Penulis: Maria A. Sardjono
Penyunting: Eka Pudjawati
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Hlm: 392
Tahun: 5 Juli 2012
ISBN: 9789792286151
Harga: pinjam di PinjamBuku
Rated: 2.5/5
Sinopsis:
Bukan Istri Pilihan:
Bedanya dengan buku-buku romance terbaru yang biasanya gampang ketebak endingnya saya sama sekali nggak bisa menebak endingnya si Ratih ini bakal sama siapa. Bahkan hingga akhir cerita Bukan Istri Pilihan ini, saya masih berharap Ratih akan bersama laki-laki yang saya jagokan.
Karakter Ratih sangat kuat disini. Seorang perempuan sederhana dari kampung yang setia, berhati lembut, perasa dan mudah iba namun juga ulet, cerdas, bijaksana, bertekad kuat sekaligus keras kepala. Pokoknya cuma satu komentar saya, Ratih ini perempuan Jawa banget. Dan bukan semabarang perempuan Jawa biasa, tapi perempuan Jawa yang sempurna unggah-ungguh dan budi pekertinya.
Maria A. Sardjono sukses menggambarkan perkembangan psikologis Ratih dari yang awalnya perempuan nrimo hingga menjadi perempuan modern matang yang tidak melupakan akarnya sebagai perempuan Jawa. Bayangkanlah perempuan ayu dengan penampilan anggun modern, cerdas dan luas wawasannya namun bijaksana dan memegang erat nilai-nilai Jawa. Perfect banget deh~
Sayangnya Ratih digambarkan sebagai perempuan yang setianya setengah mati dan sangat keras kepala dalam mempertahankan cinta kepada suaminya, Hartomo. Masalahnya disini, suaminya sangat brengsek. Egois, immature, berpikiran picik, dan tidak pernah puas. Singkat kata suaminya ini dangkal.
Saya jadi heran kenapa si Ratih ini masih bisa-bisanya setia dan jatuh cinta setengah mati dengan Hartomo, bahkan ketika sudah menjadi perempuan yang matang secara usia, karir, dan wawasan lho. Padahal di sisi lain ada Pak Dody yang mencintai Ratih tanpa syarat, jelas-jelas jauh lebih baik dibandingkan Hartomo.
Saya jadi gregetan selama membaca buku ini gara-gara karakternya yang nggak lovable. Tapi secara keseluruhan, ceritanya terasa nyata dan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Gaya bahasa yang digunakan pun terkesan lisan, alias percakapan sopan Jawa yang sering kita temui sehari-hari, bukan bahasa semi-baku yang terkadang kita baca. Saya juga menemui lebih banyak dialog dari pada deskripsi, hanya saja karena dialognya tebal, jadi serasa baca paragraf dan keseluruhan cerita terdeskripsikan melalui dialog tersebut.
Saya agak jengkel sama karakternya tapi secara keseluruhan cerita dalam buku ini tidak dangkal. Justru sebaliknya. Walaupun begitu saya kurang bisa menangkap perasaan sedih Ratih ketika disakiti suaminya, mungkin karena saya kurang bisa simpati sama Hartomo jadi menurut tidak ada yang perlu ditangisi dari laki-laki egois seperti itu.
Novel ini merupakan edisi revisi dan pernah diterbitkan oleh Selecta
Group, Bahtera Jaya, dan Trikarya. Nama Maria A. Sardjono sudah nggak
asing lagi karena saya sering menjumpai buku-bukunya di rentalan, tapi
karena waktu itu saya masih kecil jadi belum tertarik baca novel genre
romance dewasa seperti ini. Apakah saya akan membaca buku-buku Mia A. Sardjono lagi? Ya. Saya penasaran apakah ada kisah yang karakternya lebih mudah disukai.
Eaaaa...kaya udah ada semacam stereotip ya kalo maria a sardjono itu bacaan emak-emak XD tapi kalo baca reviewmu--Ratih, Hartomo, dan Dody--kok kayaknya menarik. Justru yang dekat ke sehari-hari itu yang bagus kan ya daripada novel2 sekarang yang ngejual kehidupan metro tapi dangkal?
BalasHapusMakasih ya Oky berkat reviewmu ini aku jadi ngga sebelah mata ke maria a sardjono lagi XD
Haha, memang sih kayaknya cocok dibaca perempuan dewasa.. #eaa
HapusIya, menurutku ini jauh lebih dalem daripada metropop kebanyakan. Mirip-mirip sama karyanya mba Retni S.B. tapi masih lebih Jawa lagi :D
Maria a sarjono inget jaman dulu ..sy kan emak2..:D
BalasHapus..jaman dulu *aaaaa*
HapusHaha, tapi bny buku2 maria a. sardjono yg skg diterbitkan ulang sama GPU lho mba. Jadi ceritanya masih relevan dg saat ini
skitar thn 2000 dlu sy prnh bca karya2 Maria A Sarjono....skrg jd pengin ng0leksi karya2 beliau..ada yg bsa ngasih tau d mna sya bsa dapetin novel2 trsebut? trma ksih :)
BalasHapuspernah nonton filmnya bukan istri pilihan ini. film thun 1981. emang bagussss ceritanya, suka banget karya Maria A.Sardjono
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus