Minggu, 20 Januari 2013

The Devil's Whisper

Judul: The Devil's Whisper
Penulis: Miyuki Miyabe
Penerjemah: Nadya Andwiani
Penyunting: Adi Toha
Penerbit: Serambi
Tahun: 2012
Hlm: 416
ISBN: 9789790243767
Rated: 3,5/5
Sinopsis:
The Devil's Whisper:   
Tiga kematian berturut-turut terjadi dalam waktu yang berdekatan: seorang gadis terjun dari atap gedung bertingkat; seorang gadis lainnya melompat ke atas rel tepat di depan kereta yang melaju kencang; dan gadis ketiga tewas tertabrak taksi pada tengah malam. Adakah hubungan antara ketiga peristiwa itu? Apakah itu murni kecelakaan atau kasus bunuh diri? Ataukah … pembunuhan?

Teka-teki itu sedikit demi sedikit terungkap oleh Mamoru, keponakan si pengemudi taksi yang tertimpa sial karena menjadi satu-satunya tersangka dalam kecelakaan maut tersebut. Dia baru saja pindah ke Tokyo untuk tinggal bersama keluarga pamannya itu setelah ibunya meninggal. Demi menyelamatkan pamannya dari tuduhan, Mamoru melakukan penyelidikan dan mendapati bahwa gadis yang tertabrak taksi pamannya dan dua gadis korban “bunuh diri” lainnya berkaitan. Ketiganya pernah terlibat dalam sebuah praktik penipuan. Lalu, masih ada gadis keempat yang masih hidup dan tidak diketahui keberadaannya.

Ketika seorang pebisnis terkenal muncul dengan kesaksian baru yang bisa membebaskan pamannya, Mamoru bertekad tidak hanya membersihkan nama baik pamannya, tapi juga menyelamatkan gadis keempat yang sedang diincar oleh pembunuh yang sebenarnya.

Dan pada saat itulah sang pembunuh menghubunginya …

Semenjak kecil Mamoru sudah merasakan hukuman dari masyarakat karena kesalahan ayahnya. Teman satu-satunya hanya si Kakek. Setelah Ibunya meninggal dan tidak ada teman di Hirakawa ia akhirnya tinggal bersama keluarga Asano.

Ketika paman Taizo Asano dituduh sebagai pembunuh Mamoru tidak tinggal diam. Biarpun usianya baru 16 tahun dia itu anak yang cerdas, jadi ia segera saja menyelediki kasus Yoko Sugano. Apalagi telepon misterius dari pembunu sebenarnya mulai menghubungi Mamoru

"Apakah Tuan Asano, orang yang telah membantuku membunuh Yoko Sugano, masih ditangkap polisi?"
"Siapa kau?"
"Seharusnya mereka membebaskannya. Para polisi itu bodoh. Mereka tidak perlu terlalu jauh untuk menemukan bahwa Yoko harus mati."
"Tunggu dulu! Mengapa kau mengatakan..."
Telepon dimatikan.  ~p.90

Memang masih ada penerjemahan yang kaku sih tapi secara keseluruhan cerita tetap mudah dipahami karena penulis untungnya nggak pakai kalimat berbunga-bunga seperti gramar yang sering saya temui dalam buku terjemahan korea.

Creepy. Kalau saya dapat telepon macam itu saya pasti akan berpura-pura telepon itu nggak pernah ada, tipikal orang in denial. Atau langsung lapor ke orang lain? Hm, kayaknya tetep saya pilih yang pertama. Soalnya keputusan Mamoru untuk nggak melibatkan orang lain itu benar (tepatnya Mamoru lupa sih kalau ada telepon aneh itu). Soalnya keluarga bibinya akan terancam bahaya kalau sampai Mamoru bocor.

Saya jarang baca buku misteri kecuali memang ada unsur science fictionnya. Yea, yeaa.. dasarnya saya memang penakut tapi kalau boleh jujur saya sebenernya memang suka kisah misteri. Mungkin karena saya suka berimajinasi jadi lebih memilih membeli buku fantasy, dan kalau senggang saya pasti milih buku romance atau teenlit yang ringan dibaca. So not a chance with mystery books, though I love to read a couple of famous thriller writer's work.

Saya suka Dan Brown dengan tema konspirasinya, James Petterson dengan science fictionnya, dan komik-komik detektif Jepang. Saya coba Agatha Christie tapi kurang cocok dan belum sekali pun coba Sherlock Holmes karena saya pengennya baca dari buku seri pertama biar manteb (tapi belum kesampaian juga sampai sekarang). Saya suka thriller dan mystery sepanjang nggak ada hantunya yang bikin merinding deh.

Anyhoo~ awalnya saya nggak berharap banyak pada buku ini karena font covernya jelek dan merusak keartistikan gambar modelnya itu. I knooow, shallow me but I still do judge book by its cover. Tapi begitu baca bab pertama langsung deh nggak bisa berhenti. Kenapa? Alurnya cepaaaat!! I have a soft spot for fast-paced book. Saya selesaikan buku ini hanya dalam sehari. Bahkan saya menyingkirkan buku yang sudah separuh saya baca karena terpesona dengan plotnya.

Karakternya memang banyak sekali, tapi Miyuki Miyabe pinter bikin alur campuran. Kita di bawa oleh Miyuki Miyabe ke adegan maju-mundur, flashback, ganti sudut pandang karakter, membuka selembar demi selembar lapisan misteri, dan sebagainya dengan plot-plot yang rapi, no doubt from Japanese. Jadi bacanya ya nyaman gitu. Mungkin untuk beberapa orang akan dibuat bingung dengan banyaknya tokoh yang harus di hapalkan dalam waktu singkat, tapi setelah nemu ritmenya, semua kayak puzzle yang akhirnya berada pada posisi masing-masing.

Latar waktunya sendiri sekitar dua-tiga dekade setelah Perang Dunia II jadi kadang ada beberapa adegan yang bawa-bawa "Saat Perang Dunia II si anu bekerja sebagai ini sebelum akhirnya pensiun." dan bentuk komunikasi lewat surat, kartu pos dan telepon. See? sayang saya nggak merhatikan tahun berapa, eh atau emang nggak ada tahunnya ya? Soalnya di komik jepang pun latar waktu tepatnya sering disamarkan.

Walau latarnya mungkin sekitar tahun 70-80an entah kenapa segalanya terdeskripsikan jauh lebih maju daripada di Indonesia, tampaknya Indonesia terlihat 100 tahun tertinggal dibandingkan Jepang. Okay saya lebay, mungkin Indonesia tahun segitu nggak buruk-buruk amat, tapi siapa tahu juga yah secara saya emang belum lahir sih.

Anywaaay~ untuk kategori misteri The Devil's Whisper ini nggak berat-berat banget tapi tetep bagus. Mungkin karena fast paced jadi karakter selain Mamoru kurang dalam, namun menurut saya porsinya pas karena orang Jepang pinter bikin tokoh yang berkesan dan hidup hanya dari bebeapa deskripsi, jadi sepanjang bayangan saya si A ini kalem, si B ini ngemong, si C ini brengsek hanya dari beberapa kalimat deskripsi.

Dan poin plus, ceritanya nggak serem. Nggak ada tuh yang sampai bikin bulu kuduk saya berdiri ngeri karena kebayang-bayang ada hantunya atau bentuk mayatnya atau hal-hal menjijikkan lainnya. So, it was a pleasant read. Biarpun kesannya nggak berat, karya-karya Jepang selalu sarat makna bahkan di dalam kalimat sederhana sekalipun banyak pesan moral yang bisa dipetik. Aaand I heard there was a TV Movie adaptation so I'm gonna look for it as well.


PS: Hibahan dari Nophie @ My Milky Way dan Penerbit Serambi. Thanks a bunch!

8 komentar:

  1. Samaa, genre mistery itu jarang banget aku baca. Penasaran pengen baca, tapi selalu kalah sama genre-genre lainnya, haha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku rasa selera mba Lutfi emang yg 'dalem' dan semi-filosofis gitu ^^

      Hapus
  2. gak suka sampul depannya jugaaak. >,<
    *toss

    bikin ragu pas mau beli. --'

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi ini contoh nyata bahwa sampul jelek bukan berarti isinya jelek.. malah ternyata isinya bagus.

      Hapus
  3. kalau aku malah tergila - gila dengan cerita detektif model jepang. lebih real jika dibandingkan dengan sherlock holmes atau hercule poirot. menurutku sih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku sendiri suka komik + dorama detektif dan misteri jepang. Tapi kalo novel misteri jepang aku baru baca yg ini. Daaan... aku suka bgt, mungkin karena biasa nonton + baca yg jejepangan kali ya jadi mudah nyambungnya.

      Kalo Serlock Holmes blm pernah nyoba jadi no comment deh hehe :P

      Hapus
    2. maksudnya belum pernah baca sherlock holmes? wah. aku salut dengan keteguhan hatimu mbak. keteguhan hati untuk tidak melirik sherlock. ha ha ha ha

      Hapus
    3. Iya belum pernah sekalipun. Paling cuma nonton filmnya yg Robert Dewney Jr. (bener ga tuh namanya?) haha..

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...