Sabtu, 04 April 2015

Just One Year

Judul: Just One Year (Just One Day #2)
Penulis: Gayle Forman
Penerbit: Dutton Books
Hlm: 352
Tahun: 2013
Rating: 3/5
Format: ebook
Sinopsis:
JUST ONE YEAR:   
Just One Year (Just One Day, #2) Read From the author of the international bestseller, IF I STAY, now a major film starring Chloe Grace Moretz.

Twenty-four hours can change your life . . .

Allyson and Willem share one magical day together in Paris, before chance rips them apart.

The romantic, emotional companion to Just One Day, this is a story of the choices we make and the accidents life throws at us.

But is one day enough to find your fate?

Perfect for fans of John Green and David Levithan.


“It was just one day and it's been just one year. But maybe one day is enough. Maybe one hour is enough. Maybe time has nothing at all to do with it".

Segera setelah membaca Just One Day, saya langsung melanjutkan ke buku keduanya, Just One Year. Kalau kalian membaca review saya terkait buku pertamanya, pasti ngerti deh kenapa saya semangat banget membaca buku Just One Year. Karena saya tak sabar membaca kisah lanjutan Allyson dan Willem.

Saya sangat paham dengan gaya bercerita Gayle Forman, dengan alur sedang, kekayaan diksi, pandainya membangun suasana, pengenalan dan pendewasaan karakternya membutuhkan proses yang tidak sebentar. Saya pun bersabar karena Gayle Forman sengaja mengajak pembaca ikut berpetualang besama Willem terlebih dahulu sebelum saya bisa membaca kisah lanjutan mereka berdua. 

Kesabaran saya tidak sia-sia, bersama Willem saya diajak berkeliling dunia. Tidak seperti Just One Day, dengan Allyson kita hanya menjejakkan kaki di Paris dan kemudian Amerika. Willem seorang nomad, dia pergi karena ingin menghindari apapun itu hal yang tak berani ia hadapi, ia pergi kemanapun kakinya melangkah. Dari Perancis (Paris, Deauville), ke Belanda (Amsterdam, Utrecht), hingga ke India (Mumbai, Jaisalmer), lalu ke Mexico (Valladolid, Merida, Cancun, Mexico). 

Wow. Deskripsi yang kayak detail dan citarasa membuat saya ingin sekali menjejakkan kaki di negara-negara tersebut. Terutama Belanda. Saya bisa membayangkan kota yang rapi, bersih, dan indah. Sangat nyaman untuk ditinggali karena penduduknya ramah, disiplin, dan sangat taat peraturan. Kemana-mana bisa sepedahan tanpa takut keserempet truk, kan asyik. Belum lagi iklimnya yang nyaman, sangat berbeda jauh dari Indonesia yang bisa bikin pingsan karena polusi dan panasnya cuaca. Hahaha. Okay, rumput tetangga memang selalu lebih hijau.

Mirip seperti Allyson yang sedang melakukan pencarian jati diri, dalam perjalanannya keliling dunia, Willem pun mencari jawaban atas keputusan-keputusan yang diambilnya selama ini. Ia butuh setahun untuk menemukan jawaban atas kegalauan hidupnya beberapa tahun belakangan. Saya salut sekali bagaimana Gayle Forman dengan piawainya mengupas lembar demi lembar, all about Willem, inside-out; his fear, pain, avoidance, and rejection.

“Accidents. It's all about the accidents.”

Willem punya teori sendiri mengenai apapun yang pernah terjadi dalam hidupnya. Bahkan ia merasa pertemuannya dengan Lucy (Allyson) juga salah satu dari 'kecelakaan' itu sendiri. Benarkah? Dia salah, rupanya pertemuannya dengan Allyson hanyalah puncak gunung es. 

Jika sudah pernah membaca Just One Day, pasti kalian masih bertanya-tanya, Mengapa Willem pergi? Apa yang saat itu terjadi padanya? Apakah Willem kembali untuk mencarinya dan mendapati bahwa Allyson sudah pulang?

Jangan khawatir, semua terjawab disini. Bahkan ada beberapa momen yang saling tumpang tindih dimana Willem dan Allyson nyaris bertemu, tapi uh, sepertinya takdir masih belum ingin mereka bertemu saat itu. Like, they're not ready yet, so universe unwilling to uncover the secret.

“Sometimes fate or life or whatever you want to call it, leaves a door a little open and you walk through it. But sometimes it locks the door and you have to find the key, or pick the lock, or knock the damn thing down. And sometimes, it doesn't even show you the door, and you have to build it yourself. But if you keep waiting for the doors to be opened for you... I think you'll have a hard time finding single happiness, let alone that double portion.”

Pembaca diajak menyelami pemikiran Willem, bagaimana Willem memandang dan menilai dirinya sendiri, juga diperkenalkan dengan teman-temannya, kisah hidupnya, keluarga dan kerabat dekatnya serta orang-orang yang bertemu dengannya selama ia berkeliling dunia. 

“Nothing happens without intention, Willem. Nothing. This theory of yours - life is rules by accidents - isn't that just one huge excuse for passivity?”

Melalui interaksi Willem dengan mereka, ia mendapatkan banyak pelajaran berharga dan terutama ia menjadi lebih mengenal dirinya sendiri. Pada akhirnya, ia juga mendapatkan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang selama ini menghantuinya. 


Pernah nggak mendengar ide bahwa satu orang dapat mengubah segalanya dan memporak-porandakan struktur, sistem, pemikiran, keyakinan, dan bahkan -ehem- perasaan (hati), yang selama ini kita percayai menjadi berbalik hingga 360 derajat? Like, he/she makes your world upside down. Ide cerita Just One Year ini seperti itu. Dalam kasus ini, kehadiran Lucy sangat mempengaruhi dunia Willem.

Well, Gayle Forman dengan sukses meracik semua elemen terbaik yang ia miliki dan menghasilkan satu buku luar biasa menurut saya. Semua elemen coming of age ada disini, romance, adventure, young-adult life (18+), a journey around the world, bahkan the journey about finding yourself and what you want. Selain itu, ia menambahkan elemen filosofis, banyak sekali momen-momen dan pertanyaan filosofis yang saya temukan. 

It's a great read dan sangat bagus untuk dijadikan perenungan. Sayangnya, endingnya masih cliffhanger. Hahahaha... damn! Tapi mungkin memang itulah tujuan Gayle Forman. Sejak awal ia ingin menceritakan penemuan jati diri kedua tokoh, Allyson dan Willem, bukan bagaimana akhir maupun kelanjutan kisah mereka. Because what really matter is, the story about yourself (Willem & Allyson). In the end, it's not about who you find. It's about what you find about yourself.

***
Novel ini saya baca dalam rangka Lucky No. 15 Reading Challenge, kategori Dream Destination. Buku ini menceritakan lokasi-lokasi yang selalu ingin saya kunjungi kelak (kalau punya duit dan kesempatan) seperti India, Belanda, dan Perancis!


Dream Destination: Read a book that has setting in a place you’ve never visited before – but would like to if you have a chance. Could be real places or even fictional!


My review for this series:
#1 Just One Day
#2 Just One Year
#2.5 Just One Night

3 komentar:

  1. waw, masih ada lanjutannya setelah ini ya, Oky? :D Just one night apa bakal seapik ini penjabaran tempatnya? penasaran :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa, Just One Night, cuma spin off nya doang tapi ^^

      Hapus
  2. Just one night sdh ada versi indonesianya blm ya ?

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...