Senin, 15 Februari 2021

The Bachelor List

 




Judul:
 The Bachelor List - Pesona Sang Politisi (Matchmaker Duncan Sister #1)
Penulis: Jane Feather
Penerbit: Dastan Books
Hlm: 408
Tahun: November 2011
Rating: 3/5
Format: Paperback
Sinopsis:

Pesona Sang Politisi:   
Constance Duncan, putri sulung dari tiga bersaudara, memiliki banyak hal penting dalam pikirannya daripada sekadar berusaha mendapatkan seorang suami. Walaupun belum menikah, Con sangat sibuk karena ia berusaha untuk membayar utang ayahnya, bekerja memperjuangkan hak-hak wanita, dan menerbitkan surat kabar bersama adik-adiknya. Tidak ada apa pun atau seorang pun yang bisa mengalihkan perhatiannya. Sampai ia bertemu dengan Max.

Max Ensor adalah seorang politisi yang memiliki pandangan yang berbeda dengan Constance. Max adalah segalanya yang dibenci oleh Con. Tugas Max adalah meredam gerakan yang mendukung hak pilih wanita. Pandangan Max yang ketinggalan zaman itu membuat Con benar-benar kehilangan kesabaran dan hanya satu hal yang bisa dilakukannya: mengubah Max! Con tidak mengetahui kalau Max ternyata memiliki rencana yang sama. Tapi tak disangka, adu mulut yang selalu mewarnai pertemuan mereka perlahan-lahan berubah menjadi gairah yang tak terbendung. Max tidak pernah menduga kalau ia akan tertarik pada Con yang memiliki sikap dan pandangan yang radikal, sementara Con yang mendukung emansipasi wanita mulai menyadari kalau pandangan kolot Max malah membuatnya semakin terpikat kepada pria itu.

Perbedaan opini di antara mereka menjadi dinding penghalang yang sulit diruntuhkan. Mereka pun berniat untuk saling mempengaruhi. Sanggupkah Constance mengubah pendirian Max yang kolot? Mampukah cinta menepiskan perbedaan yang begitu besar di antara mereka? Dan akankah akhirnya perbedaan itu bisa menyatukan mereka?

Awalnya saya pikir buku ini jenis Historical Romance tipikal, tapi kok tumben nggak mengangkat kisah bangsawan. Lihat aja Tokohnya: Max Ensor, seorang politisi. Constance Duncan, seorang feminis yang menerbitkan surat kabar untuk memperjuangkan hak-hak wanita.

Tapi rupanya mereka memang bangsawan kok. Cuma bukan bangsawan kelas atas dengan gelar mentereng macam Duke, Marquiss, Viscount, dst.

Tokohnya lebih ke bangsawan biasa dan keluarga terhormat soalnya jarang disebut embel-embel lord/lady dan gelar lainnya. Si Ensor gelarnya Right Honorable Max Ensor, itu gelar yang dia dapat karena posisinya sebagai politikus. Sedangkan Constance sendiri Cuma dipanggil Miss Duncan.

Ada beberapa perbedaan dengan hisrom biasanya. Beberapa di antaranya:
-Latar waktu yang lebih modern.
-Sudah ada tokoh dan/ kelompok feminis yang memperjuangkan hak-hak wanita
-Kemunculan mobil yang hampir menggusur keberadaan kereta kuda,
-Adanya operasi jalur kereta,
-Serta para perempuannya boleh berkencan berduaan di kafe/restoran tanpa pendamping resmi. Garis besarnya, para wanitanya punya gaya hidup (Sedikit) lebih bebas.

Seperti biasa, tokoh utama perempuannya gadis yang cerdas dan punya pandangan bahwa wanita tidak boleh selamanya mau di dominasi para pria.

Makanya, buku ini berisi argumen-argumen cerdas antara seorang feminis dan bisa dibilang, politisi yang masih menjunjung tinggi budaya patriakhal. Nggak ada yang salah dengan karakter tokoh-tokohnya. Menurut aku sih karakternya sama-sama kuat dan chemistrynya dapet banget. Sayang pas menjelang akhir cerita ketika dua tokoh ini akan bersatu tiba-tiba eksekusinya di fast foward gitu rasanya eaa . Kurang perlahan jadinya kurang greget lah..

Secara keseluruhan bagus ceritanya. Tapi, apa saya pengen baca lanjutannya? Ya pengen sih, tapi nggak ngebet banget juga.


My reviews of the series 

#2 The Bride Hunt

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...