khas buku klasik juga yang bahasanya indah dan mendayu-dayu jadi susah nerjemahinnya. Cuma, imbasnya ya begitu, kenikmatan membaca jadi berkurang. Terutama tipe rewel macam saya.

On a second though, mungkin saya harus baca juga versi aslinya. Siapa tahu saya malah suka kalo baca untuk kedua kalinya. Jujur buku ini sebenernya bagus banget. Cocok untuk dibaca sekali baca karena kalau enggak, kita bisa lost. Kayak saya kemarin itu, jadi harus ngulang lagi dari beberapa paragraf sebelumnya biar nangkap maksudnya. Tapi sayang buku ini tebal memang, jadi mau nggak mau lama bacanya.

Saya jauh lebih suka versi filmnya, saya simpan film itu sejak 2007 sampai tahun 2010, saya tonton berkali-kali nggak pernah bosen, sebelum ikut hilang bersama laptop. Pernah nonton adaptasi filmnya yang dibintangi Jim Caviezel (ada Guy Pierce juga) tahun 2002? 

Count of Monte Cristo dan Mercedes de Morcef


Filmnya versi Hollywood, so it has more romance, more thrill and of course more action. Juga lebih fokus sama perjalanan Edmond Dantes saja sementara karakter pendukung lain porsinya pas nggak berlebihan. Bukunya? Not so much. Malah karena terlalu banyak detail jadi sedikit membosankan dan menyiksa melelahkan. Saya mau skimming saja tapi nggak bisa. Rasanya sayang, takut ada yang terlewatkan dan terpaksa harus baca ulang, which is will doubled my work.


1001 Books You Must Read Before You Die

Tapi saya mengerti sekali kenapa buku ini masuk dalam daftar "1001 Books You Must Read Before You Die". Buku ini mengangkat tema yang sangat universal, nilai paling mendasar dalam hasrat manusia; Harta, Dengki, Ambisi, Dendam, dan Cinta.

Semua berawal dari rasa 'iri dengki' Danglars dan Fernand (Morcef) terhadap Dantes yang mengantarkan pemuda baik hati itu kepada Villefort. Dan karena 'ambisi' Villefort, ia menjebloskan pemuda tak bersalah itu ke dalam penjara. Dan karena 'cinta' Faria kepada Dantes, ia mengajarkan seluruh pengetahuan yang digunakan sebagai amunisi Dantes untuk membalas 'dendam'. Dendam akibat ia kehilangan orang-orang yang ia cintai. Semua itu bagaikan serangkaian benang merah nasib yang mempermainkan manusia di dalamnya.

Ketika Dantes mulai membalas dendam, ia merasa bagaikan Tuhan. Ia punya pengetahuan, ia punya harta, ia punya rencana matang yang sudah ia siapkan selama puluhan tahun untuk panggung pembalasan dendamnya. Ia merencanakan dan mempermainkan banyak orang. Seolah-olah ia Tuhan yang memanipulasi takdir, sedangkan orang-orang itu hanya bidak catur yang bisa ia kontrol nasibnya. 

Dan ingat, ketika Dantes sudah hampir menyelesaikan pembalasan dendamnya, ia menyesal karena merasa dirinya kelewatan. Ia sedih karena sudah menyakiti banyak orang tidak bersalah. Tapi ketika ia melihat kembali masa-masa ia di penjara, kebencian itu bangkit kembali dan ia melanjutkan dendamnya. He's just human, afterall.

Karma itu ada, siapa menanam dia yang akan menuai. Dan setiap manusia di bumi tak luput dari karma ini. Sepanjang manusia punya nafsu dan akal, maka iri dengki, ambisi, cinta dan dendam akan selalu ada dalam diri manusia. Buku ini adalah bukti nyata dari fenomena itu. Fenomena yang selalu di alami umat manusia di setiap zaman, setiap suku bangsa, dan setiap generasi.

Itu, saya rasa, kenapa buku ini menjadi buku klasik wajib baca dengan nilai moralnya yang universal masih bisa di petik walau zaman sudah berganti.



------------------------^^------------------------
PS: Review ini di posting dalam rangka "Posting Bareng BBI bulan Agustus, dengan tema buku Historical Fiction".
PS1: Picture bukunya nebeng punya Om htanzil @ Buku Yang Kubaca ya.
PS2: Thanks buat Mba Fanda @ Fanda's Historical Fiction uda minjemin buku ini.

30 komentar:

  1. Saking bagusnya jadi ga mau cepat2 ngabisin ya,Ky? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, aku malu-malu mengakui kalo sebenernya ga mau segera berpisah sama Dantes

      Hapus
  2. Mungkin saking tebelnya dan kecil2nya tulisan buku ini aku ngga merhatiin kalo ada typo ky! Wah dirimu berbakat jadi editor niiiy :) hehehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh, nggak ada typo yg bener2 typo sebenernya. Cuma kurang rapi dalam kalimatnya. Tapi aku ga telaten nandainnya.

      Hapus
  3. Eh bukannya buku ini justru fast-paced ya? Yg bikin aku gak bisa berhenti baca, khas Alexandre Dumas yg jago meramu cerita, khusus buku ini bikin aku geleng2 bagaimana bisa dia bikin kisahnya sekompleks itu tanpa bikin pembaca bosan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, iya nih aku ga ngerasa fast-paced kenapa ya.. rasanya lama bgt baca buku ini oTL

      Ho oh, sebenernya ini buku engrossing, bener kata mba fanda, hal sekompleks itu bisa jadi disambung dg suksesnnya.

      Hapus
  4. wahh... ini buku pertamaku di project baca bareng BBI *sampai sekarang masih kagum sendiri karena bisa nyelesain buku ini.. hihihi*
    Dantes ini seperti Robin Hood, tapi juga bisa berhati 'dingin' dan kejam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyah.. serem bgt kalo dia jadi kejem gitu. Berani tega. Tapi kalo baik, ya baik bgt.

      Hapus
  5. Saya juga pertama kali ikut posting bareng BBI pake buku ini. awal dan tengahnya lambat banget, sampe hampir nyerah. tapi ...tapi setelah selesai terbaca malah bikin kangen pengen baca lagi. Keren dah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh, aku baru tau ternyata buku ini pernah jadi buku buat posting bareng ya..

      Kapan2 aku baca review2nya aaah~ :D

      Kalo filmnya aku mau nonton berulang2, kalo bukunya.. tebel bgt Ya Tuhan.

      Kayaknya emang aku yg ga terlalu selera sama buku klasik dan hisfic ya

      Hapus
  6. "Karma itu ada, siapa menanam dia yang akan menuai. Dan setiap manusia di bumi tak luput dari karma ini." --> well said.

    kalo buatku buku ini keren karena penulisnya bisa mengaitkan semua detail yang carut marut jadi satu rangkaian cerita yang indah. Nice review anyway!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mba Melisa.

      Iya, setuju. Jarang nemu buku yg bisa menjalin cerita sekompleks ini dg begitu detil

      Hapus
  7. Buku yang pernah dijadikan baca bareng BBI tahun kemarin. Sampai sekarang nyaris nggak percaya bisa nyelesaikan buku yang cukup tebal ini. Mana fontnya kecil. Dari temanku katanya buku ini udah banyak yang dipotong, karena versi aslinya lebih tebal lagi. Beuhhh..

    Keren banget tokoh utamanya. Sampai sekarang masih kagum dibuatnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huuuhu, iyah fontnya kecil jadi lebih manteb deh bacanya. Aku pas sampai halaman terakhir juga terharu dan heran, kok bisa ya nyelesaiin buku ini? *lebai*

      Eh, aslinya lebih tebal lagi? Ya Tuhaaaan... kalo diterjemahkan semua, apa kabar ya jadinya.

      Hapus
  8. Tema buku yang masuk 1001 list itu banyakan soal humanis ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ho oh, aku juga baru nyadar.. mungkin karena nilai2 humanis itu memang wajib untuk dijadikan pengingat supaya kita sadar hakikatnya manusia seperti apa :P *eaa sok abis nih gue*

      Hapus
  9. kalo buku semacam ini kayaknya aku lebih memilih nonton filmnya deh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju sangat.. kayaknya memang lebih indah dan hidup kalo di filmkan... :D

      Hapus
  10. Akhirnya bertemu Dantes :D saking bingungnya wkt mau bikin review kmrn, smpt bikin bagan kyk family-tree begitu, jadi gampang ngikuti alur ceritanya. Mau lanjut ke Three Musketree Ky ? Klo mau barengan, aq blm smpt soalnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha.. aku agak males kalo nyeritain ulang saking banyaknya karakter di buku ini, jadi cuma intinya aja, sekelumit crit doang :P

      Untuk bulan apa nih mba mau bacanya?

      Hapus
  11. nah setelah baca bukunya dan nonton filmnya, apa nggak tertarik pergi plesiran ke penjara Chateau d'if?
    hehehhee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak mas, kok kayaknya depressing ya hehe.

      Hapus
  12. Balasan
    1. Ngantri ya bukunya? *kebanyakan timbunan pasti* =))

      Hapus
  13. Ini bagus banget ceritanya setuju banget masuk 1001 books you must read before you die

    BalasHapus
  14. ini bacaan pertamaku bareng BBI =) suka sama ceritanya, berkesan banget...segala pembalasan dendamnya dirancang dengan keren =)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi, karena ini proyek posting bareng pertama BBI, kayaknya tiap BBI harus wajib baca buku ini juga.

      Hapus
  15. sepertinya novel ini banyak nyeritain detail kondisi saat itu daripada jalan ceritanya, kalo ada filmnya kayaknya lebih baik nonton filmnya, but I think is good novel:))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Filmnya bagus! Jalan cerita novelnya juga bagus sebenernya, detil dan ribet bgt tapi di jahit dg sangat sempurna jadinya ga ngebingungin. Ini aku nilai secara obyektif.

      Cuma kembali ke masalah selera ajah sih. Buku yg bagus belum tentu kita suka. Dan buku yg kita suka belum tentu bagus.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...