Senin, 19 Januari 2015

Remembrance

Judul: Remembrance
Penulis: Michele Madow
Penerbit: Dreamscape Publishing
Hlm: 314
Tahun: 25 Juli 2011
ISBN: 9780615512440
Rating: 2/5
Format: Ebook
Sinopsis:
Remembrance:   
Lizzie Davenport has been reincarnated from 1815, England ... but she doesn't realize it until she meets her soul mate from the past and he triggers her memories to gradually return.

When Drew Carmichael transfers into Lizzie's high school, she feels a connection to him, like she knows him. But he wants nothing to do with her. Reaching Drew is more difficult because she has a boyfriend, Jeremy, who has become full of himself after being elected co-captain of the varsity soccer team, and her flirtatious best friend Chelsea starts dating Drew soon after his arrival. So why can't she get him out of her mind?

Lizzie knows she should let go of her fascination with Drew, but fighting fate isn’t easy, and she’s determined to unravel the mysteries of the past.

Sinopsis diatas kurang lebih sudah dengan sangat jelas mendeskripsikan alur ceritanya. Jadi saya langsung masuk ke reviewnya saja ya. Saya sangat tertarik dengan ide cerita reinkarnasinya. Jarang saya temukan tema reinkarnasi. Begitulah awal ketertarikan saya membaca novel ini, selain karena covernya yang cantik banget itu.

Yang jelas, saya punya alasan kuat untuk memberikan rating rendah di goodreads. Penulis gagal membuat saya mencintai karakternya. Jujur nggak ada satu pun karakter yang saya suka disini. Lizzie terlalu setia, tapi saya nggak suka sama dia. Dia anak baik-baik tapi toh akhirnya dia malah nggak berbuat hal-hal baik ke temen-temennya, kecuali bahwa dia mau aja jadi tempat curhat. Menurut saya itu pun lebih karena pengaruh Ibunya yang seorang psikiater, jadinya dia lebih attentive kepada teman-temannya. Bahkan, Ibunya pun nggak segitunya berperan dalam masalah-masalah anaknya, gimana sih?

Selain itu perkembangan karakter Lizzie si anak baik-baik jadinya membuat dia munafik. Bahkan ketika pada akhirnya dia marahan dengan Chelsea, dia malah nggak sedikit pun bersimpati maupun merasa bersalah. Yang dipikirin justru Drew. Lizzie jadi egois. Well, sejak awal memang dia sudah terlihat egois, tapi dia jadi tambah egois, dan saya nggak suka. 

Lalu saya juga kurang setuju dengan plot Lizzie menyelinap keluar rumah malam-malam cuma buat kencan sampai pagi. Dan buru-buru pulang ke rumah menjelang matahari pagi terbit (kalau disini mungkin sekitar subuh) hanya karena ia tidak ingin ketahuan jadi anak nakal dan kena masalah. Oh, bad decision. Kalau karakternya lebih dewasa, masih bisa dimengerti. But, Lizzie masih anak SMA lho, dan lagi, penulis sudah pakem memberi status dirinya anak baik-baik. Adegan anak baik-baik jadi suka nyelinap diam-diam buat pacaran sampai pagi seakan menjustifikasi bahwa kalian pun boleh melakukan hal yang sama. Jangan sampai ada pembaca yang tadinya anak baik jadi menyimpang karena berpikir, "Anak baik-baik kayak Lizzie aja bisa, kenapa aku enggak?"

Oke, enough bashing Lizzie. Saya akan bahas karakter lain. Hm, apa ya, Chelsea selfish dia cantik dan sebagainya, like she's the queen and thus make Lizzie her bees. Nggak heran Lizzie tumbuh jadi agak munafik. Drew? Hm, dia terlalu tidak menarik untuk saya jelaskan. He's fine and all, but that's all.

Jeremy is fun, dia baik, termasuk siswa yang aktif dan populer, bahkan dia setia dan sayang banget sama Lizzie meskipun kepopulerannya membuat dia disukai banyak orang. Tapi sisi jeleknya, dia jadi suka merendahkan orang lain, terutama merendahkan Lizzie. He thinks too good of himself, but menurut saya itu wajar. He's a jerk by doing that, but looking from his circumtances, that clearly understandable, like Lizzie's Mom said, he's going on a phase.

Tapi jeleknya lagi, alurnya lambat. Dan banyak repetisi yang saya temukan pada 3 bab pertama, contohnya, Liz selalu merasa Drew familiar. Liz merasa pernah bertemu Drew disuatu tempat, tapi ia tak ingat dimana. Well, dengan berbagai variasi tentunya. Tapi selalu diselipkan di sela-sela adegan mereka, which is boring.

Tapi karena dasarnya saya penasaran dan tertarik untuk melihat bagaimana ide reinkarnasi ini akan dielaborasi, maka saya bertahan sampai selesai. Jujur, nothing much. Saya bosan. Karena, selain isinya cemen, it's poorly written. Atau mungkin karena pasarnya adalah remaja yang kemungkinan besar sudah puas dengan eksekusi novel ini. Sedangkan saya seleranya sudah berubah. Well, maybe. 

8 komentar:

  1. Kadang, aku sering memaksakan diri walau nggak ada karakter yang bikin aku suka ngasih rate 3-4 bintang. Nggak tau kenapa, apakah demi menghargai jerih payah si penulis atau aku yang lagi keblinger saat itu. Cuma kalau lihat ekspektasi kebanyakkan orang, rasanya suka nggak enak kalau ngasih nilai rendah :( #dilemalahakuini

    BalasHapus
  2. ini kagak ada covernya ky? *padahal judulnya cantik ya **sering ketipu judul**

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah, technical error mba, maap. Sudah dibetulkan :D

      Hapus
  3. Karakter Lizzie sbagai tokoh utama yang bermasalah ya? hm hm..

    BalasHapus
  4. poorly written yaa kak.. tapi aku pengen nyoba baca sih, dan formatnya juga ebook.. di download bisa kali yaa ?

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...