Sabtu, 02 Februari 2013

Miracle Journey: Kisah Perjalanan Penuh Keajaiban Kitta Kafadaru

Judul: Miracle Journey: Kisah Perjalanan Penuh Keajaiban Kitta Kafadaru
Penulis: Yudhi Herwibowo 
Penerbit: Elex Media Komputindo
Hlm: 174
Tahun: 13 Januari 2013
Rated: 4/5
Harga: IDR 32800
Sinopsis:
Miracle Journey:   
Kisah Perjalanan Penuh Keajaiban Kitta Kafadaru
Kitta Kafadaru adalah sosok istimewa yang terlahir dengan cahaya-cahaya di tangannya. Konon dari tangannya itulah ia bisa menyembuhkan penyakit-penyakit yang diderita oleh orang-orang di desanya, Kofa.

Namun ternyata di balik keistimewaan itu, ia terlahir tak sempurna: ada sebuah punuk di punggungnya. Maka ketika ia jatuh cinta pada seorang perempuan yang baru disembuhkannya dari luka bakar di wajahnya, perempuan itu menolaknya.

Itulah yang membuat Kitta Kafadaru berusaha untuk menyembuhkan sendiri punuk di punggungnya, sayangnya, ia tak mampu. Rasa malu pun membuatnya meninggalkan Kofa.

Di sepanjang perjalanan itulah ia kemudian bertemu dengan seorang lelaki tua yang selalu mengisahkan kisah-kisah ajaib padanya. Satu kisah tentang Matu Lesso, orang yang dapat memanggil hujan dengan menabur pasir di udara, kemudian seperti menginspirasi Kitta Kafadaru untuk menjadi manusia biasa, tanpa cahaya-cahaya di tangannya, dan juga punuk di punggungnya.

Suatu ketika, dulu sekali, lahir Kitta Kafadaru yang berpunuk tepat saat badai debu melanda desa Kofa. Sejak itu pula Desa Kofa menjadi desa yang sangat indah dan subur di tanah Nusa Tenggara Timur.

Tangan-tangan bercahaya Kitta rupanya bisa menyembuhkan penyakit. Dengan hati yang peka, Kitta menolong banyak orang termasuk gadis jelita yang terkena luka bakar di wajahnya. Lalu ia jatuh cinta pada gadis itu. Sayang, cintanya di tolak. Kitta patah hati, ia malu lalu berkelanalah ia tanpa pamit.

Dalam pengembaraannya Kitta tidak menetapkan tujuan, ia hanya berkelana mengikuti kemana kakinya melangkah. Dalam perjalanan itu dia bertemu Ame Tua yang suka bercerita. Dari Ame Tua itu ia mendengar kisah-kisah menakjubkan. 

Dari Ame Tua, ia mendengar kisah Si Penabur Pasir. Rupanya Si Penabur Pasir ini pun memiliki kisah hidup yang sama dengan Kitta. Si Penabur Pasir ini lebih dikenal sebagai Pemanggil Hujan. Dimana ia menabur pasirnya, maka hujan akan segera turun di tanah-tanah kering. Si Penabur Pasir mendedikasikan hidupnya untuk berjalan dari desa ke desa hingga suatu saat ia memutuskan berhenti. Si Penabur Pasir merasa lelah dan di akhir perjalanan ia hanya menabur pasir sebanyak tiga kali lalu mencoba sekuat tenaga hidup seperti orang biasa.

"Semua yang diciptakan tentu selalu ada tujuannya. Tapi tentu saja terkadang engkau boleh memilih. Kalau engkau tak ingin kelebihan yang diberikan kepadamu, tentu engkau bisa.. mengabaikannya, bukan?"

"Mengabaikan?"

"Ya, anggap saja engkau tak pernah punya kelebihan itu. Berlakulah seperti orang biasa." ~ p.41

Kitta terkesima, setelah berpisah dengan Ame Tua ia terus melangkah, bertemu berbagai macam kejadian dan keajaiban. Dalam perjalanan itu ia pun berniat untuk menjadi orang biasa seperti Si Penabur Pasir, mengikuti jejaknya untuk menyembuhkan 3 orang saja kemudian berusaha keras menjadi orang biasa.

***


Seperti biasa, tulisan Yudhi Herwibowo yang sedikit nyastra menggaungkan nuansa yang berbeda dibandingkan novel-novel Romance maupun Fantasy yang biasa saya baca. Gaya bahasanya yang khas ini membuat saya tidak ingin cepat-cepat menyelesaikan Kisah Perjalanan Penuh Keajaiban Kitta Kafadaru.

Belum lagi tema unik yang mengangkat mitos dari daerah timur Indonesia. Lumayan jarang saya jumpai dalam karya sastra populer Indonesia. Campuran mitos daerah NTT, sedikit fantasy dan perjalanan penuh keajaiban membuat novel ini terasa unik sekali. Belum lagi latar waktu yang nggak jelas menurut saya, serasa di bawa ke dunia dongeng.

Menurut saya mitos lokal yang diberi sedikit fantasy sudah nggak asing lagi terdengar di telinga kita. Banyak sekali keajaiban-keajaiban yang seirng kita dengar ya, terutama di tanah jawa yang kadang nggak masuk akal, tapi percaya nggak percaya buktinya nyata. Sama dengan kisah Kitta Kafadaru, meskipun latar tempatnya di Indonesia bagian timur, menurut saya kelebihan-kelebihan manusia ini terasa wajar saja, yang ghaib-ghaib gitu saya percaya benar-benar ada.

Saya senang banget ketika mendapat buku ini. Masih ingat jelas cerita pendek yang saya baca di Mata Air Air Mata Kumari tentang sebuah desa bernama desa Kofa dan keajaiban tangan bercahaya Kitta Kafadaru yang bikin saya gregetan. Saya kurang suka dengan kumcer karena nanggung banget dan sering bikin penasaran. Terutama kisah Kitta Kafadaru, saya penasaran dengan apa yang terjadi pada Kitta yang pergi dari desa itu serta apa yang terjadi pada desa Kofa setelah kepergiannya. Rupanya di ceritakan lebih lanjut dalam novel Miracle Journey ini.

Sepanjang perjalanan Kitta ia bertemu dengan beberapa cerita menakjubkan, seperti Anak Iblis berkulit merah yang kepergiannya membawa longsor ke seluruh desa. Tentang lelaki dengan burung elangnya, lalu pertemuannya dengan Perempuan wangi dan selalu dikelilingi kupu-kupu yang merindu air bah. Dalam perjalanannya Kitta berusaha menolong orang-orang tersebut sebelum ia menjadi orang biasa.

Sepanjang perjalanan itu pula Kitta juga bisa memetik nilai-nilai moral dalam setiap kisah. Bahwa seseorang tidak bisa memilih untuk terlahir seperti apa. Bahwa setiap orang sudah memiliki jalan hidupnya masing-masing, sehingga sekeras apapun kau berbelok kau tetap akan bertemu jalan itu lagi. Tapi, tentu kau juga bisa memilih untuk mengabaikannya.

Dalam pengembaraan, Kitta mulai membuka matanya, benarkah pilihannya untuk mengabaikan kemampuannya merupakan pilihan yang terbaik? Jika Tuhan mengizinkan Kitta hidup menjadi orang biasa seperti yang dilakukan Si Penabur Pasir, apakah ia akan menyesal atau justru merasa bahagia?

"Tadi Ame sempat berkata, 'tubuhnya yang merah yang membuatnya tampak mengerikan. Bila tubuhnya berwarna seperti kita, tatapannya akan terasa biasa saja....'" ujar Kitta Kafadaru. "Lalu, apakah bila ... tubuh Bakar tak lagi berwarna merah seperti sekarang, Ame akan tetap menuduhnya melakukan semua kejahatan ini?" ~ p.116


Bagi Kita Kafadaru, ia menginginkan kehidupan biasa sebagai orang biasa. Ia memilih jalan menjadi orang biasa ketika satu persatu ia bersimpangan jalan dengan berbagai cerita kehidupan. Sebelum akhirnya Kitta menyadari bahwa selama ini apa yang ia inginkan belum tentu sesuai dengan apa yang memang sudah ditakdirkan untuknya. 

Pilihan akan selalu menentukan apakah kita akan menerima takdir atau menetukan takdir sendiri. Sebenarnya saya sendiri merasa kehidupan kita nggak jauh beda dengan Kitta Kafadaru, apakah kita mau menerima diri kita apa adanya dan setelah itu menjalani takdir yang sudah ditentukan atau kita harus membuat pilihan untuk menemukan takdir yang kita inginkan?


PS: Terima kasih Yudhi Herwibowo telah membawa saya menikmati dongeng menakjubkan ini

14 komentar:

  1. Wah.. barengan ya publish review-nya :D

    BalasHapus
  2. Wah jadi inget dialog Peter Parker dengan Uncle Ben:

    "With great power, comes great responsibility"

    Aku rasa jalan terbaik adalah mensyukuri apa yang ada. Setiap orang itu unik punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.

    Yang terpenting adalah menemukan kelebihan untuk kemudian mengembangkannya menjadi kekuatan....

    Weleh-weleh jadi "kesambet" Mario Teguh ya hehe ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, true! Thanks Ziz. Aku kayak pernah dgr kalimat dr Spiderman ituh :D

      Hapus
  3. keren! lattarnya dan ceritanya, jadi pengen baca :3

    BalasHapus
  4. Belum pernah baca novel yang ada unsur mitosnya, hihi :D
    Jadi penasaran gimana ceritanya

    BalasHapus
  5. Penulis sangat lihai menggabungkan mitos dengan kehidupan nyata, seolah hal itu biasa terjadi di kehidupan masyarakat. Cerita yang dibalut dengan suasana alam membuat saya merasa dekat dengan lingkungan sekitar. Penulis banyak memberi sentuhan sastra & nilai2 moral dalam buku ini. Saya sangat ingin membaca buku ini.

    Terima kasih :)

    BalasHapus
  6. Udah lamaaa gak baca buku tentang mitos lokaaaaal ><

    BalasHapus
  7. mitos lokal?
    heuuu mitos di daerahku unik...
    tapi menjadi kontroversi hehehe

    BalasHapus
  8. Belum pernah baca tulisan Yudhi Herwibowo. *digeplak*
    Belum pernah pula baca novel yang mengangkat tema mitos. *dobel geplak*
    Semoga salah satu hadiah ini jadi rejekiku. Amin!

    BalasHapus
  9. Penasaraaaan karena belum pernah baca buku fiksi yang mengangkat tema mitos daerah lokal.. :)

    BalasHapus
  10. Nyastra, ditambah mengangkat mitos, lokal pula, menarik banget! Kebetulan lagi ngumpulin buku buku seperti ini, yang sekiranya bisa dibaca anak anak :D

    BalasHapus
  11. aaakk such a wonderful local fantasy i think! baru baca repiunya aja, udah kebayang epic-nya... kebetulan lg ngoleksi nofan lokal nih ^^ btw klo baru tau judulnya kukira ini novel inspiratif._. abis kesal judulnya nggak 'ngena' ke fantasy

    BalasHapus
  12. Jadi inget, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)

    Suka sama novel yang isinya banyak "pelajaran", semoga kelak bisa membaca buku ini juga. :)

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...