Penulis: Raja Alsanea
Penerjemah: Syahid Widi Nugroho
Penyunting: Mehdy Zidane
Penerbit: Ufuk Press
Hlm: 408
Tahun: 2008
ISBN: 9791238564
Harga: pinjam di pinjambuku.com
Rated: 3/5
Sinopsis:
Girls of Riyadh:
Setelah sempat membaca memoar Debbie dalam bukunya Kabul Beauty School dan kisah pengalaman Vabyo di Kedai 1001 Mimpi: Kisah Nyata Seorang Penulis yang Menjadi TKI
saya mendapatkan gambaran sikap "brutal" kaum lelaki terhadap kaum
perempuan di arab sana. Namun karena keduanya diceritakan dari sudut
pandang foreigner saya masih sangat skeptis dan berpikir masa iya sih? di negara islam tempat lahirnya Nabi Muhammad SAW para laki-lakinya justru merendahkan para perempuan begitu.
Terlepas dari betapa menariknya kisah "menggemparkan" itu saya masih nggak sreg sama terjemahannya yang mirip terjemahan hadist dan al-quran. Gaya bahasa terjemahan macam ini sungguh boros kata dan sukses membuat saya naik darah saking mbuletnya. Kisah yang seharusnya memikat jadi tidak bisa saya nikmati. Bahkan puisi-puisi yang seharusnya bisa terdengar romantis jadi memuakkan dan terkesan gombal. Jujur saya tersiksa membacanya. Untungnya, setelah 60% halaman terlewati, kisahnya mulai menarik dan saya menahan diri untuk tidak membanting buku karena bahasanya yang 'aduhai' sekali akhirnya mampu bertahan membaca hingga akhir. Rewel banget ya hehe..
Tapi setelah membaca The Girls of Riyadh ini yang katanya "kisah nyata" saya jadi bias dalam memandang budaya timur tengah. Email-email yang menceritakan pengalaman cinta empat sahabat ini benar-benar membuat saya shock. Terutama karena diungkapkan oleh penduduk aslinya dan bukan orang luar. Saya nggak menyangka bahwa di balik segala kekayaan dan majunya perkembangan Saudi masih ada saja budaya patriarkhi kental dalam sistem sosial mereka yang secara garis besar mengungkung para perempuan dalam berbagai aspek yang diatasnamakan agama.
Terlepas dari betapa menariknya kisah "menggemparkan" itu saya masih nggak sreg sama terjemahannya yang mirip terjemahan hadist dan al-quran. Gaya bahasa terjemahan macam ini sungguh boros kata dan sukses membuat saya naik darah saking mbuletnya. Kisah yang seharusnya memikat jadi tidak bisa saya nikmati. Bahkan puisi-puisi yang seharusnya bisa terdengar romantis jadi memuakkan dan terkesan gombal. Jujur saya tersiksa membacanya. Untungnya, setelah 60% halaman terlewati, kisahnya mulai menarik dan saya menahan diri untuk tidak membanting buku karena bahasanya yang 'aduhai' sekali akhirnya mampu bertahan membaca hingga akhir. Rewel banget ya hehe..
Tapi setelah membaca The Girls of Riyadh ini yang katanya "kisah nyata" saya jadi bias dalam memandang budaya timur tengah. Email-email yang menceritakan pengalaman cinta empat sahabat ini benar-benar membuat saya shock. Terutama karena diungkapkan oleh penduduk aslinya dan bukan orang luar. Saya nggak menyangka bahwa di balik segala kekayaan dan majunya perkembangan Saudi masih ada saja budaya patriarkhi kental dalam sistem sosial mereka yang secara garis besar mengungkung para perempuan dalam berbagai aspek yang diatasnamakan agama.
Satu pesan moral yang saya dapatkan dari buku ini diantaranya
adalah bersyukur saya terlahir di Indonesia yang sekarang sudah
sangat ramah akan kesetaraan gender meski tentunya masih ada budaya-budaya yang belum sepenuhnya mampu disetarakan oleh masyarakat. Tapi setidaknya
sudah jauuuuuuuuuh lebih baik dan lebih bebas dibandingkan nasib
perempuan Saudi.
Hasil pinjem dari PinjamBuku lagi yang berhasil saya timbun diantara pinjeman lainnya. Review ini saya tulis tahun 2011 lalu di Goodreads dan saya post kemari juga setelah saya baca Memoir Bordir karya Marjane Satrapi. I think I should read a lot more about this kind of book..
buku bagus bila terjemahannya mbulet capek rasanya membacanya ya...
BalasHapustapi, dari postingan ini malah saya ingin membacanya secara langsung...
Iya, benar sekali.
HapusAyo monggo di baca. Bisa pinjam di pinjambuku.org juga lho kalo mau :D
aku lebih suka buku bergenre sastra jurnalis,soalnya buku yg jarang disukai biasa'a lebih bagus isi'a dr pada buku best seller :)
BalasHapusOya, berarti bakalan suka buku ini dong
HapusHai...saya pernah baca buku ini yang diterjemhakan ke dalam bahasa melayu. Oh ya, saya dari Malaysia. Bagi saya kisahnya jika diteliti hanyalah berkisar tentang susah senang percintaan 4 orang gadis. Memang sedikit sebanyak kita didedahkan kepada perkara yang melingkari adat budaya masyarakat timur tengah. Namun terjemahan yang dilakukan sangat menyenangkan pembaca seperti saya. Bahasa yang digunakan betul dan memikat hati. Saya suka buku ini.
BalasHapusWaw, glad you like it. Thanks for visit my blog. ^^
Hapusmemang menyebalkan kalau ada penindasan gender yang mengatasnamakan agama
BalasHapusBetul banget mba.
HapusTapi menurut buku ini yg aku tangkap sbnrnya bukan karena agama, tapi karena budaya..