Minggu, 23 September 2012

[un]affair

Judul: [un]affair
Penulis: Yudhi Herwibowo
Penyunting: Anton WP
Penerbit: Penerbit Katta
Tahun: 2012
Hlm: 172
ISBN: 9789791032780
Harga: IDR 33000
Rated: 3.5/5

Sinopsis:
[un]affair:   
Aku diam. Kali ini dengan debar jantung yang mulai bereaksi. Kudekatkan wajahku pada rambutnya, dan aroma ginseng samar yang bercampur aroma pewangi tubuhnya terhirup seakan asap ganja yang masuk ke rongga dada. Melegakan untuk sejenak-duajenak.

Setitik air kemudian kulihat luruh di dahinya. Semula aku mengira itu adalah sisa air hujan di rambutnya. Namun ternyata bukan. Rambutnya telah kering sejak tadi, sehingga kuduga itu pastilah titik keringat yang muncul karena cuaca yang mulai berubah, tak lagi dingin.

Titik air itu bergerak ritmis bagai gerakan titik embun di helai daun. Tak bisa kupungkiri, sekian lama kedua mataku telah memilih kedua matanya, sekian lama sekat-sekat pikiranku memilih bayangannya untuk hadir, sekian lama apa pun yang ada pada dirinya menjadi sesuatu yang penting untukku.

Ini membuat gemuruh di hatiku. Terlebih saat aku mulai melihat begitu jelasnya titik air itu bergerak perlahan menuju bibir kecilnya yang tak sepenuhnya tertutup. Seperti menunjukkan.

Nafasku tertahan...

Bila benar orang bilang yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama itu nyata, pasti Bajja sedang mengalaminya sekarang. Ia jatuh cinta pada gadis yang berpapasan dengannya di palang pemberhentian kereta. Oh, Wait! Sebelum salah paham, buku ini nggak menyuguhkan romance mengharu-biru lho ya. Hanya sendu. 

Hanya melihat sekilas saja, tidak berkenalan, tidak pula bertanya-tanya. Begitu saja sudah membuat Bajja tidak berhenti memikirkannya. Beruntung, beberapa hari kemudian gadis itu datang meminta Bajja mengerjakan cover design untuk bukunya. Dari situ Bajja tahu namanya Arra.

Kemudian tidak di sengaja keduanya berjumpa kembali dan Arra jadi sering menunggu kepulangan Bajja di depan rumah kontrakannya. Arra datang tanpa pemberitahuan dan tidak bisa di prediksi. Keduanya punya hubungan pertemanan yang aneh. Itu pun kalau bisa di sebut teman. Mungkin tepatnya teman dalam tanda kutip karena Bajja punya perasaan khusus pada Arra. 

Mereka tidak banyak mengobrol. Biasanya Arra datang saat ada masalah kemudian duduk di sofa buluk milik Bajja dan tertidur disana lalu pulang sebelum Bajja bangun. Bajja sungkan bertanya dan Arra pun tidak bercerita. Aneh kan? Tapi entah kenapa saat baca itu rasanya nyaman dan normal-normal aja.

[un]affair ini ditulis dengan gaya bahasa yang indah, cenderung nyastra menurut saya tapi tetep ringan dibaca. Mungkin sedikit oldies karena ada penggunaan kata 'engkau' tapi menurut saya konsisten dan cocok-cocok aja dengan keseluruhan suasana dan gaya bicara karakternya.

Penulis pintar sekali membangun suasana sendu. Ungkapan-ungkapan sendu Bajja mengenai kotanya, betapa ia suka hujan, betapa rindunya ia pada Arra. Setiap kalimatnya sanggup menangkap suasana para karakter. Bajja yang cenderung melankolis dan Arra yang batinnya terluka, sweet

Belum lagi penggambaran latar tempatnya. Kota Sendu. Yudhi Herwibowo mendiskripsikan kota ini dengan apik dan menyeluruh. Pedestrian yang sepi, jalan-jalan di pertokoan, jembatan tua, toko buku tua, suasana kota yang sepi, banyaknya pejalan kaki dan kendaraan lewat hanya sesekali, dst. 

Saya suka deskripsi toko buku tua yang ada dalam [un]affair ini. Begitu masuk tercium bau apak familiar buku-buku tua yang kertasnya di makan usia. Belum lagi rak-raknya tinggi hingga ke langit-langit kayak di Harry Potter. Ada salah satu statement yang saya rasa akan di amini oleh seluruh pecinta buku, termasuk saya,

"Buku apa yang sedang kau cari?"
 
Ia mengangkat bahu, "Entahlah. Bila ke sini aku tak pernah menentukan buku apa yang kucari. Aku hanya datang, dan berharap beruntung menemukan buku yang bagus." ~p.140

Herannya, tak satu kali pun saya menemukan nama kota dalam paragrafnya. Katanya ini kota hujan, letaknya di ujung pulau. Kota kecil yang sepi, nyaman dan sendu. Saya berusaha keras menebak-nebak kota mana yang di jadikan latar dalam [un]affair tapi tidak menemukan satu pun kecocokan karena mana ada sih kota kecil di pulau Jawa yang disebut kota hujan dan senyaman itu. Ternyata itu kota imajinatif yang dianggap kawasan ideal oleh penulis (sumber). 

Belakangan di akhir cerita, saya baru ngeh deh kenapa buku ini di beri judul [un]affair. Tapi nanti kalau saya ceritain malah spoiler, nggak usah aja ya.. haha. Oya, saya nemu satu typo nih, typo di bagian Katalog Dalam Terbitan kayaknya ada salah cetak ya, disitu tertulis terbit pertama kali tahun 2010. Saya sampai crosscheck dua kali ke Goodreads, hehe. Tapi selain itu kayaknya nggak ada typo sama sekali dalam naskah. Hebat!!

Oya, saya suka banget sama covernya!


Waktu pertama kali lihat di Gramedia langsung ambil buku ini sebelum baca judul maupun penulisnya. Haha. Sofa. Udah, itu ajah. Dengan berbagai permainan warna yang membuat cover ini terlihat retro tapi di satu sisi juga keliatan artistik. Untung ya yang di pilih cover Sofa soalnya nyaman aja lihatnya, ini masuk cover favorite banget deh. 

Buku ini buku romance. Namun, ide cerita buku ini nggak mainstream. Dengan tutur bahasa yang indah dan alur lambat [un]affair ini akan menenggelamkanmu dalam suasana Kota Sendu. Cocok banget kamu baca di saat hujan sambil minum cake dan teh *eaa*. Kadang jeda antar scene gitu saya berhenti dan lanjut baca di lain waktu dengan nyaman. Makanya saya lumayan lama bacanya, karena buku ini emang paling empuk dinikmati perlahan. Brava for your first romance book Mas Yudhi XD


PS: I was feeling blue from reading this book, thanks to Mas Yudhi ^^

18 komentar:

  1. Nyastra? Wah, jadi penasaran. Nggak tahu kenapa ya tema cerita sendu dan kelabu itu kadang lebih menarik.. hehehe. Barangkali karena membutuhkan perenungan yang lebih mendalam? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hm.. pokoknya indah kalimatnya. Kadang berima. Jadi gaya bahasanya ga biasa. Hehe. Iya, kadang kita perlu sesekali baca yg temanya kelabu dan ga melulu berbunga2

      Hapus
  2. covernya cakeeppp xD jadi kepingin belii, ceritanya jg kayakny menarik nih .. ;D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Stef kalo [un]affairnya uda sampe langsung baca aja. Tipis ini, cepetlah kelarnya :D

      Hapus
  3. jadi bingung, kok variasi cover-nya banyak ya, ky?
    Aku lebih suka yg warna hijau itu, dengan bangku yg disiram hujan. Romantis dan melankolis kesannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya romantis melankolis. Cocok juga sama suasana kota sendu yg sering hujan. Tapi.. itu mirip bgt sama cover If I Stay ga sih?

      Hapus
  4. tengkyuuu okyyy...

    ijin share yaaa... :)

    BalasHapus
  5. sama kayak mbak Dewi, saya suka dengan cover dua. *udah itu aja komennya, hahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu mirip sama If I Stay versi terjemahan bukannya? Cuma beda tema dan warna ajah.

      Hapus
  6. Waduh Mas Yudhi Herwibowo nulis romance? Jadi penasaraaaan :)

    BalasHapus
  7. Kutipannya oke tuh.. ^^
    Emang asyiknya gitu kalo ke toko buku. Nggak ada tujuan tertentu, dan ngerasa kayak dapet jackpot kalo dapet buku yang udah lama-lama dicari.. :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyah.. tapi kadang suka bikin kalap deh kalo unplanned gitu :P

      Hapus
  8. romance melankoli sendu tawa affair menjadi sebuah kontradiksi yang cukup indah dibuku ini ... cari ah :D

    BalasHapus
  9. Ah keren! Jadi penasaran sama ceritanya, apalagi setting kotanya ituloh, "Kota Hujan" walau cuma kota fiktif ya ternyata :D

    BalasHapus
  10. duh, suka cover yang tengah deh! >.< tapi tapi, ini sendu ya? sayang banget lagi nggak punya persediaan cake. jadi, tunggu punya cake dulu atau.... cari pinjeman ya? *lirik kiri kanan*

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...